BAB 2

Kau ini bikin repot saja!" Darsa mendengus kesal.

"Aku mohon maaf, Tuan. Seharusnya aku tak bersikap seperti itu tadi," balas Dirga lirih. "Aku haus dan lapar, jadi secara refleks aku bersikap menantang Tuan."

Darsa sedikit trenyuh dengan ucapan Dirga.

Meskipun terkenal emosional dan kejam, tapi dia masih punya rasa simpati. "Kau tunggu di sini, dan jangan kemana-mana! Aku akan mengambilkan air dan sedikit makanan untukmu."

Merasa mendapat kesempatan baik, pikirannya pun bekerja. Sambil memandang tubuh Darsa yang berjalan menjauhinya, Dirga mengambil napas panjang untuk melonggarkan jalur pernapasannya.

Setelah itu, dia bangkit perlahan dan kemudian berlari sekencang-kencangnya.

"Darsa Goblok! Pemuda itu melarikan diri. Cepat kejar dia!" Restu berseru keras. Tanpa sengaja dia melihat Dirga berlari kencang masuk ke dalam hutan.

Darsa seketika menolehkan kepalanya dan kemudian berlari mengejar, setelah tidak melihat Dirga di tempatnya semula.

Di belakang Darsa, 5 anggota sindikat penjualan manusia tersebut juga berlari untuk menyusul Darsa.

"Berhenti kau, Bangsat!" teriak Darsa sambil terus berlari mengejar Dirga. Napasnya memburu kencang seiring ayunan langkahnya yang juga cepat.

Berjarak 30 meter di depan Darsa, degup jantung Dirga berdetak begitu cepat bagai genderang perang yang ditabuh berulang-ulang. Tidak sedikitpun pemuda tampan itu menoleh ke belakang untuk mengetahui sedekat apa keberadaan Darsa yang mengejarnya.

Dirga terus berlari sekuat tenaga. Yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana caranya menyelamatkan diri dari kejaran orang-orang yang ingin menjualnya.

"Berhenti kau, Dirga! Jangan lari!" Teriak Darsa lagi.

Dirga adalah nama yang diberikan pemuda itu kepada orang-orang yang telah menangkapnya.

Sesungguhnya dia tidak ingat siapa namanya dan dari mana dia berasal. Dia juga tidak ingat apapun, selain tiba-tiba saja tersadar di bibir sungai yang beraliran deras.

Dan saat dalam perjalanan mencari makanan untuk mengisi perutnya yang keroncongan, sindikat penjualan manusia itu menemukan dan menangkapnya.

Secara perlahan, jarak antara Dirga dan Darsa semakin dekat. Kualitas fisik dan ilmu kanuragan tentu yang menjadi pembedanya.

Dirga adalah sosok pemuda yang bahkan tidak mengenal ilmu Kanuragan sama sekali. Meski memiliki fisik tubuh yang tegap, itu bukan berarti didapatkannya dari hasil berlatih kanuragan. Tapi karena bawaan orok sejak lahir.

Di tambah pula dengan perut yang belum terisi, entah sejak kapan dia lupa, membuat ayunan langkahnya semakin melemah.

Berbeda dengan Darsa, walau hanya pendekar biasa, tapi setidaknya itu lebih baik dari Dirga.Kondisi fisiknya juga lebih terlatih menahan tekanan lelah yang mendera.

Sambil terus berlari, Dirga akhirnya menolehkan kepalanya ke belakang. Dan benar apa yang tertangkap instingnya yang mengatakan jika jarak antar mereka berdua tidak jauh lagi.

"Aku tidak boleh tertangkap lagi!" teriaknya dalam hati. Dia melakukannya untuk menumbuhkan semangatnya yang mulai meredup.

