3 Aku Temukan

Akan tetapi, begitu semua uang itu sudah berada di tanganya, Arsa tersenyum pada Gustav tanpa sedikit pun menatap kearah Fitri yang sedang dalam posisi menungging.

“Satu lembar ini, aku anggap tips karena mengantar makanam ini.” Ucap Arsa tiba-tiba, seraya mencabut satu lembar uang dan menunjukannya pada Gustav.

“Sisanya, dua ribu tiga ratus dollar ini, untuk harga wanita ini, jadi silahkan nikmati hari kalian.” Setelah itu, Arsa menoleh pada Fitri yang terdiam mematung, terlihat seolah mencerna apa yang terjadi.

Arsa menepuk bahu wanita itu pelan dua kali. “Fitri, layani Tuan ini dengan baik. Lakukan seperti apa yang diinginkanya, oke?”

Dua orang itu masih terdiam dalam pikirannya masing-masing, meski saat ini Arsa sudah berlalu dan pergi dari kamar Presidential itu.

“Brengsek itu, baru saja menjualku!” Gumam Fitri, setelah mengerti apa yang dikatakan oleh Arsa.

“Bajingan… sial..!” Teriakan Gustav meledak, yang seketika membuat fitri terperanjat saat mendengarnya.

“Siapa bajingan itu? Aku akan menghancurkannya! Aaaaaarrgh.” Raung Gustav tidak terima jika niatnya untuk merendahkan Arsa ternyata tidak berhasil.

Arsa tersenyum kecut saat mendengar Gustav berteriak-teriak di dalam sana. Dia berjalan melewati koridor hotel, sambil membuka kancing baju seragamnya.

“Ah, sepertinya aku akan dipecat, tepat satu minggu setelah bekerja.” Gumam Arsa.

Kejadian itu saja sudah cukup buruk, akan tetapi saat ini. Tanpa Fitri dan Gustav sadari, Hold Investment, perusahaan sekuritas besar di kota Dreams tempat mereka bekerja, pagi ini terlihat begitu mencekam.

Anjloknya harga saham sebuah perusahaan hari itu, membuat semua broker yang bekerja disana, seperti terserang sebuah wabah penyakit yang mengerikan dan menular.

Tidak heboh seperti sehari sebelumnya, sekarang wajah para broker tersebut terlihat pucat pasi, darah mereka seperti habis layaknya zombie. Itu karena, hampir semua dari mereka menanamkan saham yang dipercayakan para investor, pada perusahaan yang baru saja hancur tersebut.

Akan tetapi, di antara banyaknya para broker yang mirip zombie. Ada satu orang yang terlihat tidak sama, dia adalah Saly Hils satu-satunya orang yang tidak ikut merasakan serangan wabah itu.

Meski hatinya senang, namun gadis cantik itu sama sekali tidak ingin menunjukkannya.

“Hufft… beruntung sekali aku mengikuti saran pemuda itu!” Ucap Saly dan itu sudah berkali-kali dia ulangi di dalam hati.

Namun kelegaan Saly itu harus terhenti, karena tiba-tiba saja. Tiga orang berjas rapi baru saja masuk ke dalam ruangannya begitu saja.

“Kalian—“

Belum sempat Saly menyelesaikak kata-katanya, seorang pria yang berjalan paling depan, berhenti tepat di depan meja kerjanya.

“Nina Hils, kami dari otoritas jasa keuangan. Departemen kami mencurigai anda terlibat dalam transaksi saham ilegal, tolong bekerja sama, dan ikutlah dengan kami.” Ucap pria berbadam tegap itu.

**

Sehari berlalu sejak kejadiaan yang menghebohkan kota Dreams.

Arsa tahu siapa Gustav. Pria itu adalah broker terkenal sekaligus putra dari pemilik salah satu pemilik saham perusahaan sekuritas, dan juga cukup berpengaruh dikota Dreams ini.

Di pecat karena apa yang sudah dia lakukan pada Gustav, itu sudah dia duga dari hari kemarin. Bahkan Arsa tidak terkejut ketika bosnya di Ninja Express juga menelpon, lalu memaki-maki sebelum akhirnya juga memecatnya.

“Sial! Semua ini hanya karena uang…!” Umpat Arsa, sambil mengemasi semua barang-.barang miliknya, di apartemen tempat dimana dia dan Fitri tinggal.

**

Satu bulan telah berlalu sejak rentetan kejadian yang menimpa Arsa. Akhirnya Arsa memutuskan untuk terus melanjutkan kuliahnya, dan kembali tinggal di asrama universitas.

“Hei Arsa! Aku melihat Fitri keluar dari sebuah butik mewah, tapi dengan seorang pria.!” Ucap seorang pemuda dengan senyum mengejek.

Arsa yang saat itu sedang duduk membaca buku di perpustakaan kampus, hanya bisa mendengus dan tidak terlihat tertarik untuk meladeni pemuda yang mengatakan tentang Fitri padanya.

“Si bodoh ini, tidak menyadari bahwa sejak awal fitri hanya memanfaatkanya. Bagaimana mungkin, wanita seperti itu berkahir dengan orang seperti ini.” Ejek pemuda itu kembali.

Hal seperti ini sudah berulang kali di dengar Arsa. Hari dimana dia dan Fitri yang merupakan salah satu primadona di kampus ini terlihat berjalan dan bergandengan tangan dengannya, membuah heboh hampir seisi universitas.

Tidak ada yang bisa mempercayai bahwa seorang mahasiswa miskin seperti dirinya, bisa mendapatkan hati seorang senior yang terkenal sangat cantik dan di grandumi semua orang.

