Di sebuah ruangan pada gedung besar yang tinggi menjulang, seorang pria tengah duduk pada kursi kehormatannya.
Memutar serta mengetuk-ketukan kepala pena di atas meja kerja beberapa kali.
Tampak sirat gelisah, serta ketidak fokusan pada wajah berkharisma itu.
Ia hempaskan tubuh gagahnya dengan sedikit kasar, pada penyanggah kursi.
Wajahnya mendongak keatas, dengan mata yang terpejam, serta sesekali ia akan memijit pangkal hidung atas.
"Apakah akan selalu seperti ini?, mengapa aku selalu merasa ada yang sedang menungguku disuatu tempat?, yang bahkan aku tidak tahu entah di mana tempat tersebut ?." Gumamnya lirih, dengan masih terus memijit pelan pangkal hidung.
"Tok..tok..tok..''
Suara ketukan pintu
"Maaf pak, ada tamu yang ingin menemui anda." Ucap Santi asisntennya.
"Aku belum membuat janji temu dengan siapapun hari ini, siapa dia?." Tanyanya dengan sedikit kerutan di kening.
"Nona Yolan pak, apakah anda bersedia menemuinya?." Ucapnya lagi, menjelaskan dengan penuh kesopanan.
Mendengar nama Yolan, Pria itu kembali mengerutkan kening, dan berkata "Tolong katakan padanya, saya sedang pergi keluar untuk makan siang."
''Baik pak.'' Jawab santi singkat.
"Perempuan satu ini, benar-benar membuatku selalu kerepotan dan risih, aku keluar saja agar tidak bertemu sekalian untuk makan siang." Gumamnya pelan .
Selang waktu kurang lebih 5 menit, tubuh gagahnya sudah duduk tegap di balik kemudi mobil sport merah kesayangannya.
Bersama si merah tersebut, pria yang tak lain adalah Rasya Wijaya Diningrat, melajukan mobilnya dengan cepat, membelah keramaian kota menuju sebuah tempat, yang akan memenuhi panggilan alam perut datarnya.
Mobil tersebut berhenti di area parkir, sebuah rumah makan yang saat ini, tengah "booming" menjadi bahan pembicaraan beberapa rekan-rekan kerja Rasya .
"Selamat datang tuan." Sambut hangat pelayang rumah makan, dengan senyum manis sejuta watt, begitu ia melangkah masuk ke sana.
Maklum saja, dengan wajah tampan, serta penampilan parlente yang dimiliki Rasya, ia sering memperoleh perlakuan istimewa dari orang lain disekitarnya.
Mendengar hal itu, Rasya hanya menganggukan kepala pelan.
"Mari tuan, disana ada meja kosong, silahkan...." Lanjut sang pelayan, sembari mempersilahkan Rasya menempati salah satu kursi, yang berada didekat jendela kaca, menghadap taman rumah makan tersebut.
"Ini daftar menunya tuan." Ucap pelayan itu lagi, dengan sesekali melirik pria di hadapanya saat ini.
Disiang ini, entah mengapa Rasya begitu ingin datang ke rumah makan tersebut.
Entah itu karena pujian yang ia dengar, tentang kelezatan masakan di sana. Ataukah, karena ada unsur campur tangan takdir di dalam garis hidupnya.
Hingga saat mata tajam Rasya, menangkap sesosok tubuh yang membuat jantungnya berdegup kencang.
Disana, dua orang gadis belia berjalan masuk dengan sesekali melepaskan senyum candaan.
Reflek tangan Rasya berhenti memasukkan suapan hidangan kedalam mulut.
Matanya tak berkedip beberapa saat, jantungnya berdetak kencang.
Bahkan bibir tipis itu, mengukir lengkungan panjang.
Seolah ia telah melihat, sesuatu yang berharga dan telah lama terpisah dari dirinya.
Tampak di mata hitam pekatnya, seorang gadis muda cantik melangkah berdampingan dengan gadis lain, yang sebaya menuju ke arahnya.
Namun, saat melihat keadaan ruangan rumah makan, raut wajahnya berubah menjadi suram.
Sepertinya dia bukan satu satunya, yang menikmati pemandangan di sana.
Didalam rumah makan ada beberapa pemuda lain, yang juga menatap kearah gadis itu.
Entah mengapa, ada rasa kesal dalam pikiran Rasya secara tiba-tiba.
Bahkan, didalam hati ia juga mulai merasakan percikan amarah.
Namun, dengan segera mengontrol pikiran serta hatinya.
Karena siapapun gadis itu, dia hanyalah salah satu dari mereka yang mengagumi kecantikan itu.
Akan tetapi, saat kedua gadis itu berjalan menuju kearah mejanya, jantung Rasya yang semula sudah tenang, kini kembali menunjukkan debarannya kembali.
Semakin dekat jarak mereka, semakin tak bisa dikontrol pula genderang jantung itu berdegup.
"Lup dup...lup dup..lup dup.'' Seakan hendak berlari keluar dari tempatnya, untuk menyambut gadis jelita tersebut.
"Siapa gadis itu, mengapa perasaan dan hatiku tak seperti biasanya?, apa aku mengenalnya?." Ucap Rasya lirih.
"Tapi...dilihat dari usianya, dia tidak mungkin salah satu temanku.
Namun, mengapa pikiran dan tubuhku seolah bereaksi aneh kepadanya?." Gulatnya dalam hati.
Ada perasaan bingung, serta penasaran dalam diamnya Rasya.
Semakin dekat kedua gadis tersebut dari tempat duduk yang ia tempati. Semakin gusar hati dan fikirannya.
"Rasya...Rasya...ternyata ada hari seperti ini dalam hidupmu. Bahkan lebih gilanya lagi, dia gadis yang baru kuncup, aku harus memeriksakan diri sepertinya." Pikirnya, dalam kilas senyum tipis dibibir.
