Surai Kasih Tiga Kehidupan
Dalam sebuah ruangan tampak seorang pria berparas tampan, mengenakan pakaian putih serta rambut keperakan, yang di ikat sebagian pada pucuk kepalanya.
Pria tersebut menampilkan wajah datar di depan 8 orang, yang kini tengah duduk bersimpuh di lantai.
"Karena semua sudah terjadi, aku juga harus tegas untuk kalian semua" Ucapnya.
Perkataan itu meluncur datar, seolah tak ada ekspresi untuk ke-delapan orang di sana.
Akan tetapi, meski hanya sebuah perkataan yang terdengar, ruangan menjadi semakin hening dan penuh dengan aura penekanan.
Seolah, mengisyaratkan dan mewakili sebuah kemarahan, atas kesalahan yang tak dapat di tolerir lagi.
"Rongxu.. apakah ada yang ingin kau katakan?." Tanya pria itu.
Pria itu, beralih menatap kearah sosok yang kini bersimpuh, di dekat seorang wanita cantik paling ujung.
"Dimana keberanian, yang membuatmu melangkahkan kaki ke dalam gua Mutiara kemarin?. Ucapnya lagi, masih dengan intonasi tenang, serta datar.
''Bahkan, kau juga berani mengambil sesuatu yang bukan menjadi hakmu?."
Namun, kali ini terdengar agak keras dari sebelumnya dan menjadikan ruangan semakin hening. Hingga, tak satupun suara keluar dari bibir ke-8 orang, yang tengah bersujud tersebut.
Mendapat kebungkaman. Pria itu kembali melanjutkan perkataan. "Baiklah.....Karena kalian semua hanya diam, aku anggap segalanya sudah jelas''.
Begitu ucapan itu terselesaikan, tangan pria tersebut bergerak pelan mengibas udara di depannya.
Dan seketika itu juga, sebuah cahaya melingkupi keenam tubuh di depan sang pria.
*(2 tubuh wanita dan 4 tubuh laki laki muda ).*
"Sebagai seorang kesatria penjaga kalian telah gagal menjalankan tugas, hanya karena hubungan emosi dan pikiran fana.''
''Kalian harus kembali menetapkan pikiran dan mengolah hati, untuk bisa kembali ketempat ini." Lanjut sang pria, yang tak lain adalah guru besar Baixio.
Seorang yang disegani dan di elukan sebagai immortal tinggi, serta pria bijaksana dengan kemampuan luar biasa, di alam raya kekaisaran negeri Atas awan.
"Kami....menerima setiap keputusan, dan hukuman dari guru." Ucap mereka ber-enam hampir bersamaan, dengan posisi yang masih sama.
Posisi bersujud, dengan kepala menunduk yang hampir menyentuh lantai.
Pria yang dipanggil sebagai guru tersebut, kembali mengibaskan tangan.
Dan dengan gerakan ringan, tubuh mereka ber-enam berubah menjadi kilatan cahaya, sebelum akhirnya melesat pergi dari sana.
Entah, mereka akan di hukum seperti apa?.
Berubah menjadi apa?.
Serta akan dikirim kemana?. Selain sang guru, semua tidak ada yang tahu.
Akan tetapi, dalam hati dan pikiran mereka selalu yakin dan percaya penuh, kepada sang guru.
Bagi ke-enam orang tersebut. Apapun itu, yang telah di putuskan oleh Baixio, semua adalah yang terbaik bagi mereka.
Ruangan kembali hening.
Yang tertinggal disana, adalah sepasang suami istri yang juga murid dari Baixio, atau saudara seperguruan ke-enam orang yang telah melesat pergi sebelumnya.
Suasana mencekam sebelumnya, semakin bertambah besar dengan aura penekanan dari sang guru, yang masih mendominasi ruangan tersebut.
Membuat keduanya, tak berani menatap ke arah pria yang tengah berdiri didepan mereka.
Pasangan itu, hanya menunduk dalam sembari bersujud.
Menunggu dan siap menerima segala keputusan, adalah satu-satunya tindakan, yang terbaik bagi mereka .
"Ruoer..."
