Kaki Lizzie terasa berat saat melangkah masuk ke dalam mansion Will. Ingin rasanya ia segera sampai ke kamarnya dan berharap tidak akan berpapasan dengan Will.
Tetapi keiinginan nya tidak terwujud, saat Amily membuka kan pintu , Will tengah duduk di ruang tamu seolah memang sedang menunggunya.
"Kau sudah kembali? Apa yang kau dapat dari berjalan jalan ke kota.." Will menutup korannya yang sedang dibaca lalu menatap kearah Lizzie.
"Aku hanya sekedar melihat lihat saja.." Lizzie menundukkan kepalanya, wajahnya masih terlihat pucat karena insiden tadi.
"Apa kau sakit?" Will mendekat, saat ia mengulurkan tangannya untuk memastikan keadaan Lizzie. Tubuh Lizzie tiba tiba tersentak kaget lalu berjalan mundur menjauh dari jangkauan Will.
"Mm..Aku..Aku merasa lelah, sebaiknya aku segera naik ke kamar untuk beristirahat.." Lizzie bergegas menaiki tangga menuju kamarnya.
Dahi Will berkerut, memang semenjak pernyataan Lizzie waktu itu, ia berusaha menjaga jarak darinya. Namun sekarang Lizzie tampak lebih ketakutan dengan Will daripada biasanya?
Sebelum Lizzie benar benar sampai kelantai dua, Will sempat berbicara kepadanya.
"Saat makan malam nanti , kau harus menemaniku Lizzie, jika tidak aku lah yang akan mengunjungi kamarmu sendiri.."
Langkah Lizzie sempat terhenti sejenak, kemudian ia menjawab dengan ragu.
"Baiklah.."
Setelah sosok Lizzie sudah tidak terlihat, Will memanggil Mark untuk menemuinya di ruang kerja. Mark dengan patuh mengikutinya.
"Apa yang terjadi saat kalian berada di kota?" Tanya Will tanpa basa basi lagi. Ia duduk menyilangkan kakinya yang jenjang pada kursi kerja yang tampak seperti kursi tahta kerajaan.
"Kami tadi sempat bertemu dengan Tonny Elmer Tuan.."
Mark pun mulai menceritakan semua kejadian saat mereka pergi ke kota termasuk waktu bertemu dengan Tonny Elmer ayah Lizzie secara detail.
Mendengar itu semua, amarah Will kian menjadi. Ia menggertakkan giginya.
"Kau boleh pergi sekarang." Perintah Will kepada Mark.
Seolah ada aura dingin terpancar dari diri Will. Mark segera meninggalkan ruang kerja.
Brengs*k! Pria tua itu cukup bernyali ! Aku rasa gertakan kecil pun tak akan membuatnya jera.
Haruskah Will membunuhnya sekarang juga? Tetapi Lizzie sudah merasa curiga dengannya. Jika dia membunuh Tonny, pasti Lizzie membencinya.
Atau Will lebih baik membungkam mulut Tonny agar tak dapat bicara lagi. Berbagai pikiran untuk menghabisi Tonny bermunculan, tetapi ia juga harus memikirkan perasaan Lizzie.
Mengapa ia begitu peduli mengenai pendapat Lizzie? Lambat laun Lizzie juga akan mengetahui siapa dirinya.
Tetapi tidak sekarang. Will tak ingin Lizzie pergi begitu saja untuk saat ini. Disaat tubuhnya begitu mendambakan keberadaan Lizzie di dekatnya.
Will akan memberitahu Lizzie tentang identitasnya bila waktu nya telah tiba nanti.
***
Seperti biasa Amily selalu membantu mempersiapkan segala kebutuhan Lizzie saat hendak mandi. Dari menyiapkan air hangat, memastikan air nya diberi wewangian hingga menyiapkan handuk kering beserta gaun yang akan dikenakannya nanti.
Kali ini Bibi Lisa ikut membantu Amily, karena Lizzie baru saja berjalan jalan, ia memijat tubuh Lizzie agar lebih rileks dan tidak terlalu capek.
Lizzie masih terlalu larut dalam pikirannya. Benarkah Will orang yang memotong jari ayahnya? Karena apa?
Terngiang perkataan Tonny waktu itu. Will sudah terbiasa membunuh seseorang.
Jadi saat Will bicara di rumah bordil adalah sebuah kebenaran juga? Will seorang pembunuh bayaran.
Lizzie menyangkalnya. Will begitu lembut dan perhatian saat di depannya. Bukankah Will mengaku bekerja sebagai investor. Atau itu cuma kedok?
Lizzie memandang kearah Amily dan Bibi Lisa. Apakah mereka sebenarnya mengetahui siapa Will itu?
