Di bandara, ibu Irsyana menjemput ayah Langit. Sejujurnya ibu juga takut menghadapi ayah, secara ayah itu orang yang paling lurus kayak jalan tol, kalau tahu ibu turut membantu Alana pergi dan membuat Saka tepar, pasti ayah akan marah besar, tapi ibu sudah siap dimarahi demi cucu dan calon cucu yang ada di kandungan Alana.💪🏻💪🏻semangattt.
Sekalipun ibu sudah mempersiapkan diri tapi tak urung saat saat mendekati waktu ayah Langit datang, dadanya berdebar debar kayak orang yang lagi jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Ibu siap menerima kemarahan ayah, tapi juga dag dig dug menghadapinya.
Saat seluruh penumpang sudah berduyun duyun melewati pintu kedatangan, mata ibu mencari cari sosok ayah Langit yang tinggi besar dan masih terlihat sangat tampan. Dan ibu menemukan sosok ayah ditengah kerumunan orang yang baru tiba itu.
Ayah Langit langsung menghampiri ibu Irsyana dan melepas rindu dengan mencium kening dan memeluk tubuh ramping ibu Irsyana.
" Bu, ayah kangen." bisik ayah di telinga ibu yang membuat wajah ibu menjadi merah merona bak abg jatuh cinta.
" Ayah ini masih di ruang publik loh. Kayak anak muda aja kangen kangenan di tempat umum kayak gini." sahut ibu malu malu.
" Kangennya sekarang lo, bu. Ibu sih gak ikutan ayah ke Pontianak. Ayah jadi kangen, senternya ayah ga bisa nyala kalau gak ada ibu." rajuk ayah Langit sambil memeluk bahu ibu dan kembali mencium pipi ibu yang merah merona dengan gemas. Ibu langsung memukul dada bidang ayah dengan tangan rampingnya.
" Ayahhhh.. omesnya yaaa, ga ilang ilang. Udah tua juga .." sahut ibu dengan nada manja.
" Eh, meski udah tua, tapi senternya masih bisa jalan dengan baik ini. Bahkan ini aja udah nyala, mau nyenterin gua.. aduhhh!!! Sakit bu." teriak ayah Langit dengan keras saat tangan ibu udah mencubit pinggang ayah yang tanpa lemak. Sebenar gak sakit sakit amat , tapi seperti biasa, ayah lebay saat ketemu dengan gua favoritnya.
" Ayahhhhh, bisa diem apa gak sih!!! Ngomongnya omes melulu. Tujuannya pulang apaan coba? " tanya ibu dengan berbisik.
" Nanti kalau ayah diem katanya kok diem, nanti kalau aku gak omes katanya kok sekarang ga pernah modus lagi, apa gak sayang? Kalau modus dikatain sudah tua kok omes. Jadinya ibu maunya gimana? Padahal ibu suka dimodusin kan????" cerocos ayah sambil manyun.
" Ahhhh ayah tau aja... maksudnya jangan disini, dikamar, dirumah, di kamar mandi, dihotel, yang bisa langsung buat ngecharge senter ayah yang sudah lemah baterenya." jawab ibu dengan senyum mesum.
" Ihhh, senter ayah nyalanya masih terang tau bu. Masih kuat nerangin gua milik ibu yang suka bikin ayah jadi empot empotan. Gua milik ibu sudah siap belum disenterin? Biar terangg?" sahut ayah tak mau kalah.
" Ayahhhh, kok kalau ngomong suka bener, udah lama gak disenterin. Pengin juga nih, kayak anak muda jaman now." sahut ibu malu malu tapi mau.
" Mampir dulu ke hotel kita ya? Sekalian ngecek." kata ayah Langit sambil tersenyum smirk.
" Ngecek hotel apa ngecek yang lainnya?" tanya ibu sambil mengerling manja.
" Dua duanya dong. Eh, bu. Gimana dengan kondisi Saka? " tanya ayah dengan nada cemas. Tadi aja modus sama ibu, sekarang baru inget tujuan pulang karena anak semata wayangnya di rumah sakit.
" Tadi Lio sudah mengupdate kondisi Saka. Kata dokter sudah gak apa. Dia pingsan karena stress dan kecapean, yah." jawab ibu dengan hati hati.
" Oalah anak itu, sudah aku bilang untuk tidak usah menforsir dirinya. Masih dia harus ngurus keluarganya juga kan. Kok malah gak nurut. " sahut ayah dengan suara kesal yang dominan.
" Lha ya iya, yah." lanjut ibu sambil mendesah pelan. Ia ingin memulai menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Tapi entah kenapa rasanya berat sekali.
" Gimana kabar menantu menantumu, bu? Alana gimana dengan kandungannya? Udah mau lahiran ya? Ayah seneng ternyata si Saka itu sudah ngasih keturunan buat kita. Ayah gak nyangka kalau Genta itu cucu kandung ayah. " cerocos ayah bertubi tubi, dalam satu helaan nafas.
