Ayah Lizzie

Air sungai terasa dingin. Hampir seluruh tubuh Lizzie basah kuyup. Ia terjatuh ke sungai.

Dilihatnya tubuh Will tampak tinggi menjulang dihadapanya membawa sebuah koper hitam.

Sebelumnya saat Will baru saja pulang ke mansion, sekilas ia melihat sosok Lizzie masuk ke kebun sendirian. Tanpa sadar Will mengikutinya dari belakang, penasaran dengan apa yang di lakukan nya. Lizzie pun tak menyadari keberadaan Will.

Gadis ceroboh. Bahkan ia tidak tahu ada orang yang membuntutinya. Kewaspadaan nya sangat rendah.

Diawasinya Lizzie sedang memetik buah kemudian di masukan ke keranjang yang ia bawa. Gadis itu terus berjalan hampir mendekati hutan.

Suara gemericik air terdengar, Lizzie tampak senang menemukan sungai kecil. Tanpa ragu disingkapnya rok yang ia kenakan hingga betisnya terlihat dan Lizzie masuk ke sungai.

Kaki yang indah.

Entah mengapa Will suka melihat setiap bagian tubuh Lizzie lalu memujinya. Ada semacam ketertarikan yang selalu membuatnya ingin dekat dengan Lizzie.

Banyak wanita yang dia temui, bukan hanya satu dua kali Will berkencan dengan gadis cantik.

Tetapi Lizzie terasa berbeda.

"Tuan kau sudah pulang..? Aku sedang memetik buah untuk bahan campuran kue.."

Baju Lizzie yang basah semakin memperjelas lekuk tubuhnya. Kainnya menempel di kulitnya yang mulus.

Pemandangan di depannya semakin membuat Will 'Gila'.

"Aku tidak bermaksud mengagetkan mu. Segeralah bangun." Will mengulurkan tangan, Lizzie pun meraihnya.

Tangan Lizzie terasa dingin.

"Terimakasih Tuan.."

Ingin rasanya Will memeluk dan menghangatkan Lizzie.

Setelah memungut buah yang terjatuh, mereka berjalan menuju mansion

"Sebenarnya aku ingin berbicara denganmu Tuan.."

"Mengenai apa?"

"Aku ingin mengembalikan sebagian uangmu.."

"Aku tidak membutuhkan nya."

Lizzie mencengkram lengan Will.

"Aku mohon terimalah Tuan. Aku tidak ingin berhutang, aku sudah berjanji akan mengembalikan uangmu."

Tatapan mata Lizzie menampakan keseriusan. Mereka saling berpandangan. Namun Lizzie segera mengalihkan tatapannya. Ada desiran aneh di jantung nya.

Mata perak Will seolah menghipnotis Lizzie. Ia memang tampan.

"Baiklah. Temui aku di ruang kerjaku. Setelah kau berganti pakaian."

Para pelayan menyaksikan mereka berdua berjalan bersama dari arah kebun menuju mansion. Membuat berbagai macam pertanyaan di kepala mereka.

Siapa kah Lizzie?

Ada hubungan apa di antara mereka?

Tidak seperti biasanya Tuan terlihat ramah terhadap seorang pelayan?

Will menyadari pandangan dari para pelayan nya. Dengan satu kali tatapan tajam. Para pelayan tersebut langsung melanjutkan pekerjaan mereka yang terhenti.

Tidak ada yang lebih menakutkan dibanding saat Will Turner marah. Sebaiknya mereka berpura pura tidak melihat apa pun.

***

Suara ketukan pintu terdengar dari ruang kerja Will.

"Masuklah." Will sudah tahu siapa yang datang.

Saat itu Will sedang membuka koper yang ia bawa dari rumah danau. Koper itu berisikan perlengkapan senjata. Will segera menyimpan senjata nya kembali dan mengunci nya rapat rapat.

Lizzie melongokan kepalanya mencari sosok pemilik ruang kerja ini.

"Tutup pintunya." Perintah Will.

Dengan ruangan tertutup Lizzie semakin gugup. Mereka hanya berdua saja. Lizzie menggenggam erat kantong yang berisikan uang tabungan nya.

"Terimalah Tuan.. Sisanya anda boleh memotong dari gaji saya dan saya sangat berterima kasih dengan pertolongan Anda." Lizzie menyodorkan kantong kepada Will.

Will menerima tanpa menghitung lagi. Disimpannya uang itu kedalam laci meja kerjanya. Will mendapati Lizzie sedang melirik buku yang berada di atas meja.

"Kau suka membaca buku?"

"Ya. Sangat suka. Dulu aku seorang pustakawan di pusat kota."

Lizzie memandang rak buku dengan kerinduan. Teringat saat dia bekerja sebagai pustakawan. Merawat setiap buku dengan sepenuh hati. Membaca buku terbaru dari penerbitan. Rasanya menyenangkan.

