BAB 5

Dirga memeriksa sekujur tubuhnya. Semuanya masih utuh dan tidak ada luka sama sekali. Selain itu, dia juga tidak merasakan sakit sedikitpun meski tubuhnya sudah mendarat dengan begitu keras.

Dirga terkekeh pelan sambil menatap Sarwana. "Ternyata kau tidak berbohong, Sarwana. Lumut Tundra sudah membuat tulangku begitu kuat," ucapnya seraya menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak mungkin berbohong kepadamu, Dirga. Sekarang ikutlah denganku ke suatu tempat!" ajak Sarwana.

Dirga mengangguk. Dia sudah punya percaya dengan sosok kera besar yang juga adalah raja para penghuni jurang Panguripan.

Mereka berdua berjalan menyusuri tempat yang dipenuhi oleh begitu banyak lumut Tundra yang tumbuh subur di dalam jurang yang lembab itu.

Bagi Dirga, jurang Panguripan bagaikan surga dunia yang diimpikan begitu banyak pendekar. Di dalam jurang ini, dia yang awalnya bahkan tidak punya hasrat sama sekali untuk mempelajari ilmu Kanuragan, seolah mendapat berkah yang begitu besar.

Menurutnya, Lumut Tundra adalah jaminan dia akan menjadi seorang pendekar ke depannya. Meski dia belum tahu bagaimana Sarwana akan melatihnya mempelajari ilmu Kanuragan.

Beberapa saat lamanya, mereka berdua akhirnya tiba di sebuah tempat yang jauh berbeda dengan kebanyakan tempat di dalam jurang Panguripan tersebut. Tempat itu memang masih tetap lembab seperti yang lain, tapi tidak ada lumut Tundra ataupun pohon besar maupun kecil yang tumbuh. Hanya ada sebatang pohon kecil berdaun lebat yang tumbuh menaungi sebuah tumpukkan batu sepanjang hampir dua meter.

"Kita ke sana!" Sarwana menunjuk tumpukan batu yang dilihat Dirga.

Mereka kembali berjalan beriringan, hingga kemudian berhenti tepat di samping tumpukan batu tersebut.

"Di sinilah aku mengubur jasad mendiang sahabatku lebih dari 100 tahun yang lalu. Dan sejak kematiannya, tidak pernah ada satupun lagi manusia yang menginjak tanah jurang Panguripan ini, hingga akhirnya rakyatku menemukanmu dalam keadaan pingsan di dekat gua untuk menuju ke atas," ucap Sarwana lirih. Kedua bola matanya menatap nanar tumpukan batu tempat jasad sahabatnya dikubur.

"Apa kau tahu kenapa sahabatku bisa mati?"

lanjut Sarwana.

"Karena nyawanya terlepas dari badan," jawab Dirga singkat tanpa berpikir panjang.

Sarwana mendelik menatap Dirga yang tak merasa bersalah dengan jawabannya. "Sudah sejak lama jika makhluk hidup itu mati karena nyawanya terlepas dari raga. Maksudku sebabnya apa dia meninggal?"

"Kau ini aneh, Sarwana. Aku kenal saja tidak, tapi kau bertanya kepadaku apa sebab musabab sahabatmu itu meningggal," balas Dirga.Sarwana terkekeh pelan. Dia merasa ucapan Dirga ada benarnya juga. "Dia meninggal karena sakit. Yang membuatku menyesal sampai sekarang, aku tidak bisa memaksanya untuk memakan lumut Tundra seperti yang kau lakukan tadi. Andai dia mau memakannya, mungkin saja dia masih hidup sampai sekarang." ucapnya penuh penyesalan.

"Kenapa dia tidak mau memakannya? Bukankah enak bisa hidup panjang?" Tiba-tiba saja Dirga berhenti berbicara untuk beberapa saat.

"Apa kau tadi bilang jika memakan lumut itu akan bisa berumur panjang?" Raut wajah Dirga terlihat begitu kebingungan.

"Memang benar. Aku dan rakyatku bisa berumur ratusan tahun karena biasa memakan lumut Tundra. Dan aku harap kau juga untuk memakannya agar bisa berumur panjang seperti aku," jawab Sarwana.

"Lalu kenapa sahabatmu itu bisa meninggal?

Apa dia sakit atau bagaimana?"Sarwana menghela napas berat. Wajahnya terlihat suram untuk beberapa saat, karena teringat dengan sahabatnya. "Dia meninggal karena luka-luka yang dialaminya akibat pertarungan. Aku menemukannya sudah meninggal, tepat di tempat rakyatku menemukanmu."

"Itu bukan salahmu, Sarwana. Dia mungkin sudah memilih untuk hidup selayaknya manusia biasa. Bisa sakit dan juga meninggal."

