Bab 4

         𖤓HAPPY READING𖤓

Meina pun memarkirkan motornya di garasi. Dengan keadaan lelah ia pun berjalan memasuki mansion.

"Assalamu'alaikum..." salam Meina.

"Wa'alaikumussalam..." sahut Amari. "Ema kok baru pulang, ini udah sore banget."

"Iya mom, tadi ada urusan sebentar, makanya pulang sedikit terlambat. Yang lain pada ke mana??" tanya Meina sambil menyalami punggung tangan Amari.

"Abang mu sama Dady masih rapat di kantor, kalau adikmu katanya bantuin Vegi bikin kue." jawab Amari. "Kamu mandi dulu sana."

"Iya mom, aku ke atas dulu iya..." Meina pun berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

-

-

-

-

-

-

-

"Dad, ayo pulang... aku gak sabar mau mandi nih." pinta Delvin sambil menggoyang-goyangkan lengan Dady nya.

"Sebentar Vin... dady lagi nelpon dulu!!" ucap Kinaan dengan sabar.

Delvin mengerucutkan bibirnya sambil bersandar di dinding melipatkan tangan di perut. "Kerja terus... kerja terus..." gerutunya yang masih di dengar oleh Kinaan.

Dengan menghembuskan nafas perlahan Kinaan pun menyudahi teleponnya. "Yaudah ayo pulang."

"Asik!! pulang.. pulang..." Delvin berlari layaknya anak kecil yang baru saja di belikan mainan. Kinaan hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anak sulungnya ini.

Pintu pun dibukakan oleh satpam saat Kinaan dan Delvin ingin keluar. Dengan rasa terkejut dan was-was satpam itu melihat Delvin yang berlari menghampirinya memegangi tangannya melompat-lompat sambil berputar kegirangan.

"Terimakasih pak satpam udah bikin mood aku baik, naik gaji..." ujarnya sambil berlari memasuki mobil. Pak satpam hanya terdiam melihat tingkah anak bosnya. "Dady nya kalem, anaknya marem." gumamnya.

Kinaan pun ikut masuk ke dalam mobil. Hari ini dia yang mengendarai mobil, karena Delvin sudah merasa lelah.

"Eh Delvin, sepatu siapa ini??" tanya Kinaan ketika melihat sebelah sepatu tergeletak di kursi sopir.

"Anu-.. itu sepatu Dhilan ketinggalan." Delvin pun mencari alasan. "Kalau ketinggalan kenapa cuma sebelah??"

"Paling sebelah lagi ada di kolong kursi, biarin aja dad." mendengar perkataan Delvin, Kinaan pun tidak memperdulikan dan mulai menyalakan mesin mobil.

Mobil pun melaju meninggalkan perusahaan...di mobil suasana hening hanya suara rintihan hujan yang mulai turun membasahi kaca mobil. Delvin bersandar di kursi dengan tenang hingga tertidur pulas. Kinaan hanya tersenyum melihat putranya itu, ia pun mengambil jas miliknya dan menutup badan Delvin agar tidak ke dinginan.

*****

"Gila!! gue bisa cakep juga iya..." puji nya sambil menatap dirinya di cermin.

ting! (Ema gue mau ajak lo ke mall iya kita jalan-jalan.)

ting! (jam 19.15 habis isya gue tunggu di tempat biasa.)

ting! (jangan lupa!!)

Meina pun memeriksa handphone nya, 'tumben nih anak ngajak gue jalan-jalan.' gumamnya sambil berbaring di kasur.

Ting! (iya siap!)

Meina pun segera beranjak dari kursi untuk turun ke bawah.

Ceklek

"Bahhh..." Delvin berdiri di pintu dengan senter menyorot mukanya memunculkan ekspresi menyeramkan.

Meina yang sedang memegang handphone pun reflek menabok muka Delvin menggunakan handphone.

Plak!

"Aw...sakit tahu" ringisnya sambil memegangi hidung.

