Maudy keluar dari kamar dengan mata yang bengkak. Kemarin siang sampai malam ia tak keluar dari kamar, karena ia sangat merindukan kedua orang tuanya.
Valencia yang melihat itu kebingungan sejenak. Tetapi seketika, Valencia langsung peka bahwa Maudy sudah menangis selama berjam jam.
Ia memilih untuk diam dan tidak menegurnya.
Dalam hatinya, ia sangat kasian kepada adiknya karena merindukan orang tua mereka.
Valencia Arzellya
Selamat pagi
Maudy Arzellya
Pagi
Valencia Arzellya
Kamu mau roti?
Maudy Arzellya
Hemmm
Maudy Arzellya
Terserah kak, aku pusing
Valencia Arzellya
Baiklah. Kamu tunggu di sofa
Valencia Arzellya
Aku buatkan roti dulu
Maudy yang daritadi lemas akhirnya merebahkan dirinya di sofa. Sambil memeluk cardigan yang ia pakai.
Sesekali, Valencia mengecek keadaan adiknya. Ia menghela nafas berat. Ia merasa sedih, karena membiarkan adiknya menangis. Selama ini ia selalu berusaha agar adiknya selalu senang. Tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Dia bahkan lupa cara nya menangis. Tanggung jawabnya sungguh besar, dan hal itu membuat dirinya untuk kuat dan tidak boleh menangis.
Setelah membuat roti. Valencia menaruh roti dan segelas air di meja, lalu memegang kepala adiknya.
Valencia Arzellya
Kamu demam?
Maudy Arzellya
Tidak. Jangan menggangguku
Maudy Arzellya
Aku mau tidur
Valencia Arzellya
Biaklah
Valencia hanya pasrah dan memilih untuk melihat di bawah apartemennya.
Suasana di bawah sangat mencekam. Di bawah banyak sekali zombie berkeliaran. Untung saja apartemen Valencia terletak di lantai 5, jadi para zombie tak bisa naik.
Melihat hal itu. Valencia yang dari kemarin ceria, dan terus menerus senyum seketika berubah. Ekspresi wajahnya berubah menjadi datar. Ia melihat semua zombie itu seakan akan ia sangat jijik kepada pemerintah karena tak pernah mengurus area apartemen nya. Tak pernah becus dalam bekerja.
Tiba tiba, sebuah helikopter melintasi apartemen mereka. Helikopter itu berhenti di atas apartemen. Dan seseorang berbicara dari atas sana.
Mendengar adanya suara itu, Maudy yang tadinya berbaring langsung lari ke arah balkon mereka.
Maudy Arzellya
Kak ini serius? Mereka datang? Mereka mau menyelamatkan kita?
Valencia Arzellya
Sssttt
Valencia Arzellya
Kita dengar dulu
Pria di helikopter itupun langsung berbicara.
Tentara
Cek cek
Tentara
Ehem
Tentara
Jika ada yang mendengar saya di bangunan ini. Pasang telinga kalian baik baik.
Tentara
Kami ke sini datang untuk menolong kalian. Jika kalian mendengarnya. Segera berlari ke arah atap. Bawa barang barang kalian yang berharga. Tidak usah membawa banyak barang. Karena di barak kami semua telah di sediakan. Saya ulangi, bawa barang yang penting saja. Kami akan menunggu di atap ini sampai waktu siang tiba.
Setelah berbicara, orang itu pun masuk dan helikopter itu juga mulai mendarat di atap. Maudy yang mendengar itu langsung menatap kakaknya.
Maudy Arzellya
Kak ayo cepat, kita harus membawa barang kita.
Valen terdiam sejenak. Lalu segera di sadarkan oleh adiknya.
Maudy Arzellya
Kak!!!
Maudy Arzellya
Ayo! Kenapa kakak diam saja!?
Maudy Arzellya
Kakak mau tinggal di sini terus!?
Seketika Valen tersadar dari diamnya itu. Ia pun panik.
Valencia Arzellya
Dek...rumah kita bagaimana?
Valencia Arzellya
Banyak kenangan di sini
Maudy Arzellya
Kak...aku tau, aku juga sangat menyayangkannya. Aku tidak mau keluar dari rumah ini. Tapi apa kakak mau terus terusan seperti ini? Setiap pagi selalu pergi cari makanan, yang dimana diluar itu sangat bahaya.
Maudy Arzellya
Kak..dengerin aku. Kita akan kembali ke sini, kalau wabah nya sudah hilang..ayolah kak
Valencia berpikir sejenak. Lalu ia dengan cepat menarik tangan Maudy.
Comments