"Memang benar, Dirga. Sebagai seorang pendekar, dia pastinya akan bisa saja bertemu masalah setiap saat. Jauh hari sebelum dia meninggal, aku sudah memintanya berulang kali untuk memakan lumut Tundra. Dan jawabannya sama persis dengan yang kau katakan tadi. Dia ingin hidup sebagai manusia biasa, yang bisa sakit dan juga mati."

Dirga mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia bisa memahami kesedihan yang ada di pikiran Raja kera tersebut.

"Lalu tujuanmu apa mengajakku kemari?" tanya Dirga.

Sarwana tidak menjawab. Dia berjalan maju semakin dekat dengan tumpukan batu. Setelah itu, tangannya sibuk membongkar tumbukan batu dan kemudian mengambil sebuah kitab yang tersimpan di dalamnya.

Dipandanginya kitab tebal itu dengan cukup lama, sebelum memberikannya kepada Dirga. "Ambillah kitab ini dan pelajarilah isinya. Kau cukup menghapalkan setiap gerakan yang ada di dalamnya, dan selebihnya aku akan membantumu!"

Dirga meraih kitab pemberian Sarwana.

Dibacanya tulisan yang terdapat di sampul kitab berwarna kuning tersebut dan kemudian membuka halaman demi halaman yang ada di dalamnya.

"Begitu banyak gerakan di dalam buku ini, apa aku bisa menghapalkannya?" ucapnya bertanya, setelah menutup kembali kitab tersebut.

"Setiap keinginan jika didasari dengan niat yang kuat, tidak mustahil akan bisa tercapai. Kau hanya perlu menggunakan pikiranmu untuk menghapalkannya. Setelah kau hapal semua gerakan yang ada di dalam kitab itu, aku akan mengajari dasar ilmu Kanuragan kepadamu," jawab Sarwana berusaha meyakinkan Dirga.

Dalam hati kecilnya, dia berharap pemuda tampan itu akan meneruskan tongkat estafet jurus yang dimiliki mendiang sahabatnya tersebut.

Dirga sedikit bingung. Di dalam kitab yang tadi dibukanya, sekilas dia melihat ada dua jurus yang menggunakan pedang sebagai senjatanya. Sedangkan dia tidak memiliki sebilah pun pedang untuknya berlatih.

Tapi pemuda tampan itu tidak hendak bertanya lebih jauh. Baginya, berlatih tanpa menggunakan pedang pun masih bisa dia lakukan dan menggantinya dengan ranting kayu.

Seolah menjawab pertanyaan di dalam hari Dirga, Sarwana membongkar kembali tumpukan batu dan kemudian mengambil sebilah pedang bersarung warna kecoklatan.

"Ini pedang yang dulu digunakan oleh sahabatku. Kau boleh memilikinya dan menggunakannya selama kau masih membutuhkan. Jika kau sudah punya penggantinya, berikan lagi kepadaku," ucapnya sambil memberikan pedang itu kepada Dirga.

Pemuda tampan bertubuh tegap itu tersenyum dengan jawaban dari pertanyaan yang baru saja terlintas di pikirannya. Entah itu suatu kebetulan semata atau memang Sarwana bisa membaca pikirannya, dia tidak tahu.

Setelah menata kembali kuburan batu tersebut, mereka akhirnya kembali menuju pondok Sarwana yang berada di atas pohon.

Selama beberapa hari, selain untuk buang air besar, Dirga tidak keluar sama sekali dari pondok kayu tersebut. Segala kebutuhan dia selama menghapalkan semua gerakan di dalam kitab, dipenuhi oleh Sarwana.

Untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan dengan lumut Tundra yang rasanya hambar, Sarwana memberi perintah kepada rakyatnya untuk mencari buah-buahan yang sekiranya bisa dimakan dan diberikannya kepada Dirga.

Pemuda tampan itu sebenarnya tidak mempermasalahkan tentang hal sekecil itu, tapi Sarwana ternyata punya pikiran lain, dia tahu jika Dirga baru saja berada di tempat itu dan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di bawah, yang tentunya berbeda jauh dengan di kehidupan manusia.

Waktu berlalu begitu cepat. Dan dua minggu adalah waktu yang dibutuhkan Dirga untuk menghapalkan semua gerakan jurus yang ada di dalam kitab pemberian Sarwana. Setelah itu, dia keluar dari pondok dan melompat turun untuk menyegarkan pikirannya sebelum mulai berlatih.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

like👍 iklan👆 utk novel silat lokal. moga sukses dn lancar.

2025-04-13

0

༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟

༄⍟Mᷤbᷡah⁴_Atta࿐🥑⃟

Meluncur 2 gift 🌹 Lanjut Up Thor ✍️✍️💪💪

2025-03-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 124
125 BAB 125
126 BAB 126
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Prolog
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
124
125
BAB 125
126
BAB 126

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!