Panggil sang guru dengan nada tenang, namun masih tetap dengan pandangan yang menatap tajam.
"Saya guru..." Jawabnya lembut, dengan posisi yang masih sama, bersujud tanpa berani mengangkat kepala.
"Hukuman apa yang harus kuberikan, atas kelancangan suamimu?." Tanya Baixio dengan nada datar.
Seolah sebuah pengungkapan, atas kekecewaan yang mendalam.
Meskipun ucapan Baixio, terdengar seakan meminta pendapat darinya(Ruoer\=Ziaruo).
Namun, ia tahu dengan jelas bahwa sang Guru, telah memiliki jawaban atas pertanyaannya itu.
"Ampuni saya guru, semua saya serahkan kepada Anda.''
Wanita itu berhenti sejenak, seolah ia tengah menetapkan hati, untuk mengutarakan sebuah pemikiran, di dalam otak kecilnya saat ini.
"Ampuni murid....mohon maafkan murid tidak berbakti ini guru.
Namun jika di izinkan.... saya ingin mengambil alih, tanggung jawab suami saya guru.." Lanjutnya lagi.
Ziaruo menghela nafas sejenak, sebelum melanjutkan kembali ucapannya, seolah hanya dengan berkata saja, ia harus mengumpulkan kekuatan serta keberanian.
"Ampuni saya guru karena sudah lancang, saya tidak pernah bermaksud menyalahkan keputusan, ataupun kebijakan guru.''
Terlihat jelas dimata Baixio, bahwa sang murid tersayang, tengah menekan sebuah perasaan, yang ia ketahui apa dan mengapa.
Diwajah itu, terlihat banyak pertimbangan, pada setiap penggalan kata yang terucap dari bibir mungilnya.
Bahkan, beberapa kali ia melihat sang murid menunduk, serta mengambil nafas panjang, sebelum melanjutkan perkataan.
Baixio menghela nafas panjang.
''Terlebih lagi untuk membenarkan tindakan Yang Mulia(Murongxu) atas kesalahan, serta kecerobohannya, murid tidak pernah terpikirkan." Ucap Ziaruo lagi.
Jika boleh jujur, sesungguhnya saat ini Ziaruo sedang gugup, dan ada rasa takut dalam hati, serta fikirannya.
Wanita itu merasa enggan jika harus menyinggung, serta melukai hati sang guru.
Ia juga tak ingin memicu kemarahan, orang yang telah ia anggap, sebagai orang tuanya tersebut.
"Jadi... kau yang akan menerima hukuman atas tindakan suamimu?." Sahut sang guru lagi, masih dengan wajah tenang dan berusaha memastikan.
Namun dari nada itu, Baixio jelas terlihat tidak suka.
Dengan nada suara yang sedikit berat, ia kembali bertanya. '''Apa kau tahu, hukuman apa yang akan aku jatuhkan untuk suamimu?."
Mendengar nada suara sang guru yang sedikit meninggi, Ziaruo semakin membenamkan kepala didalam sujudnya.
Wanita itu memohon pengampunan, dengan suara yang bergetar.
"Ampuni kebodohan murid ini guru, tidak ada niatan untuk membela, atas kesalahannya.
Murid...murid hanya memikirkan rakyat kekaisaran, yang tanpa perlindungan/rajanya."
Wanita itu, kembali berhenti sejenak, ia berusaha menenangkan perasaan takutnya, sebelum kembali berkata. "Dan hal ini semua terjadi, juga tak luput dari kesalahan Murid." Lanjut Ziaruo lagi.
Hal itu membuat Baixio, dan pria disampingnya, membulatkan mata.
Bagi Baixio perkataan wanita tersebut, seolah menambah deretan kemarahan, untuk pria yang kini bersujud disamping Ziaruo.
Akan tetapi, semua memang benar adanya.
Kaisar Murongxu sang suami, mengambil mutiara Suci tersebut untuk dirinya.
Kesedihan Ziaruo, karena belum memiliki keturunan, membuat kaisar Murongxu nekat mengambil mutiara suci, dari Gua penyucian. Atau disebut juga sebagai Gua penekan aura.