Tapi berbekal semangat saja tampaknya belum cukup buatnya jika tidak dibarengi fisik yang kuat. Pada akhirnya, sebuah tendangan yang dilepaskan Darsa dari belakang, membuat pemuda tampan 17 tahun itu terhempas dan jatuh bergulingan di atas tanah yang beralaskan dedaunan kering.

Bugh!

"Aaakh!"

Dirga akhirnya mengeluarkan pekik kesakitan pertamanya. Rasa lelah, lapar dan haus yang membaur menjadi satu, seolah merajam kulit dan tubuhnya. Tendangan Darsa yang mengena telak di punggungnya, dirasakannya serasa sengatan puluhan tawon yang menghakiminya.

"Bangsat kau!" Darsa mendelik lebar menatap Dirga. "Kalau kau tidak dilindungi mereka berdua, pasti aku sudah membunuhmu! Menyusahkanku saja!" dengusnya kesal.

Dirga hanya diam tak membalas. Pikirannya masih berpacu mencari cara untuk meloloskan diri dari tangan Darsa.

Tak berselang lama, Lima anggota sindikat penjualan manusia lainnya yang menyusul Darsa, akhirnya tiba di tempat itu.

"Sebaiknya kita bawa langsung saja, Darsa! Kalau kau menghajarnya, aku kuatir Barda dan Restu malah yang akan menghajarmu," ucap salah seorang anggota yang baru datang. Matanya menatap Dirga yang masih tergeletak di tanah tanpa ada pergerakan sama sekali.

Masih dengan rasa geram, kesal dan marah yang menyatu di pikirannya, Darsa membalas ucapan temannya, "Kau urus dia, Topan. Dan jangan dekatkan dia padaku, atau aku akan khilaf dan membunuhnya!"

"Baiklah, biar aku yang mengurusnya. Sebaiknya kau kembali terlebih dahulu. Apalagi pemuda itu sepertinya sedang pingsan," jawab Topan, dengan pandangan tetap terarah ke tubuh Dirga.

Darsa menghela napas kesal sebelum melangkah pergi. Sedangkan Topan mendekati tubuh Dirga yang masih tetap terlihat tidak bergerak sedikitpun.

3 anggota mengikuti langkah Darsa meninggalkan tempat itu, sedang satu anggota lainnya masih bertahan untuk membantu Topan, apabila memang diharuskan untuk mengangkat tubuh pemuda tampan itu.

Gelengan kepala Topan menjadi petunjuk kekecewaannya atas terjadinya peristiwa yang membuat perjalanan mereka terhenti. Dia juga sedikit menyayangkan dengan sikap tempramental yang dimiliki Darsa. Bukan kali ini saja temannya itu menghajar korban yang hendak mereka jual.

Dirga sendiri masih menunggu kesempatan untuk kembali melarikan diri. Sambil berpura-pura pingsan, matanya terpejam dan pikirannya terperas mencari kesempatan itu.

"Ada-ada saja," ucap Topan, yang diakhiri dengan hembusan napas berat keluar dari bibirnya. Lelaki itu berjongkok di dekat tubuh Dirga untuk memeriksa kondisi tubuh pemuda tampan tersebut.

Dirga sedikit membuka matanya ketika merasakan pergelangan tangan kirinya dipegang seseorang. Dan yang pertama tertangkap oleh matanya adalah pedang yang tergantung di pinggang Topan.

Menurutnya, itu adalah kesempatan yang dicarinya. Dirga menunggu sampai Topan lengah baru akan bertindak.

"Broto, ke sinilah!" panggil Topan seraya memandang temannya itu.

Mendapat kesempatan lengahnya lelaki yang baru saja memeriksa keadaannya, Dirga bereaksi cepat dengan mencabut pedang yang tergantung di pinggang Topan, dan dengan cepat pula dia menusuk perut lelaki tersebut.

"Aaaakh!" Topan menjerit keras, dan seketika berdiri dengan pedang masih menancap di perutnya. Langkahnya terayun mundur terhuyung sambil memegangi pedangnya sendiri yang sudah tertancap di perutnya.