"Iya lagian abang gak ada kerjaan, bikin kaget tahu." gerutu Meina sambil berjalan meninggalkan Delvin menuju tangga.

"Iya maaf, ngomong- ngomong Dhilan kemana belum pulang??" tanya Delvin sambil menuruni tangga bersebelahan dengan Meina.

"Kata momy lagi ada di rumah temannya bantuin bikin kue." jawab Meina.

Beberapa menit kemudian, pintu mansion terbuka dan memperlihatkan Dhilan yang sedang berjalan dengan riang gembira karena membawa satu toples kue nastar di tangannya.

Mereka langsung terdiam melihat raut wajah Dhilan yang menunjukkan kesenangannya.

"Apa yang membuatnya senang!?" batin Kinaan ketika melihat Dhilan yang berjalan dengan riang gembira menuju ke arah tangga berada.

"Dhilan kemarilah sebentar!!" langkah Dhilan berhenti ketika mendengar suara Kinaan.

Ketika Dhilan menoleh ke arah sumber suara tadi, dirinya pun langsung terdiam melihat tatapan orang yang sulit di artikan berada di ruang makan.

Karena dirinya saat ini sedang dalam suasana hati yang senang, Dhilan pun langsung berjalan menghampiri Kinaan.

"Kenapa nih orang bau tanah ada di sini!!" batin Dhilan ketika melihat Delvin tersenyum penuh arti ketika melihat ke arahnya.

"Iya Dady ada apa??" tanya Dhilan ketika sudah berada di samping Kinaan.

"Dek, kamu bawa apa itu!?" bukannya mendapat jawaban dari Kinaan, Delvin malah menanyakan apa yang ada di tangan Dhilan.

Dhilan langsung menyembunyikan kue yang dia bawa ke belakang tubuhnya agar tidak di minta oleh Delvin. Apalagi dirinya masih kesal dengan abang sulungnya itu.

"Bukan apa-apa, lagian gue masih marah ya sama lo, jadi lo gak usah sksd sama gue." balas Dhilan dengan tatapan tajam nya ke arah Delvin seolah-olah Delvin adalah musuh bebuyutannya.

"Dhilan, berbicara lah sopan dengan kakakmu." ucap Kinaan karena sebenarnya, dia sudah jengah dengan sikap Dhilan yang kurang sopan pada orang yang lebih tua. gak sadar diri iya si Kinaan, padahal 11-12 kaya dirinya.

"Maaf daddy." balas Dhilan dengan menundukkan kepalanya, karena dirinya memang takut dengan aura yang di keluarkan oleh dady nya itu.

Delvin hanya tersenyum ketika melihat Dhilan yang tidak berdaya di hadapan Kinaan, karena baru kali ini ia melihat Dhilan yang biasanya keras kepala dan sulit di atur langsung berubah menjadi anak yang penurut.

Kinaan pun mulai mengobrol dengan ke dua putranya, Kadang-kadang Dhilan tertawa ketika Kinaan menceritakan sesuatu yang lucu. Meina dan Amari hanya memperhatikan kebersamaan antara Dady dan anak dari dapur.

"Makanan hampir siap..." ucap Meina sambil berjalan menghampiri mereka berdua.

"Sekarang kalian pergilah ke kamar untuk membersihkan diri, karena sebentar lagi sudah waktunya makan malam." ujar Kinaan yang langsung diangguki oleh Delvin dan Dhilan.

Ketika Kinaan sedang asik mengobrol dengan Meina, Tiba-tiba dirinya mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya, sehingga membuat Kinaan menoleh ke arah tersebuttersebut dan melihat Dhilan berjalan ke arahnya.

"Ada apa hmm..? " tanya Kinaan dengan lembut.

Dhilan tidak menjawab, tapi matanya terus melihat ke arah meja seperti sedang mencari-cari sesuatu.

"Dady, liat kue Dhilan gak??" tanya Dhilan karena saat dirinya pergi ke kamarnya, Dhilan merasa bahwa seperti ada yang tertinggal.

