Aku Datang

Mendengar apa yang dikatakan oleh Saly. Arsa tidak tahan lagi dan langsung menutup mulut wanita itu. “Nona Saly, jika kamu masih bertingkah seperti ini, maka aku benar-benar akan pergi.”

Saly yang tersadar baru saja melakukan sesuatu yang bahkan membuat dirinya sendiri terkejut, langsung menganggukan kepalanya, tanda mengerti.

Dia memang sangat tertutup bagi laki-laki sebelumnya. Itu karena Saly benar-benar menerapkan sebuah standar tinggi bagi pria yang mendekatinya.

Saly sama sekali tidak tertarik pada pria kaya. Tapi, jika pria itu sangat pintar, maka dia akan mempertimbangakannya.

Saat ini, seperang pria yang lebih muda darinya, memiliki level kecerdasan yang jauh diatas standarnya.

Arsa jenius. Saly menyarinya, terlebih pemuda ini sangat tampan dan juga telihat baik, hal itu membuat dia ingin memilikinya saat ini juga.

“Maafkan aku Arsa, kamu membuatku begitu terpesona. Jadi ini bukan salahku.” Ucap Saly, begitu dia kembali duduk di depan pemuda itu.

Arsa benar-benar tidak habis pikir, bahwa di dunia ini ada wanita gila, namun sangat cantik. Seperti yang duduk dan berbicara di depannya ini.

Saat makanan mereka datang, keduanya beralih membicarakan hal lainnya. Selama itu, Saly semakin yakin bahwa Arsa sama sekali tidak terlihat nyaman saat membicarakan dunia investasi, uang atau hal-hal seperti itu.

Arsa sendiri akhirnya tahu bahwa Saly memiliki ambisi yang sangat besar dalam hidupnya. Wanita di depannya ini, bercita-cita ingin membangun perusahaan sekuritasnya sendiri.

Sambil mendengarkan Saly berbicara, Arsa mengedarkan padangannya. Dia baru menyadari bahwa saat ini tidak ada lagi orang di dalam restoran tersebut, selain dia dan wanita ini saja.

Arsa kembali memperhatikan gerak-gerik Saly. Yang sejak mereka menyantap hidangan itu hingga akhirnya selesai beberapa saat lalu. Wanita itu, berkali-kali kedapatan memperhatikan jam di tangannya.

“Nona Hils. Aku tahu kau sedang sibuk. Jika tidak ada lagi yang dibicarakan, sebaiknya kita akhiri saja makan siang ini.” Ucap Arsa tiba-tiba.

Seorang broker pasti sangat sibuk. Arsa tentu tahu hal itu, seandainya dia tidak mengerti sekalipun, tapi Fitri juga seorang broker meski masih pemula.

“Tidak! Aki tidak sibuk sama sekali.” Jawab Saly.

“Tapi aku memperhatikan sejak tadi kau terus melihat pada jam tanganmu. Sepertinya, kau mempunyai janji dengan seseorang.” Balas Arsa.

Mendengar itu, Saly menganggukkan kepalanya. “Ya! Aku memang ada janji dengan seseorang. Dan orang itu seharusnya sudah tiba sejak beberapa menit yang lalu.” Jelasnya.

“Baiklah, jika begitu aku akan pergi, terima kasih kar—“

Arsa tidak sempat menyelesaikan kata-katanya, karena saat itu Saly menggelengkan kepalanya dan seraya kembali berkata. “Tidak! Hmmm maksudku, tunggu! Bukankah aku mengatakan bahwa aku akan membalas jasamu!”

“Ya, tentu saja. Dan untuk itulah kau mengajakku makan siang di tempat mahal ini, bukan?” Balas Arsa cepat.

Arsa melihat Saly berdiri sambil menggelengkan kepalanya, “Arsa, aku mengajakmu kesini, untuk bertemu dengan seseorang. Dan kebetulan, saat ini dia sudah datang.”

Arsa belum sempat untuk menanggapi, karena saat itu juga dia melihat seorang pria paruh baya baru saka memasuki restoran tersebut, dengan beberapa orang yang mengenakan jas serta kacamata hitam, berjalan dibelakang.

“Arsa, perkenalkan. Ini adalah Tuan Xavier. Dia adalah..”

Arsa tidak lagi menyimak apa yang dikatakan Saly, karena itu tidak penting. Tentu saja dia tahu siapa Pria ini.

Adam Xavier. Adalah seorang pemilik Xavier corporate. Salah satu perusahaan investasi besar dan sangat terkenal di Kota Dreams ini.

Hanya saja, yang menbuat Arsa heran adalah. Begitu tatapan dia dan Adam Xavier beradu, dia yakin bahwa mata pria tua itu sempat terbelalak terkejut.

“Bruk!”

Namun, beberapa saat selanjutnya, giliran Arsa bahkan semua orang yang ada disana yang membelalakkan mata mereka.

Adam Xavier baru saja jatuh berlutut di tepat di depan Arsa, dan berkata dengan suara terbata.

“Ju-junior..!”

Waktu sempat terasa terhenti beberapa saat. Sebelum semua orang yang ada disana kembali mendapatkan kesadaran mereka kembali.

“Tuan Xavier! Apa yang anda lakukan, dan kenapa anda—” ucapan Saly terpotong oleh lambaian tangan Xavier.

“Junior! Kamu pasti Junior!” Seru Adam Xavier pada Arsa.

“Tuan Xavier… dia bukan—,”

Lagi-lagi kata-kata Saly harus terputus, karena saat ini Adam Xavier menoleh padanya dan melotot.

“Saly, bukankah kamu sangat mengidolakan seseorang?” Tanya Adam pada gadis itu.

