Kebohongan

Malam harinya Ilham pulang dari kantor. Naura menyalami sang suami, lalu mengambil tas dari suami nya dan mereka berjalan bergandengan menuju ke kamar.

“Mas, Air hangat sudah Nau siapkan“_

Naura menaro handuk ke bahu suami nya.

“Nau ke ruang makan dulu, mau siapkan makan malam.“ lanjut Naura. Ia keluar dari kamar dan menuju ke dapur.

Setelah menghidangkan makanan di atas meja, Naura memanggil mertua nya untuk makan. Di ruang tamu kedua mertua nya sedang menonton televisi.

“Buk, ayah, makanan sudah siap!, Nau ke kamar sebentar panggilin Kas ilham.“

“Iya nak.“ jawab ayah mertua Naura.

.

.

Saat masuk kamar, Naura melihat ponsel Ilham menyala. Awalnya Naura cuek saja, tetapi kembali ponsel itu menyala.pertanda ada notifikasi. Naura menuju nakas dan mengambil ponsel itu, tetapi saat akan membuka ponselnya terkunci.

Naura mengernyitkan kening heran. Tidak biasa nya ponsel sang suami terkunci begini. Selama 4 tahun menikah belum pernah ponsel sang suami terkunci seperti ini, karena walaupun privasi, dirinya dan sang suami tidak pernah ada yang di tutupi. Ntah sudah lama ponsel suaminya terkunci, atau dirinya yang sudah lama tidak membuka ponsel suaminya.

Tak lama kemudian sang suami keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian santai.

“Mas, bapak sudah menunggu di ruang makan. Oh ya, ponsel mu sepertinya ada pesan masuk, kok di kunci? Tumben!“. Ucap Naura. Dirinya memasukkan pakaian kotor sang suami ke keranjang.

“Mungkin dari kantor sayang, ponselnya sengaja mas kunci. Kemarin ponsel teman mas hilang, tapi sudah tidak bisa di temukan, karena keburu di ganti Sim card nya.“ Ucap Ilham santai.

“Ooh“. Naura beroh-ria saja.

.

Di ruang makan

“Ngapain aja sih di kamar? Nggak tau kita udah lapar?!“ Sergah Bu Lidya.

“Maaf buk.“ ucap Naura. Dirinya segera menyendokkan nasi dan lauk serta sayur ke piring sang suami.

“Sudahlah buk, tidak baik marah-marah di depan makanan.“ Ayah Indra menengahi.

Mereka pun makan dalam keheningan.

Usai makan malam, Naura mencuci piring dan memasukkan kelebihan makanan ke dalam kulkas. Setelahnya membuat minuman untuk suami dan ayah mertua nya. Sementara untuk ibu mertua, sengaja tidak di bikin, karena Gula darah nya tinggi. Tidak lupa menata bolu yang di bikinnya ke dalam piring.

Naura menyajikan minuman dan cemilan di meja ruang keluarga.

“Silakan diminum mas, ayah!“ Ucap Naura lembut.

“Makasih nak.“ jawab ayah Indra.

“Lo, untuk ibuk nggak kamu bikin Nau? Ck!!.“ Bu Lidya berdecak sebal.

“Maaf buk, bukannya Nau nggak mau bikin, kan kemarin pas di cek gula darah ibuk tinggi. Jadi, ibu libur dulu ya minum yang manis-manis. Untuk sementara saja ya buk?!.“ Ucap Naura hati-hati.

“Lihat tuh buk, bersyukur dapat menantu seperti Naura. Jangan kan suami, kesehatan kita saja di pikirkan.“ puji ayah Indra tulus.

Bu Lidya hanya melengos. Hati nya membenarkan ucapan sang suami, tapi egonya menolak. Semua kebaikan dan kelembutan Naura tertutupi hanya karena sang menantu belum bisa memberikan keturunan.

Setelah ngobrol ringan, Naura dan Bu Lidya masuk ke kamar masing-masing. Sementara ayah Indra dan Ilham, mereka masih ngobrol seputar pekerjaan.

.

...🌾🌾🌾🌾🌾...

Pagi harinya setelah sarapan, Ilham pergi bekerja dan Naura mengantar sang suami sampai depan rumah.