Ketika Dhilan ingin masuk ke kamar mandi, dirinya baru teringat kue nastar yang di berikan oleh Vegi kepadanya, yang masih berada di meja makan.

"Hm... coba kamu ingat-ingat lagi siapa tahu kamu melu-"

"DEK, KAMU CARI INI IYA!?" teriak Delvin yang sudah berada di lantai 3 memegang toples berisikan kue nastar yang sebelumnya Dhilan bawa.

Melihat senyuman mengejek dari Delvin, membuat wajah Dhilan langsung memerah karena di penuhi dengan amarah.

"WOI KAMPRETT BALIKIN KUE GUE!!!" teriak Dhilan karena dirinya sudah bersusah payah untuk mendapatkan kue tersebut sampai-sampai harus memohon pada Vegi.

"Dhilan, sudah dady bilang bicara yang so-"

Kinaan langsung menghentikan ucapan nya ketika melihat Dhilan yang sudah berlari menuju anak tangga.

"Ckk anak ini." pasrah Kinaan yang sekarang sedang memijat pangkal hidungnya karena merasa pening dengan kejadian hari ini.

"DHILAN, JANGAN LARI-LARI ATAU KAKAK HUKUM KAMU!!" teriak Meina ketika melihat Dhilan yang menaiki tangga dengan cara berlari sehingga membuat Meina yang melihatnya langsung merasa panik karena takut terjadi sesuatu pada Dhilan.

Dhilan yang mendengar teriakan Meina, langsung memelankan langkahnya agar kakaknya itu tidak menghukumnya.

"ftttff... buahhahaha dek cepat sini, kalau gak nih kuenya bakal abang habisin iya." habis sudah kesabaran Dhilan, apalagi ketika melihat bahwa kue yang berada di toples tinggal tersisa setengah lagi.

"Bang... kuenya jangan di habisin, Dhilan mau makan itu." ucap Dhilan dengan nada seperti ingin menangis.

Delvin langsung menghentikan tawanya ketika mendengar perkataan Dhilan yang sedikit bergetar, dirinya langsung tertegun ketika melihat Dhilan berjalan pelan ke arahnya.

Delvin langsung terdiam ketika melihat mata Dhilan yang sudah berkaca-kaca, mengambil kue yang berada di tangannya.

"Dek, maafin abang iya." Dhilan langsung pergi menjauh dari Delvin tanpa ada niatan untuk menjawab pertanyaan abangnya itu.

"Dek, abang janji bakal belikan kue yang seperti itu sebanyak yang kau mau." ucap Delvin karena merasa bersalah kepada adik bungsunya ini, apalagi ketika melihat Dhilan yang ingin menangis.

Dhilan tetap saja berjalan menghiraukan perkataan Delvin yang terus merayunya sampai dirinya berada di depan pintu kamarnya.

Brak!

"Mampus, adik gue marah." gumamnya, dengan perasaan bersalah Delvin pun merogoh ponsel di sakunya... ia berniat menelpon temannya untuk membeli kue nastar berapapun.

"Hallo... Vin tumben loh nelpon gue ada apa??" tanya Argan sahabat Delvin saat sambungan telepon tersambung. 📱

"Tolong beliin kue kering dong Ar..." 📱

"Buat apa? lo ngidam??" 📱

"Gak adek gue lagi marah nih, pesenin aja seluruh macam kue kering yang ada di toko iya apapun itu, nanti lo kasih tahu aja harganya, langsung gue transfer." 📱

"Yaudah sip... paling besok sampai ke mansion lo." 📱

"Iya tidak masalah, thanks bro!!" 📱

"Slaw aja sih gue mah Vin, gue akhiri dulu iya panggilannya assalamu'alaikum." 📱

"Wa'alaikumussalam..." 📱 panggilan pun berakhir ketika Delvin menjawab salam.

*******

-

-

-

Semoga kalian suka iya... mohon dukungannya🙏🙏🤗🤗🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!