"Jika kau ingin, kau boleh membaca koleksi buku ku.."

Mata hazel Lizzie berbinar. Will mengijinkannya?

"Benarkah?"

Will berjalan di salah satu rak dan mengambil sebuah buku.

"Ya. Kau boleh. Aku tidak perlu mengulang kata kataku lagi."

Lizzie menghampiri Will.

"Terimakasih kau pria yang baik."

Lizzie mengelilingi perpustakaan Will, mengambil satu buku untuk dipinjam dan mendiskusikan isi buku itu bersama Will.

Tanpa disadari jarak mereka begitu dekat. Will mencium aroma sabun yang di kenakan Lizzie. Wangi bunga lavender dan manis. Hasrat Will tergugah. Ia tidak fokus dengan apa yang diucapkan Lizzie.

"Lizzie Elmer..."

"Iya Tuan?"

Lizzie berhenti berbicara dan melihat kearah Will yang sedang menatapnya dengan intens.

Sejak kapan mereka sedekat ini?

Will merengkuh Lizzie, kemudian mencium nya perlahan. Kepala Lizzie berkunang-kunang. Buku yang dibawanya terjatuh.

Mencium Lizzie terasa begitu manis. Tubuhnya yang kecil berada di pelukan nya. Gadis itu seolah bingung dengan apa yang terjadi.

Lizzie segera tersadar. Dengan cepat ia mendorong tubuh Will menjauh. Muka Lizzie merah padam. Jantungnya berdebar sangat cepat.

Tuan Will menciumnya?

"Aku..aku harus segera pergi..masih ada pekerjaan lain menunggu.."

Lizzie berhasil mengeluarkan suaranya. Ia tidak berani menatap Will dan segera meninggalkan ruang kerja.

Will melihat kepergian nya. Ia memungut buku yang dijatuhkan Lizzie sambil tersenyum menyeringai.

Bersabarlah Will. Kau terlalu terburu-buru.

***

Lizzie terdiam melihat bibirnya dalam cermin rias. Mengapa Will menciumnya?

Ia masih bisa merasakan ciuman itu begitu lembut. Ini pertama kali baginya.

Apakah berciuman selalu terasa mendebarkan seperti ini?

Bagaimana ia menghadapi tuan Will nanti.

Lizzie bekerja dengan pikiran bercabang.

"Kau ada masalah?" Lisa yang sedari tadi melihat kegelisahan Lizzie bertanya.

"Emm..tidak.."

"Jika ada yang menganggu pikiran mu kau bisa bercerita padaku.."

Lizzie ragu untuk menceritakan nya. Nanti jika ia benar benar menginginkannya. Sekarang berpikirlah bersikap biasa saja saat di hadapan Will.

***

Sudah 3 botol minuman keras dihabiskan oleh Tonny Elmer. Dia adalah ayah Lizzie. Kepalanya terasa berat.

Seharusnya ia berhenti meminum alkohol dan mulai menata hidup nya kembali dengan benar. Tapi Tonny Elmer sudah kecanduan. Sulit untuk menghentikan nya.

Beberapa pekan lalu ia mendapat kabar dari bank bahwa hutangnya telah terlunasi. Semua berkat Lizzie anak perempuan nya.

Tonny ingin menemui anaknya. Terlambat baginya untuk meminta maaf kepada istri nya. Ketika ia dalam keadaan sadar rasa penyesalan terus menghantui. Tetapi minuman keras membantu melupakan semua masalah yang ia alami.

Lizzie anaknya bekerja sebagai pelayan di mansion majikannya yang baru. Will Turner investor kaya. Pasti gaji yang diberikan banyak. Tonny mencari informasi dari bar tempat ia minum.

Saat Tonny Elmer mengetahui alamat Will. Ia mencoba mengirim kan surat untuk anaknya.

Selain merindukan Lizzie, ia ingin meminjam uang.

Keuangan Tonny kian menipis. Selama ini Tonny hidup dan bersembunyi dari kejaran penagih di rumah kosong tanpa penghuni. Ia mendapatkan uang untuk makan dengan cara mengemis.

Agar tidak dikenali orang. Tonny sebisa mungkin menyamar. Selalu menggunakan topi dan syal menutupi sebagian wajahnya.

Bagimana pun caranya ia harus menemui Lizzie. Apakah Lizzie mau menerima Tonny lagi.

###

Terpopuler

Comments

hope

hope

orang tua Ng tau diri,,, hampir aja anaknya jd pelacur biniknya mati bunuh diri,,, dengan seenaknya Dy datang nemuin anaknya buat minta duit,,,, tokok aja kepalanya sekalian 😡😡😡😡😡

2023-01-05

0

🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ

🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ

ga bener nih tony, mau ketemu cuma butuh duit doang

2023-01-04

0

Bella Dania

Bella Dania

rindu minta uang hadeh buang aja ke laut

2021-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!