Mutiara suci tersebut adalah, perwujudan dari roh bayi yang tersegel dalam sebuah mutiara, karena masih memiliki sebagaian aura gelap.
Sesungguhnya, bayi yang tengah terkurung itu adalah pemilik tadir Emas, atau seseorang yang kelak menjadi kesatria hebat, dan calon pemimpin bijaksana.
Oleh karena itu, mutiara tersebut di segel di dalam gua penekan aura, dan di jaga oleh 6 orang kesatria penjaga ( orang yang sudah berubah menjadi kilatan cahaya ), untuk menghilangkan hawa jahat dari tubuhnya.
Dan kebetulan, memang sengaja di persiapkan oleh dewa-dewi langit, untuk menjadi calon putra Murongxu, bersama permaisuri Ziaruo.
Akan tetapi, karena rasa ketidak sabaran ( kaisar Murongxu ), serta rasa cinta untuk sang permaisuri, membawanya sampai kepada kejadian hari ini.
"Ampuni kesalahan saya guru besar Xio, semua karena ketidak tahuan dan kebodohanku saja." Sahut Murongxu dengan posisi masih bersujud.
Pria tersebut, merasa tidak adil jika sang istri, ikut menanggung hukuman untuknya.
Dengan posisi masih sama, Pria tersebut kembali berucap. "Oleh karena itu, hanya murid bodoh ini saja(mengacu pada dirinya) yang pantas menerima hukuman, Ruo'er tidak melakukan kesalahan apapun."
Dari setiap ucapan sang Suami, jelas tersirat disana sebuah ungkapan penyesalan, atas perbuatanya.
Sehingga, ia ingin menanggung beban hukuman itu, untuk diri sendiri.
Melihat keduanya saling berebut, untuk menanggung hukuman.
Guru besar Baixio menghela nafas sejenak, sebelum akhirnya membuat keputusan.
"Heeehh..."
"Kalian benar-benar membuatku kehabisan kata-kata. Baiklah.... karena kalian berdua bersikeras, maka aku akan memberi kalian kesempatan."
Baixio berhenti sejenak, sebelum akhirnya ia menyampaikan keputusannya.
''Untuk menguji kesetiaan kalian, maka aku memberi kesempatan langka, berkunjung kedunia fana.
Kalian akan kembali saat nanti, telah menemukan jati diri, serta mengukuhkan kasih sayang, dan pengorbanan kalian satu sama lain, secara keseluruhan."
"Ruoer...kali ini ujianmu akan datang berkali-kalilipat. Sebentar lagi, kau juga akan menerima ujian untuk peningkatan status kedewian.
Oleh karena itu, aku akan tetap membiarkan semua kekuatanmu. Namun, apakah nantinya, kau akan mengingat cara menggunakannya atau tidak, biarkan takdir yang memutuskan. Semoga hatimu tetap tenang dan bersih." Ucap guru Xio dalam hati, sembari mengusap lembut pucuk kepala Ziaruo.
Guru Xio menggerakan tangannya perlahan.
Dan tiba-tiba saja, mata Ziaruo tak lagi bisa melihat apapun di sana, bibirnya tak dapat mengeluarkan suara.
Hingga, terdengar samar-samar di telinganya, suara orang memangil dengan nada yang semakin lama, semakin keras.
"Ika ...ikaa..heeiii..Rahartika Rahmawan ..sampai kapan kau akan tidur, apa kau tidak akan sekolah hari ini ?." Sebuah panggilan suara, yang tampak terburu-buru.
"Ibu ..jam berapa sekarang?, aku masih mengantuk ...hoooaaam." Jawab seorang gadis, sembari menguap, serta masih bergulat dengan guling, dan selimutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
coco
bagus kk
jangan lupa mampir di dear star ya
2021-07-01
1
M Kamal Al Mahzumi
bahasa yang mudah di pahami, membuat alur cerita mudah visualkan dalam pikiran saat membaca
2021-03-01
1
🌻Ruby Kejora
like mendarat kk.mari kita slg dukung
like blk karyaku
cinta rasa covid-19
the Thunder's love
2021-02-09
1