Belum sempat Saly menjawabnya, Adam kembali menatap kearah Arsa yang terlihat bingung dan kembali berkata. “Aku tidak mungkin salah mengenalinya. Dia pasti putra dari orang itu. Seorang legenda di dunia investasi, yang begitu kau puja-puja. Pemuda ini adalah Arhan Pratama, Junior.”

***

Sehari berlalu setelah kejadian yang tidak dia duga dengan Adam Xavier tersebut, yang pada akhirnya menguak apa yang selama ini di sembunyikan ibunya. Hingga wanita yang membersarkannya seorang diri itu, meninggal dunia.

Saat ini Arsa sudah berdiri terdiam sangat lama. Ingatanya melayang jauh ke belakang. Memikirkan kehidupan seperti apa yang dia jalani, serta bagaimana cara dia dan ibunya bertahan hidup.

“Arsa, tidak terlalu pintar. Nak!” Suara ibunya kembali terngiang.

Kadang Arsa merasa heran dengan apa yang dikatakan ibunya. Disaat semua orang tua berharap anak mereka tumbuh menjadi orang yang sangat cerdas, Alisa seperti orang ketakutan saat melihat perkembangan Arsa.

“Jika kau tidak ingin sekolah, tidak apa-apa. Kita akan mencari tempat lain. Mungkin berkebun akan cocok untukmu. Atau, kamu tertarik menjadi peternak?” Kembali suara Alisa terngiang jelas.

Arsa tumbuh dengan kecerdasan diatas rata-rata anak lainnya. Namun, di saat dia mendapatkan banyak pujian dari orang lain, ibunya hanya diam saat Arsa mengatakan bahwa dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di salah satu universitas ternama di negara ini.

Pemuda itu di didik oleh ibunya dengan begitu berbeda dari anak-anak lain seusianya. Meskipun Arsa tahu bahwa ibunya sangat menyayangi dirinya, namun disaat bersamaa, Alisa seperti membenci prestasi apapun yang mampu dicapainya.

Puncaknya. Alisa pernah begitu meradang dan memarahi Arsa tanpa ampun, karena telah melakukan sesuatu yang menurut orang lain, tidak mungkin bisa dilakukan oleh anak-anak seusianya.

“Arsa..! Kenapa kau tidak mau mendengarkanku? Lihatnapa yanh telah kau lakukan?” Omelan Alisa semasa hidupnya pun kembali hadir.

Saat itu, ibunya terlihat begitu ketakutan. Hingga Alisa sampai menyita ponsel Arsa, menghancurkan komputer miliknya, hingga membakar banyak berkas dikamar putra satu-satunya itu.

“Ibu, aku hanya ingin membantumu, melihatmu bekerja setiap hari, aku ing—.”

“Plak!”

Untuk pertama kalinya Alisa menampar putranya hanya karena Arsa ketahuan berinvestasi di sebuah perusahaan. Saat usianya masih sangat-sangat muda.

Tidak hanya sekedar asal berinvestasi saja, namun uang yang dia lebur berkembang dengan sangat cepat. Hingga siapa saja yang mengetahuinya saat itu, pasti akan sangat-sangat terkejut melihat nilainya.

“Membantu? Katakan! Apa aku pernah meminta bantuanmu?… kamu akan membantuku, jika kami menuruti keinginanku, paham?” Omelan Alisa sampai saat ini masih teringat.

Sampai sehari yang lalu Arsa masih tidak mengerti apa yang menyebabkan ibunya bersikap seperti itu padanya. Dia hanya berniat membantu keuangan keluarganya, karena Alisa begitu bekerja keras yang hanya untuk menghidupinya.

Anehnya lagi, ibunya hanya memimilih pekerjaan kasar dan berat. Alisa sendiri menolak bekerja ditempat yang lebih baik, padahal Arsa tahu bahwa ibunya bukanlah orang yang bodoh, apalagi tidak berpendidikan.

Alisa adalah mantan ahli keuangan sebuah negara yang menyandang deretan gelar akademis. Meski masih kecil, Arsa masih mengingat bagaimana orang-orang memanggil ibunya saat itu sebagai Doktor Alisa Pratama.

Semua panggilan itu menghilang tidak lama setelah ayahnya meninggal dunia. Tidak hanya panggilan saja yang berubah, bahkan tempat tinggal serta kehidupan mereka pun benar-benar berubah, sejak Arhan Pratama tidak lagi bersama mereka.

Setiap kali ibunya marah, wanita itu akan mengurung dia di kamar. Akan tetapi, Alisa juga melakukan hal yang sama pada dirinya sendiri.

Jika Arsa mendapatkan hukuman, ibunya juga akan menghukum dirinya sendiri. Itulah yang dilakukak Alisa semasa hidupnya.

Pernah Arsa mencoba kabur saat menerima hukuman. Namun, saat dia mendengar Alisa menangis, dia mencoba mengintip ke dalam kamar ibunya.

“Dia benar-benar mirip denganmu… dan itu membuatku takut..!”

Sambil memeluk foto ayahnya, Arsa tidak tahan untuk ikut menangis. Saat itu dia mengetahui. Bahwa ibunya sangat merindukan ayahnya itu.

Arsa menyadari kesalahannya. Karena dia juga tahu dan mengingat siapa ayahnya itu.

Arhan Pratama, adalah seorang broker saham yang sangat terkenal. Arsa memiliki wajah yang sangat mirip, serta kecerdasan yang mungkin saja sama dengan ayahnya itu.

Terpopuler

Comments

Humble

Humble

Makasih, semoga betah

2025-03-29

0

Viva/Vivian

Viva/Vivian

Membuat saya ketagihan

2025-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!