"Ril ..Ren..." Terdengar salah satu gadis di meja belakangnya, tengah memanggil seseorang.
Mendengar itu, Rasya melirik ke arah pintu masuk.
Dilihatnya 2 orang pemuda yang sebaya dengan ke dua gadis tadi, berjalan mendekat kearah mereka ( Vania dan Rahartika).
Menatap kedua pemuda di sana, hati dan perasaan Rasya menjadi kurang nyaman.
Terlebih lagi, ketika melihat kedua pemuda tersebut menghampiri kedua gadis cantik itu.
Rasya merasa ada perasaan terancam.
Dalam hati, muncul rasa tidak suka kepada kedua pemuda itu.
Bahkan, kegusaran yang tadi sudah menghilang, kini muncul lagi.
"Ayolah .. bahkan aku baru saja melihatnya, dan aku juga bukan siapa-siapanya." Gumam batin Rasya, ia sedang meruntuki hati serta fikiran sendiri.
"Sepertinya, aku harus segera pergi dari sini, sebelum aku menjadi seorang Pedop*l." Gumamnya lirih.
Namun, seolah pikiran dan tubuhnya tidak saling mendukung.
Justru ia semakin menajamkan pendengaran, bukannya segera pergi meninggalkan tempat tersebut.
Rasya begitu tertarik ingin mendengar, serta mengetahui lebih banyak, tentang gadis yang telah menarik perhatiaannya.
Seolah tangan, telinga, serta hati telah membuat kesepakatan tanpa seizin pikiran logisnya.
Gerak tangan Rasya semakin melambat, saat menyuapkan makanan kemulut.
Mengunyahpun juga ia lakukan dengan perlahan. Tubuhnya duduk tegak, Ia terlihat sangat gagah, tentu saja dengan indra pendengaran terpasang fokus.
Hal ini bertujuan, agar ia memiliki waktu lebih lama lagi disana, dan memuaskan hasrat Keponya yang membara.
Mungkin bagi orang lain, saat ini tindakannya adalah, suatu bentuk elegan dan kewibawaan, dalam etika tata cara makan keluarga keluarga kongl*merat ataupun kelurga bangsawan .
Namun itu bukan poin pentingnya. Yang jelas Rasya saat itu, begitu terusik akan kehadiran sang gadis, yang tak lain adalah Rahartika.
"Ika my beloved....my honey swetty cui cui ...kamu pesan dulu gih...ingat pilih yang paling ..paling murah sayang."
Terdengar olehnya lagi, suara wanita meminta dengan manja agar segera memesan makanan. Dan ia tahu bahwa itu adalah suara gadis satunya, bukan gadis yang menjadi fokusnya saat ini.
"Oh jadi namamu Ika." Gumamnya pelan, sambil tersenyum tipis.
Namun, saat ia mengingat lagi ucapan yang ia dengar tadi, dia merasa bergidik serta merasa geli.
Ucapan itu, baginya seperti obat yang akan mengaduk ngaduk isi perut.
"My lovely honey Vania ....aku akan menyukai apapun yang kau pilihkan, my swetty cui cui."
Belum lagi rasa geli, akan ucapan manja dari meja dibalik punggung menghilang, ia kembali mendengar suara manja lainnya.
Dan kali ini, ia tahu suara tersebut berasal dari wanita itu. Gadis yang sudah menarik rasa minat, dan dalam penasarannya.
Hal aneh terjadi, pada saat perkataan manja yang dia anggap sebagai hal paling nggk NGEEH baginya itu (paling anti bakal di kerjakan), justru berbanding balik 360º, saat Ika yang mengatakannya.
Perkataan tersebut, membuat ia membayangkan bahwa semua ucapan manja itu, ditujukan untuk dirinya bukan untuk Vania.
Imajinasi
" My lovely honey Rasya...aku akan menyukai apapun yang kau pilihkan...my swetty cui..cui."
Membayangkan hal itu, wajahnya memerah dan bibir tipisnya mengembang.
Akan tetapi, tiba-tiba saja ia tersadar, dan wajahnya kembali datar.
Meskipun, di sana masih ada jejak rona merah, Rasya buru-buru mengusap bibir tipisnya dengan kain, yang memang disediakan sebagai pengganti tisu.
Dan dengan suara khasnya, Rasya memanggil pelayan untuk membayar tagihan.
Ia berfikir, bahwa baginya semakin lama berada disana, maka semakin cepat ia akan di vonis mengidap kelainan jiwa, jadi ia segera mengakhiri makan siang bergemuruh itu.
"Hari ini, apakah awal dari pertemuan kita?, untuk suatu takdir masa depanku denganmu.
Ataukah, sebuah alarm peringatan agar aku menjauhimu, jika masih ingin tetap menjadi seseorang yang normal." Pikirnya dalam hati,
sebelum meninggalkan meja tersebut, setelah menyelesaikan pembayaran tagihannya.
Sedangkan bagi mereka berempat, kehadiran Rasya disana saat itu tidak membawa pengaruh apapun.
Bahkan, dapat di katakan kehadirannya tidak disadari sama sekali.
Begitupun bagi Ika, yang sudah menyebabkan rasa tidak nyaman dan mungkin, akan menjadi penyebab seorang pria dewasa kehilangan pikirannya, juga tidak menyadari apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
S R
Like sampai sini ,, Semangat berkarya thor.. Sukses pasti akan datang
2021-02-03
1
yutantia 10
5 like mendarat thor
ditunggu feed back nya di karyaku
cinta diwaktu yang salah. terimakasih
2021-01-11
1
Deska wu
like lagi
2021-01-07
1