Latihan Yang Keras

Putri Dwinda yang telah sadar dari pingsannya teringat ibunya yang mati karena melidungi dia, putri Dwinda pun menangis dalam posisi tiduran. datanglah seorang nenek yang duduk di pinggir ranjang kayu, berkata

" Tuan putri terus aja menangis sehari ini, tapi cukup hari ini aja kamu menangis, karena biarkan tumpahan air mata mu sebagai curahan kesedihan mu,tapi kalau hari ini sudah belalu,tuan putri g harus kuat karena dunia kita sekarang ini kejam, kejahatan merajalela, kita harus bisa bela diri, agar kita tak jadi orang yang tak tergantung pertolongan orang lain." kata nenek

" nenek apakah ilmu bela diri itu, bisa membalas dendam ku " kata Dwinda

" memang bisa ,tapi hilangkan dendam, tapi jadilah ilmu bela diri untuk meluruskan kesalahan seseorang" kata nenek

"tapi kalau jahat seperti Riu,aku harus balas dendam" kata dwinda

"jangan pikirkan kamu bisa balas dendam atau tidak,tapi pikirkan kamu kuat atau tidak,kalau berlatih ilmu bela diri. karena menguasai ilmu bela diri itu tak mudah,perlu ada otak, hati, dan otot." kata nenek

"aku mengerti nek, akan ku coba hilangkan dendam tapi aku harus bisa bela diri, walaupun latihan berat."

kata Dwinda

" kalau begitu besok kita latihan, tapi tuan putri, boleh aku tahu namamu, dan umurmu " kata nenek.

" ya nenek nama ku Dwinda wulandari, umurku 15 tahun, nenek boleh panggil aku dwinda aja, karena aku bukan tuan putri lagi. nenek siapa?" kata dwinda

" nenek Rida, istri dari kakek suwe. kamu benar-benar harus siap besok" kata nenek rida

"ya nenek aku siap, dimana Singwan?" kata Dwinda

"Singwan bersama kakek, besok dia berlatih juga, tapi kita berdua akan melatih kalian terpisah, agar latihan bisa kosentrasi " kata nenek Rida

Keesokan harinya Dwinda yang dilatih oleh nenek Rida,di belakang rumah, di danau yang luas. sedangkan singwan dilatih di kaki gunung di depan rumah.

Di danau itu Dwinda yang berdiri didepan nenek rida siap berlatih. nenek rida berkata

" latihan ini di mulai dari mengakat kendi (Kendi adalah tempat untuk menyimpan air berbentuk seperti teko yang terbuat dari tanah liat. ), kendi itu berisi air sebanyak 10 liter ,diletakkan di kepala dan berdiri satu kaki, tapi tangan harus di bentangkan tak boleh memegang kendi selama dua jam."

Dwinda pun terkejut tapi dia harus mau dan harus bisa. Dwinda pun melakukan itu, tapi beberapa kali menjatuhkan kendi, tapi akhirnya dia berhasil selama 2jam melakukan itu, setelah itu , nenek Rida berkata

" latihan yang kedua kaki diikat oleh benda berat lalu di perintahkan melompat setinggi nya"

Lagi lagi Dwinda terkejut, tapi tetap mau lakukan itu karena rasa dendam masih ada. Dwinda melakukan itu 1 jam. setelah itu Dwinda mulailah latihan kuda kuda, dan gerakan bela diri. ini dilakukan setiap hari oleh dwinda .

sementara itu Singwan, waktu itu berumur sepuluh tahun,di latih oleh kakek Suwe. Singwan harus memikul dua air di ember sambil naik turun gunung, selama dua jam. mendorong batu besar agar bergeser, terus mendorong walaupun tak bergeser,mendorong itu dilakukan Dua jam setelah itu baru latihan kuda kuda dan gerakan bela diri. singwan melakukan itu setiap hari. tapi anehnya singwan tak pernah mengeluh dan selalu senang melakukan itu.