“Mas malam ini lembur lagi sayang, jadi nggak perlu nungguin mas makan malam dan tidur duluan saja.“ ucap Ilham.

“Yah..., kok lembur Mulu sih akhir-akhir ini, kamu nggak lupakan besok anniversary pernikahan ke 4 kita.“ balas Naura. Dirinya sedikit kecewa, karena lagi-lagi malam ini sang suami lembur.

"Udahlah Nau, Ilham itu cari uang, bukan main-main. Udah untung kamu nggak kerja, dirumah aja nungguin suami pulang. Nggak perlu lah acara-acara anniversary segala. Lagian udah mau 4 tahun juga, seharusnya bukan lagi ngurus anniversary, tapi ngurus anak.“ setelah berucap pedas, Bu Lidya nyelonong masuk rumah.

Naura menundukkan kepalanya, sakit hatinya mendengar ucapan sang mertua. Jika saja tidak mengingat beliau orang tua, sudah pasti akan dirinya lawan wanita itu.

“Maafkan ibuk ya sayang, jangan kamu ambil hati ucapan nya, namanya juga orang tua. Kamu yang sabar ya“_ Ilham merengkuh tubuh istrinya, memeluk sang istri.

“Apapun kata orang nggak usah kamu tanggapi. Selagi mas nggak masalah, jadi nggak perlu dengerin ucapan yang nggak penting. Kamu saja sudah cukup buat mas, soal anak itu hanya bonus.“ Ucap Ilham. ada rasa kasihan di hatinya. Tapi dirinya juga tidak bisa melawan orang tua.

“Ya sudah, mas berangkat dulu ya. Baik-baik di rumah, Jika capek istirahat, kan rumah kita sekarang sudah ada bibik“. Ucap Ilham lagi.

Ya!! Ilham sengaja menyewa pembantu, karena dirinya kasihan melihat sang istri tidak pernah mau berdiam diri. Karena Naura memang tipe yang suka kebersihan, selain itu Dia juga pintar masak.

“Iya mas, hati-hati!.“

Setelah suaminya berangkat kerja, Naura segera menuju ke dapur, lanjut memasak untuk makan siang mereka. Hari ini Naura memasak Nila saus Padang, sotong krispi, Cah kangkung dan puding ubi ungu.

Bibik baru tiba di rumah.

“Maaf ya non, bibik telat datangnya. Bibik ngurus anak yang sakit dulu“. Ucap bibi tiba-tiba.

“Eh bibik, kapan datangnya? Kaget aku.!

Jika anak bibik sakit bibik libur dulu saja kerjanya. Bibik tenang saja, soal gaji nanti saya bilang ke mas Ilham untuk tidak memotong gaji bibik.“ Ucap Naura seolah mengerti jika sang pembantu terpaksa masuk kerja di tengah anaknya sakit, karena takut gajinya di potong.

“Benar ini non?...“ Tanya bik Imah antara percaya dan tidak.

“Iya bik. Sudah bibik pulang saja. Lagian nggak ada pekerjaan berat kok hari ini, jadi nggak usah khawatir. Nih, ada sedikit untuk anak bibik“_ Naura mengulur beberapa pecahan uang warna merah. Bibik Imah kaget dan terharu. Naura mengambil box makanan dan menuju kulkas, lalu memasukkan makanan ke dalam box.

“Oh iya, ni ada makanan tadi malam, bukan sisa kok bik, Ini kelebihan nya.“ Naura memasukkan box ke dalam plastik.

“Ya Allah non, Udah di kasi uang, ni lagi di kasi makanan!, terima kasih banyak ya non. Bibik nggak tau mau ngomong apalagi. Tapi semoga Gusti Allah membalas kebaikkan non dengan berlipat ganda.“ Ucap bibi, matanya berkaca-kaca. Kagum akan kebaikan menantu majikannya ini.

“Aamiin!!! Sudah nggak apa-apa, setelah ini bibik langsung bawa anaknya berobat ya!“ balas Naura tulus.

.

“bagus ya!!!“

.

.

.

“Tega ibu menjodohkan mas Ilham, sementara aku istri sah nya ada di sini.“

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!