Bab 3

         𖤓HAPPY READING𖤓

"DHILAN!!! SEKALI LAGI LOH MAKAN TUH KUE, GAK BAKAL GUE AJAK LOH KE SINI LAGI!!" teriak Vegi ketika kue buatan nya selalu saja di makan oleh Dhilan, sehingga dirinya merasa sia-sia membuat nya.

"Yah elah cuma sedikit doang kok Veg, marah nya sampe segitunya." balas Dhilan tak tahu diri.

"Oh... sedikit loh bilang" Vegi langsung berjalan ke arah Dhilan yang ingin mengambil satu kue nastar yang ingin dia makan kembali. "tuh coba liat, 1 setengah toples loh makan sendirian, dan lo masih mau bilang sedikit." Vegi langsung menjewer telinga Dhilan hingga memerah.

"Aww.. aww.. iya-iya gue janji gak makan lagi, nih tuh udah gue taro lagi di meja kue nya." Dhilan langsung memegang telinga nya yang sudah memerah ketika Vegi sudah melepaskan jewerannya.

"Cih najis, marahnya kaya cewe gak asik lo." gerutu Dhilan yang masih memegangi telinganya.

"Serah loh dah, lagian loh sendiri yang udah buat gue kesel, katanya mau bantuin tapi bantuin ngabisin!!" kesal Vegi yang sedang memasukan kue yang sudah di cetak kedalam oven.

"Iya iya maaf." setelah itu Dhilan kembali membantu Vegi membuat kue, dan kali ini benar-benar membantu membuat kue bukan menghabiskannya.

"Aku masih penasaran siapa yang sudah meretas data perusahaan." ujar Revan salah satu sahabat sekaligus orang kepercayaan Kinaan.

"Aku akan menyelidikinya, paman tenang saja." ungkap Delvin setelah melihat virus yang ada dalam komputer yang bisa membobol pertahanan perusahaan.

"Baiklah." Revan semakin penasaran.

Delvin menatap layar komputer dengan menyeringai seram. "aku pasti akan menemukanmu. " gumamnya dalam hati.

"Yasudah, mari kita ke tempat rapat, dady mu sudah menunggu." ujar Revan dan segera keluar dari dalam ruangan di ikuti Delvin dari belakang.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*

\*\*\*\*\*\*\*\*\*

"Weh gila capek banget badan gue ampe remuk dengerin tuh dosen tadi mengucap kan kata-kata mutiara." ujar Givan sambil merentangkan tangannya.

"Iya bener, ini semua gara-gara loh Ema." gerutu Sheyna.

"Lah kok salah gue inget, cara mengalihkan dosen agar tidak belajar yaitu menceritakan tentang kehidupannya." sambung Meina dengan percaya diri. "Buktinya dia gak ngajarkan tapi bercerita."

                    ***Flashback*** . . .

"Baik, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..." sapa dosen killer bernama Dadang.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh..." jawab para mahasiswa serentak.

"Kita akan lanjutkan pembelajaran kemarin. Sinta, kemarin pembelajaran sampai mana kita?" tanya pak Dadang.

Sinta sontak terkejut ketika mendapatkan pertanyaan dari pak Dadang. Karena kemarin dia benar-benar tidak memperhatikan.

"Ngapain buka buku, kan bapak tanya sampai mana?? masa udah lupa, padahalkan kemarin baru kita bahas." ujar Pak Dadang ketika melihat Sinta ingin membuka bukunya. "Gak tahu pak." jawab Sinta menundukkan kepalanya.

"Ini nih ciri-ciri orang mental miskin." ucap pak Dadang.

Meina mengangkat tangan bertanya "emang ciri-cirinya seperti apa pak kasih tahu dong??" tanya Meina yang membuat beberapa siswa menengok ke arahnya.

Mendengar pertanyaan Meina, pak Dadang pun beranjak dari duduknya sambil tersenyum.

"Nah mulai dongeng Sangkuriang berkumandang." bisik Givan pada teman sebangku nya.

"Jadi mental miskin itu ada 3 ciri-cirinya, yang pertama tidak punya tujuan hidup, tidak memiliki ambisi, hidup itu serasa hambar bagi dirinya, yang kedua rendah diri, ini nih harus hati-hati, kita memang gak boleh sombong diri tapi kita juga tidak boleh rendah diri, rendah diri itu dalam bahasa Inggris insecure atau tidak percaya diri. merasa kita lebih rendah dari orang lain, merasa kita tidak punya kemampuan seperti orang lain. Padahal kita ini tidak bodoh, kita ini cuma tidak bisa mengekspresikan kemampuan kita di hadapan semua orang, alasannya banyak ada yang malu, takut gagal, takut di tertawakan, banyak alasannya. makanya kita jangan rendah diri, kalau merendah boleh rendah diri yang tidak boleh. Dan terakhir Ciri-ciri yang ketiga selalu harus di suruh-suruh, apa-apa di suruh gak bisa inisiatif kreatif sendiri itu gak bisa, contoh kecil saja yang sering kita jumpai di sekitar kita, buang sampah pada tempatnya, lihat sampah kecil ambil buang ke tempatnya, jangan pas di suruh bilangnya 'bukan sampah saya itu mah pak, bu.' jangan bilang seperti itu, karena kita juga tinggal/beraktifitas di tempat yang sama. Jadi semua sudah paham apa yang bapak jelaskan..."-

"Sudah pak!!" serentak para murid...

Karena waktu pembelajaran tinggal sedikit lagi, pak dadang pun melanjutkan dengan bercerita tentang kehidupannya sewaktu masih kuliah dan bekerja sebelum menjadi dosen ITE.

Para murid pun mendengarkan dengan seksama, tapi bukannya selesai setelah bel berbunyi, pak dadang masih terus bercerita. Para murid pun hanya diam tak berkomentar apapun.

***Back to story***. . .

"Hahahaha... 🤣🤣 tapi bener juga kata lo Ema." Sheyna kembali tertawa ketika mengingat kejadian tadi.

"Gue cabut duluan hati-hati iya kalian." Meina pun menaiki motornya dan berlalu meninggalkan ke dua sahabatnya.

"Lo juga hati-hati Ma..." teriak Givan.

### Givan dan Sheyna menaiki motor mereka masing-masing, jalur arah pulang mereka sama makanya mereka bareng.

\-

\-

\-

\-

Semoga kalian suka iya dengan novel terbaruku... 🙏🙏🙏🤗🤗 Mohon dukungannya, see you again 😘😍

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!