Mereka berempat berkumpul ketika hari mau senja sampai malam, paginya mereka harus berlatih, ditempat masing masing, makanan mereka bisa dari mancing atau buah buahan di atas gunung. sewaktu ketika dwinda tak bisa tidur lalu keluar rumah ,karena mendengar sayup sayup suara gerakan orang latihan beladiri. terkejut tenyata yang berlatih itu adalah Singwan, Dwinda terus memperhatikan Singwan yang seperti menghapal gerakan gerakan beladiri itu.

lalu Dwinda mendekati singwan lalu berkata

" Singwan apa yang kamu lakukan "

" oh kamu kak Dwinda, aku menghapal gerakan gerakan beladiri, karena aku tahu kelemahan diriku, aku setelah bangun tidur pasti lupa, karena tak mau mengecewakan kakek Suwe dengan nenek Rida, aku latihan malam,agar tubuhku terbiasa,walaupun aku lupa siangnya, tapi gerakan tersebut telah menempel di otakku." kata Singwan

" oh gitu, aku boleh melihat kamu latihan" kata Dwinda

" boleh " kata Singwan.

singwan pun memulai melatih gerakan, kekanan dan kekiri, dalam kaki berkuda kuda.

Dwinda melihat Singwan dengan kagum,Dwinda lalu berkata dalam hati

(" anak umur 10 tahun ini, tak pernah mengeluh,rajin,dia juga pintar, wah ini calon suami idaman, eh jangan jangan jangan umur dia lebih muda dari pada aku" )

Singwan selesai latihan lalu tiduran ditanah,Dwinda duduk bersila di tanah, Dwinda bertanya

" kamu tak pernah mengeluh dan tak pernah terlihat sedih sedikit pun,setelah pristiawa yang kemarin. mengapa kamu bisa begitu?"

" sedih tak akan hilang, tapi sayangku lebih besar, karena rasa sayang ku untuk orang tua ku,dan kasih sayang orang tua ke aku tetap ada, kasih sayang itu terus menghibur dan meberikan semangat hidupkku.

aku harus jadi pendekar yang mengembalikan nama baik ayahku. itulah yang membuat ku kuat." kata Singwan

Dwinda pun hanya bisa diam dan tersenyum dan berkata dalam hati

(" anak ini pintar, sudah berpikir dewasa,aku yang lebih tua dari dia tak sedewasa dia, benar-benar anak luar biasa")

Tanpa sengaja mata Singwan yang sedang tiduran itu menatap tajam ke dwinda dan mata dwinda yang menengok ke samping kanan melihat mata singwan,mereka bertatapan mata, singwan berkata

"ke indahan yang ku lihat ...kecantikan bulan purnama pandang... kebahagiaan yang ku dapat... ketenangan yang telah ku pegang...",

lalu Dwinda bertanya

" apa maksudmu dengan kata-kata itu?'"

lalu Singwan itu menjawab

" kata-kata itu terucap keluar begitu saja, tapi keluar dari hatiku,aku tak mengarti apa maksudnya."

setelah itu mereka masuk ke dalam rumah kakek dan nenek itu, keesokan harinya mereka berlatih dan terus berlatih tidak terasa lima tahun berada di rumah kakek dan nenek itu. mereka pun menjadi sudah memiliki ilmu beladiri dan tenaga dalam yang cukup karena latihan berat. Dwinda sudah bisa ilmu pertahanan dan keseimbangan yang kuat karena latihan mengakat kendi itu, dan memiliki ilmu peringan tubuh karena benda berat yang di ikat di kakinya lalu melompat lompat. sedangkan singwan menguasai peringan tubuh dengan memikul ember naik turun gunung, dan berhasil mendorong batu besar itu, dan telapak tangan dia mengeras bisa di gunakan sebagai ilmu tapak naga, dan mereka pun di beri tenaga dalam dan pedang sepasang oleh kakek dan nenek tersebut.

Tapi mereka tak menyadari bahwa ada sekolompok penjahat sakti yang ingin merebut rumah dan tanah nenek dan kakek itu.

( BERSAMBUNG).

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!