Beberapa orang berpikir itu hanyalah cara fitri untuk menghindari beberapa oranf yang terus mengejarnya, agar bisa fokus belajar dan kuliah.

Namun beberapa orang juga berpikir bahwa fitri sengaja memanfaatkan kepolosan Arsa, hanya untuk menjadi pembantunya. Karena setelah beberapa hari berlalu, semua orang melihat Arsa lebih seperti pesuruh yang mematuhi perintah fitri, alih-alih terlihat seperti seorang kekasih.

Dua orang teman diasrama sudah memperingatkan Arsa. Namun Arsa saat itu baru pertama kali mengenal wanita, tidak memperdulikan apapun yang dikatakak oleh orang lain.

Saat itu baginya. Fitri yang mau menerima pemuda miskin seperti dirinya, merupakan sebuah keberuntungan diantara semua kesulitan hidup yang dia alami.

“Hais….! Jika saja nilai saham perusahaan ayahku naik lebih cepat, aku rasa bukan hal sulit untuk mendapatkan wanita itu.” Ucap salah satu dari dua pemuda yang sudah sejak beberapa hari setelah dia memutuskan untuk kembali kesini lalu mengaganggunya.

“Ini…!” Kening Arsa tiba-tiba berkerut, saat tiba-tiba satu lembar uang pecahan dua puluh dolar sudah berada diatas buku yang sedang dia baca.

Meski enggan. Akhirnya Arsa mendongakkan kepalanya, berkata kemudian. “Boy, untuk apa ini?”

“Bukankah kau memerlukan uang? Anak-anak yang lain mengatakan jika kau melakukan apa saja untuk beberapa dolar.” Kata boy pria muda yang selalu sok kaya.

Arsa tidak menyukai tatapan boy. Akan tetapi dia memang pernah menawarkan jasa pada beberapa temannya yang membutuhkan bantuannya, tentu dengan imbalan beberapa dolar saja.

“Tidak! Aku tidak melakukan hal itu lagi.” Jawab Arsa, sambil mendorong uang itu menjauh.

Arsa tidak akan menolak jika itu adalah orang lain. Akan tetapi, ada beberapa orang di kampus ini yang begitu memandang rendah dirinya. Hanya karena Arsa menerima uang sebagai balas jasa atas batuan yang diberikan.

“Sial! Apa itu kurang? Aku akan menambahnya.” Desak Boy kembali seraya mengeluarkan dua puluh dolar dari kantung bajunya.

Kening Arsa kembali berkerut, dia merasa ada seseuatu yang aneh saat ini. Pemuda yang bernama Boy ini sama sekali belum mengatakan bantuan apa yang dibutuhkannya, namun sudah menawarkan uang dengan jumlah yang tak biasa.

“Boy, ini bukan soal berapa uang uang ingin kau berikan. Tapi aku memang tidak melakukan hal itu lagi, lagi pula kau juga tidak mengatakan apa yang harus aku lakukan.” Jawab Arsa dengan tegas, kembali menolak uang Boy.

Mendengar apa yang dikatakan Arsa, dua pemuda yang ada di depannya itu saling bertatapan. Hal ini membuat Arsa semakin curiga, namun kecurigaanya tidak perlu menunggu lama, karena saat itu juga Boy mengatakan keinginannya.

“Aku akan menjadikan uang ini lima puluh dolar jika kamu membersihkan sepatu dengan baju yang kau kenakan itu, sekarang!” Ucap Boy, dengan senyum mengejek.

Mendadak senyum Boy yang baru saja terkembang itu pun menghilang. Karena saat ini, dia melihat seorang wanita cantik baru saja masuk ke perpustakaan, dan kini sedang berjalan kearah mereka.

Hal itu, tentu saja membuat Arsa yang melihatnya. Menautkan alis karena heran. Dia lalu menegaskan. “Boy, aku tid—-“

“Akhirnya aku menemukanmu!” Sebuah suara yang sangat lembut menghentikan ucapan Arsa.

Arsa sempat tertegun beberapa saat, mendengar suara seorang wanita yang saat ini tepat berdiri belakangnya. Apalagi, saat ini kedua orang pria di depannya sedang menatap kearah sumber suara.

Penasaran, perlahan Arsa membalikan tubuh dan menolehkan kepala kearah belakang. Namun, begitu melihat siapa yang baru saja berbicara padanya itu, matanya langsung melebar.

“Kamu…!” Seru Arsa tertahan, saat menyadari siapa wanita tersebut.

“Ya! Ini aku! Dan baguslah, kamu masih mengingatku.” Balas wanita itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Saly Hils.

Mengabaikan kedua pemuda tadi, Arsa menelan ludah dan kembali bertanya. “Apa yang kamu lakukak disini nona…”

“Saly…. Saly Hils!”

Mendengar naman itu disebut, sekarang tidak hanya dua orang pemuda tadi saja yang melihat mereka. Namun, hampir semua orang yang berada di dalam perpustakaan tersebut membalikan hadap.

“Ya, Nona Hils. Maaf apa yang kamu lakukan disini?” Tanya Arsa sekali lagi.

Mendengar itu, Saly terlihat sedikit tidak senang. “Kamu masih bertanya? Tentu saja aku datang untuk menemuimu!”

Arsa memundurkan sedikit kepalanya, karena saat itu suara Saly meningi, seolah mendorong saat dirinya memekik.

“Menemuiku?” Ulang Arsa kebingungan.

Saly menganggukan kepalanya, ambil melipat kedua tangah di depan dada dia menjawab, “Ya! Aku datang untuk membalas semuanya, setelah apa yang telah kamu lakukan waktu itu.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!