"Ka-kau ...!" ucap Topan terbata-bata sebelum tubuhnya ambruk menghujam bumi.

Dirga memanfaatkan kesempatan itu untuk kembali berlari sekuat tenaganya yang tersisa. Kali ini adalah kesempatan terakhirnya untuk meloloskan diri. Jika sampai tertangkap lagi, besar kemungkinan dia akan dibunuh Darsa.

Broto sempat terkejut dengan kejadian cepat yang menimpa Topan. Sekuat tenaga dia memanggil Darsa serta ketiga temannya yang belum jauh.

"Darsa ... Pemuda itu kabur!" teriak Broto seraya menunjuk Dirga yang sedang berlari kencang.

Darsa dan ketiga anggota lainnya seketika menolehkan kepalanya mendengar seruan Broto. Tanpa berpikir panjang, mereka berlari kembali ke tempat semula.

"Bangsat!" hardik Darsa setelah melihat tubuh Topan yang sudah tidak berdaya. "Cepat kejar dia dan bunuh! Jangan biarkan dia lolos!"

Kelima anggota sindikat penjualan manusia itupun berlari mengejar Dirga dengan pedang yang sudah terhunus di tangan. Mereka sudah tidak berpikir untuk menangkap pemuda tampan itu hidup-hidup, melainkan membunuhnya untuk membalas kematian Topan.

Sesungguhnya, Dirga sempat shock dengan pembunuhan pertama yang dilakukannya. Dia tidak pernah terpikir untuk melakukan pembunuhan sekalipun. Membunuh hewan saja dia tidak merasa iba, apalagi membunuh manusia.

"Berhenti, Bajingan! Kau harus membayar kematian temanku!" teriak Darsa, sambil terus berlari mengejar Dirga.

Emosinya yang sudah memuncak, membuatnya melupakan perintah yang diberikan Barda untuk menangkap Dirga hidup-hidup. Kematian Topan adalah alasan yang akan diberikannya kepada Barda dan Restu, jika berhasil membunuh Dirga.

Seperti semula, secara perlahan laju lari Dirga bisa tersusul oleh Darsa dan yang lainnya. Tanpa memberi ampun lagi, posisi Darsa yang paling dekat dengan pemuda tampan itu, mengayunkan pedangnya dan dengan tepat mengenai punggung Dirga.

"Mati kau!"

"Aaakhk!"

Dirga memekik keras ketika ujung bilah pedang Darsa mengoyak kulitnya dan daging tubuhnya.

Darah segar seketika mengalir deras dari luka lebar menganga di punggungnya.

Meskipun luka di punggungnya begitu menyiksanya, Dirga tidak berniat untuk berhenti.

Dia terus berlari dan berlari, hingga tanpa sadar dia terperosok ke dalam sebuah lubang, mirip pintu gua dalam tanah, yang tidak terlihat oleh kedua bola matanya.

"Aaaaaaaa!" teriakan panjang keluar dari bibir Dirga untuk beberapa saat, sebelum akhirnya benar-benar menghilang tertelan bumi.

Darsa dan keempat anggota yang lainnya seketika menghentikan ayunan langkah kakinya di bibir lubang yang cukup lebar tersebut.

"Tampaknya lubang ini sangat dalam. Mustahil bila dia bisa selamat," ucap Darsa seraya melemparkan sebutir batu ke dalam lubang tersebut.

Terpopuler

Comments

4wied

4wied

katanya shock dengan pembunuhan pertamanya, tapi membunuh hewan tidak merasa iba apalagi manusia ???? maksudnya apaan sich, rancu atau racun kalimat

2025-07-05

0

Nggenk Topan

Nggenk Topan

cerita di awal yg bagus thor

2025-04-27

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 124
125 BAB 125
126 BAB 126
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Prolog
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
124
125
BAB 125
126
BAB 126

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!