"Apakah benar, Will sudah terbiasa membunuh seseorang lalu ia di bayar? " Tanpa sadar Lizzie melontarkan pertanyaan pada mereka.
Sejenak Amily dan Bibi Lisa menghentikan kegiatannya mereka saling melirik. Kemudian melanjutkan lagi pekerjaan seolah olah tidak mengerti apa yang diucapkan Lizzie.
"Apa yang Nona katakan kami tidak mengerti..?" Dengan cepat Amily menjawab.
"Jangan sembunyikan apa pun dariku.."
"Yang kami tahu Tuan Will memang lah seorang investor Nona, anda dapat melihat dari buku yang ia miliki sebagian besar mengenai saham.."
Lizzie terdiam. Bagaimana jika ia memang salah? Ia terlalu curiga dengan Will. Ayah nya mungkin memang melantur, bisa saja tangannya terluka karena kecerobohannya sendiri saat mabuk.
"Nona mungkin anda terlalu lelah hingga berpikiran aneh, sebaiknya anda bergegas bersiap untuk makan malam, Tuan Will akan menunggu anda, setelah makan anda dapat beristirahat.." Bibi Lisa berhenti memijat kemudian ia menyodorkan handuk kering pada Lizzie.
Lizzie ingin sedikit mengulur waktu untuk bertemu dengan Will. Ia sengaja memilih gaun dengan lama, menimbang pakaian mana yang ingin dia kenakan. Lalu menyuruh Amily untuk mengikat rambutnya dengan jalinan yang rumit.
Empat puluh lima menit lamanya Will sudah menunggu Lizzie di meja makan. Tapi gadis itu tidak juga turun dari kamarnya. Jari telunjuknya ia ketuk ketukan pada meja tanda tidak sabar.
Para pelayan turut gelisah karena Tuannya merasa tidak senang. Salah satu pelayan memberitahunya bahwa Lizzie sedang bersiap siap.
Apa yang di lakukan wanita itu? Apakah dia sengaja?!
Ini sudah lewat dari jam makan malam. Makanan sudah dihidangkan sedari tadi. Tapi kursi di depannya masih kosong. Will tidak suka menunggu. Dengan kasar ia mendorong kursi dan beranjak.
Kau ingin bermain main denganku Lizzie.
BRAKK!!
Suara pintu dibanting dengan keras, Lizzie dan para pelayan yang sedang melayaninya tersentak kaget. Diambang pintu kamarnya terlihat Will Turner berdiri tegap dengan tatapan yang tajam di layangkan ke arahnya.
Amily dan Bibi Lisa segera bergegas keluar dan menutup pintu perlahan.
"Kau telah menguji kesabaranku Lizzie."
"Apa kau tak bisa sebentar saja menunggu ku yang sedang bersiap.."
"Aku tidak suka menunggu."
Will menutup jarak diantara mereka. Lizzie mundur perlahan, namun dibelakangnya terhalangi meja nakas untuk berhias.
"Kau takut kepadaku."
Entahlah Lizzie juga tidak dapat mengerti kenapa ia menghindar. Tangan Lizzie berada diantara tubuh mereka berusaha menahan tubuh Will yang kian mendekat.
Kemudian Will menarik kedua tangan Lizzie keatas kepala lalu menahanya. Sekuat apa pun Lizzie memberontak, tenaga Will jauh lebih kuat dua kali lipat daripada dirinya.
"Lepaskan ak.." Will membungkam mulut Lizzie dengan bibirnya agar tak berbicara.
Tangan Will yang satunya menangkup wajah Lizzie agar memperdalam ciuman mereka.
Will menekan bibirnya kuat kuat, hingga Lizzie merasa sesak dibuatnya. Ia mencengkram baju Will erat tetapi Lizzie tidak berusaha mendorongnya lagi. Sesaat Will melepaskan ciumannya sejenak, Lizzie terengah engah.
"Kau munafik Lizzie, kau selalu menghindar dariku, tapi tubuhmu juga menginginkanku.."
Will mencium telinga Lizzie dan mengigitnya perlahan. Lalu di urainya jalinan rambut Lizzie menggunakan jarinya dan menciumi tiap helai rambut Lizzie.
"Aku suka wangimu."
Will mendorong tubuh Lizzie keatas ranjang lalu menindihnya. Ia menciumi leher Lizzie. Memberi tanda merah disana. Tangan Lizzie merengkuh tubuh Will.
Kecurigaannya saat itu sirna. Pertahanannya runtuh. Betapa ia mencintai Will. Ia ingin mempercayai Will.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ
apakah akan terjadi ihim ihim 👀
2023-01-04
0
Bella Dania
awwww awwww
2021-02-22
0
nesya
268
2021-01-21
0