"Ayah!! Pertanyaannya satu satu dong. Kok direntet kayak petasan renceng. " jawab ibu sambil manyun.
" Yara baik, masih di Penang. Kalau Alana... nah ini yang mau ibu ceritakan, yah. Semua berkaitan dengan sakitnya Saka dan kehamilan Alana. Tapi ayah mesti janji gak boleh marah dengan Saka, Alana dan ibu ya, kalau ibu bercerita sejujurnya. " lanjut ibu dengan nada takut takut.
Mobil yang dikendarai mereka mampir ke hotel milik ayah Langit. Tujuannya adalah ayah ingin beristirahat sejenak dan sekaligus memantau kondisi hotel. Sementara itu, selama di mobil ibu bercerita dengan detil dan sejujur jujurnya kepada ayah Langit tentang apa yang telah terjadi dengan Saka Alana dan tentang kepergian Alana yang sementara.
" Ayah gak nyangka kalau ibu menyimpan permasalahan mereka yang sudah demikian besar dari ayah." rajuk ayah dengan nada satu tone lebih keras dari biasanya.
" Yah, bukan bermaksud menyembunyikan, mungkin lebih tepatnya ibu lagi mencari waktu yang tepat untuk bercerita dengan ayah." sahut ibu dengan pelan.
" Bu, membuat Alana pergi dari Saka bukan sebuah solusi. Ibu sedang menyiapkan bom yang lebih besar yang akan meledak di waktu yang akan datang. Menyelesaikan permasalahan secepatnya walaupun dengan resiko akan lebih menyakitkan menurut ayah akan lebih baik daripada seperti ini. Alana lari dan kucing kucingan dari Saka. Dan akhirnya Saka juga sakit gara gara dia stress gak bisa menyelesaikannya sendiri. " runut ayah dengan nada yang sudah tidak tinggi seperti tadi.
" Iya ayah, ibu juga merasa salah. Cuman Saka itu harus diberi pelajaran supaya tidak mempermainkan hati wanita. Apalagi Alana itu sedang mengandung buah hatinya lagi. Sensitif dan manja itu pasti, yah. Soalnya ibu kan juga sudah pernah mengalami. " jelas ibu dengan nada datar. Teringat dengan apa yang dilakukan Saka, membuat ibu menjadi sebel.
" Ayah tahu, Saka dalam hal ini sudah salah. Ia semestinya harus bisa berlaku adil kepada Yara dan Alana. Ini loh bu yang buat ayah waktu itu tidak setuju kalau Saka menikah lagi. Ibu kan tahu kalau Saka itu tipe gila kerja banget. Kalau ada masalah ia selalu larinya ke pekerjaan. Kalau dia udah stress dengan kondisi Yara yang tidak bisa sembuh, ia pasti akan melarikan diri ke pekerjaan." kata ayah menjelaskan.
" Kasihan Alana, yah! Ia sampai stress. Ibu khawatir dengan kandungan Alana. "
" Sekarang udah berapa bulan to, bu? " tanya ayah dengan sedikit sumringah. Mengingat sebentar lagi ia akan memiliki cucu lagi.
" Masuk trisemester ke 3. Udah mau lahir tuh sebentar lagi, yah. Makanya ibu menjaga kondisi pikiran Alana supaya gak terlalu tertekan. Kasihan cucu nenek yang ada di kandungannya. Dulu Genta, kurang mendapat perhatian. Sekarang cucu kita yang kedua juga sama. Makanya ibu bantuin Alana, yah. Maafkan ibu ya, yah, yang malah memperkeruh suasana."
" Ayah mengerti. Ayah harus memberi ketegasan kepada Saka tentang masalah ini. Ayah gak bisa kalau gak marah sama Saka. Ia harus diberi pengertian dan penjelasan secara gamblang. Dia harus ngerti, dia harus pilih, pekerjaan atau keluarganya. Kalau ia fokus dengan Yara ia juga tidak boleh abai dengan Alana dan anaknya." lanjut ayah lagi.
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Sadrianty Yanti
aduh saka..... sadar berpikir pake hati dan perasaanmu...... yara sebelum nikah denganmu adalah istri siri rangga.... tanpa kata cerai dari rangga.. yara langsung nikah denganmu.. itu artinya kamu menikahi istri orang.... sekarang waktunya ambil keputusan membahagiakan yura istri dan rangga atau membahagiakan alana ibu dari anak anakmu.....
2020-12-07
1
Mk
omes itu apa sih,dari awal cerita,Alana sering bilang omes k saka,sekarang ibu'y saka bilang omes k ayah'y
2020-11-18
0
Nana
nenek" konyol bngt dah kyk abg aja😆😆😆
2020-11-11
0