4

Mereka mengambil barang barang yang menurut mereka penting. Valencia membawa tas yang cukup besar. Yang isinya, foto keluarga mereka, obat obatan, dompet, peralatan mandi, buku diary, baju 3 pasang, lalu mengambil pistol untuk berjaga jaga kalau mereka sudah keluar dari apartemen.
Sedangkan Maudy. Sama seperti Valen, ia membawa foto keluarga, kalung yang ibunya berikan, sebotol air, boneka kesayangannya, dan juga peralatan mandi.
Setelah itu. Mereka memakai baju yang tidak mengganggu saat ingin lari. Sebelum keluar, mereka mengecek situasi di luar apakah ada zombie atau tidak.
Setelah merasa aman. Mereka berjalan cepat menuju ke tangga. Untungnya tangga yang mereka naiki tidak terlalu jauh dari apartemen mereka. Perlahan, Valencia berjalan duluan di depan Maudy. Maudy mengawasi di belakang sedangkan Valencia mengawasi bagian depan.
Mereka saling memegang tangan.
Maudy Arzellya
Maudy Arzellya
Kak..
Valencia Arzellya
Valencia Arzellya
Sssttt
Valencia Arzellya
Valencia Arzellya
Jangan ceroboh, ikuti aku saja
Pada saat ingin sampai di lantai 6, terdengar suara auman para zombie. Mereka berdua berhenti sesaat. Jantung mereka berdegup kencang. Tangan Valencia berkeringat.
Valencia mengambil nafas pelan. Lalu mulai berjalan pelan untuk mengecek situasi.
Maudy Arzellya
Maudy Arzellya
Kak..aku takut
Valencia Arzellya
Valencia Arzellya
Ssstt diam
Valencia Arzellya
Valencia Arzellya
Kamu bawa pist*l kan?
Maudy Arzellya
Maudy Arzellya
I-iya. Aku mengambil punya ayah
Valencia Arzellya
Valencia Arzellya
Bagus
Valencia Arzellya
Valencia Arzellya
Kamu harus siap siap kalau mereka menyerang. Kamu ingat kan yang aku ajari selama ini.
Maudy Arzellya
Maudy Arzellya
I-iya
Valencia Arzellya
Valencia Arzellya
Hah...oke, aku akan beri aba aba kalau sudah mengecek di atas
Valencia Arzellya
Valencia Arzellya
Ingat, kamu jangan panik. Kamu harus fokus, dan te*bak kepala mereka. Ngerti?
Dengan wajah panik. Maudy hanya mengangguk pasrah.
Valencia melangkah perlahan. Saat pandangannya menelusuri lorong utama, ia melihat mereka—sekitar sepuluh zombie berkeliaran dengan gerakan lamban dan acak. Beberapa dari mereka tampak sibuk mengendus lantai, yang lain berdiri diam, menggoyang-goyangkan tubuh tanpa arah. Untungnya, tak satu pun dari mereka mengarah pandangan atau perhatiannya ke Valencia.
Valencia memutar badannya perlahan, lalu mengangkat dua jarinya ke arah dada—kode yang telah disepakati dengan adiknya: aman, tapi hati-hati. Wajahnya tetap tegang, namun sorot matanya menenangkan, memberi isyarat bahwa untuk saat ini, mereka masih selamat.
Namun ketenangan itu tak bertahan lama. Saat ia kembali menoleh ke ujung koridor, matanya menangkap pemandangan yang membuat dadanya berdegup kencang. Pintu menuju atap yang mereka incar ternyata berada di sisi terjauh lorong. Dan sialnya, justru di sanalah sekelompok zombie berkumpul paling banyak.
Maudy Arzellya
Maudy Arzellya
Bagaimana ini kak?
Ia menggenggam erat senjatanya. Kalau dia menembak zombie yang menghalangi jalan ke tangga, peluru itu pasti akan memecah keheningan yang menegangkan ini. Dan ketika suara tembakan menggema di lorong sempit ini, zombie-zombie di koridor kiri—yang sejauh ini belum menyadari kehadiran mereka—pasti akan segera menoleh. Dan ketika mereka menoleh, mereka akan mengejar.
Valencia mengerutkan kening. Itu bukan pilihan. Bukan sekarang. Ia menoleh kembali ke arah adiknya, lalu memberi isyarat baru—tunggu. Ia butuh rencana lain. Rencana yang tidak membuat seluruh lantai enam berubah menjadi ladang maut.
Lalu akhirnya, sebuah ide melintas di benak Valencia—sederhana, tapi berisiko kecil. Ia merogoh perlahan ke dalam tasnya dan mengeluarkan satu kaleng minuman.
Dengan cekatan, ia menggenggam kaleng itu, lalu melemparkannya ke arah koridor kiri—jauh dari posisi mereka. Kaleng itu memantul di lantai, menghantam dinding, dan berguling sambil menghasilkan dentingan nyaring yang menggema di seluruh lantai.
Para zombie yang berada di sekitar tangga—yang semula diam dan tak menyadari kehadiran mereka—serentak menoleh. Tanpa ragu, mereka mulai bergerak, tertatih-tatih mengikuti arah suara, menjauh dari jalur yang seharusnya mereka lewati.
Melihat momen itu, Valencia segera memberi isyarat pada adiknya. Mereka mundur cepat namun tetap senyap, menuruni tangga ke lantai bawah untuk berlindung sementara. Di belakang mereka, derap kaki dan erangan zombie makin menjauh, tersesat dalam kehebohan suara kaleng yang menjadi penyelamat sementara.
****
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!