Di Kalimantan, Ayah Langit bergegas pulang dengan flight pertama supaya ia bisa menemui putranya. Ia memang tidak tahu menahu tentang kejadian perginya Alana dan ulah Saka.
Ibu Irsyana juga tidak pernah menceritakan apa apa tentang Saka dan Alana. Dan kini ibu pun merasa dilema, mau bilang ama ayah atau tidak, kalau tidak, pasti sebentar lagi ayah juga akan tahu, dan kalau ayah tahu dari orang lain, ia pasti marah besar, ibu harus cari cara untuk mengatakan pada ayah.
Ibu Irsyana juga bingung, ia tidak mungkin mengatakan pada Yara, yang ada Yara bakal tambah down dan tambah sakit, kalau gak dikasi tahu ya Saka itu suaminya, ntar dipikir mertuanya pilih kasih lagi. Bingung kan?
Nah, satu lagi, ibu Irsyana bakal gak mungkin bisa nyuruh supirnya ngebut di jalanan ibukota supaya bisa cepat sampai ke rumah sakit tempat Saka dirawat inap. Serba salahnya, ibu sebenernya mau nyuruh Alana sebagai orang yang posisinya terdekat dengan Saka saat ini ( maksudnya dekat sama rumah sakit yang ditempati Saka ) tapi Alana nya masih dalam misi bersembunyi dari Saka. Rumah ibu yang saat ini ditempati Alana itu letaknya sangat dekat dengan rumah sakit tempat Saka dirawat inap.
Tapi ibu harus memilih memberitahu Alana dulu, entah Alana akan mau menemui dan menjaga Saka atau tidak yang penting ibu sudah memberitahukan kejadian Saka itu kepada Alana.
Tapi feeling ibu, Alana bakal mau mengurus Saka, karena ibu juga tahu betapa cintanya Alana kepada Saka, suaminya yang kadang kadang ngeselin itu.
Ibu sudah mulai memencet mencet no ponsel Alana yang ter memory dengan baik di ponsel ibu. Ibu menunggu sampai Alana mengangkat teleponnya.
" Assalammuaalaikummmm, Lana. Ini ibu. Lana, kamu dalam posisi duduk atau tiduran?" tanya ibu Irsyana terlebih dahulu. Alana kan lagi hamil ya, ia juga takut kalau Alana kaget trus jatuh atau pingsan gimana coba? Makanya ibu nanya Alana lagi duduk atau tiduran.
" ... "
" Lana, ibu minta kamu duduk di ranjang. Ibu mau kasi kamu info dulu. Kalau kamu sudah duduk dengan manis di atas ranjangmu baru ibu akan kasih tahu apa infonya." jelas ibu Irsyana hati hati.
"..."
" Lana, emang ini harus kamu sendiri yang menentukan apakah kamu mau menemui Saka atau tidak. Ehm, saat ini Saka ada di rumah sakit X, dia pingsan tidak sadarkan diri. " jelas ibu dengan nada hati hati banget. ia juga tidak ingin membuat Alana yang sedang hamil cucu keduanya menjadi stress dan kalut, trus malah kenapa kenapa. Ibu tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri kalau Alana dan cucunya kenapa kenapa.
"..."
" Lana, kamu tenang ya, kamu jangan sedih atau nangis. Kamu datang saja tapi gak usah kamu temui dulu. Kamu cek aja apa benar Saka sakit atau tidak, dan bagaimana kondisinya. Ibu tahu kamu anak yang kuat. Kamu anak yang tegar. Ibu masih dalam perjalanan ke bandara dulu menjemput ayah. Ayah yang dikabari oleh Lio, trus ayah nelepon ibu, menyuruh ibu yang kesana duluan. Eh tapi ternyata ayah dapat flight habis ini, sehingga ayah bisa sampai sebelum makan siang. Jadi ibu bareng ayah sekalian saja. Genta biar dirumah dulu, ga usah kamu ajak." jelas ibu tetap dengan nada biasa. Ia tidak ingin Alana khawatir.
" ... "
"Iya ibu tahu, Saka emang gak pernah sakit, oleh karena itu, ibu juga menyarankan kamu jangan gegabah. Jangan terlalu sedih juga. Okey?" lanjut ibu dengan sabar.
"..."
" Baiklah, Lana. Ibu tutup dulu teleponnya. Kalau kamu jadi kesana kamu kabari ibu ya. Hati hati, bawa pengawal dan jangan terlalu mencolok." kata ibu mertua Alana menasihati.
***
Alana terlanda kegalauan yang luar biasa, ia sedih Saka sakit dan tiba tiba pingsan. Ia tahu Saka tidak pernah sekalipun sakit. Bahkan ketika Yara divonis tidak bisa memiliki keturunan, Saka tidak bergeming. Ia tidak drop, bahkan ia yang selalu menguatkan Yara.
Alana heran, kenapa baru ditinggal dirinya, Saka begitu kacau. Bahkan sampai pingsan. Ia harus mencari dokter yang mengurus Saka. Ia harus tahu kenapa Saka sampai pingsan.
Alana segera menghubungi ibu. Tapi rupanya ponsel ibu berada di luar service area. Akhirnya Alana hanya memberikan pesan singkat melalui WA bahwa Alana akan menjenguk Saka dan memastikan kondisi penyakitnya.
Tak lupa Alana juga membawa pengawal yang diberikan ibu kepadanya.
Alana berangkat dengan memakai hoodie warna biru navy gombrong untuk menutupi perutnya yang buncit, dan celana kain warna gelap, topi dan kacamata hitam, Alana berusaha mengubah penampilannya. Penampilannya tampak aneh bagi seorang ibu hamil, tapi seperti biasa ia tetap tampak sangat cantik.
Sesampainya Alana di rumah sakit X, ia tidak langsung menjenguk Saka, ia mencari informasi dokter yang merawat Saka. Ia hanya ingin tahu kondisi suaminya.
" Pagi, dok! Apakah dokter adalah dokter Indra yang menangani pasien bernama Narendra Sakabumi, pasien ruang rawat inap VVIP 3A?" tanya Alana kepada seorang dokter tampan yang berusia kira kira awal 30an.
Dokter itu memandang outfit yang dikenakan Alana dari atas kebawah kemudian keatas lagi, dengan sedikit ragu. Wajah orang yang menyapanya itu emang cantik dan anggun tapi penampilannya tampak mencurigakan.
" Maaf, saya berbicara dengan?" tanyanya dengan pandangan menyelidik.
" Owh, maaf saya belum memperkenalkan diri. Saya Lita, sekretaris pribadi bos Sa.., ehm maksud saya bos Narendra." kata Alana sambil menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan dokter itu. Dan dokter itu menerima tangannya masih dengan keraguan.
" Dok, ibu .. maksud saya orang tua pasien akan segera datang dari Jakarta. Saya disuruh kemari untuk menanyakan terlebih dahulu kondisi pasien. Apakah penyakitnya parah? Karena setahu kami, bos dari kecil tidak pernah sakit." jelas Alana dengan senyum yang masih tersungging diwajahnya.
Dokter itu cukup terpesona dengan wanita yang dihadapannya, karena meski penampilannya aneh, wajah Alana yang cantik tidak dapat dipungkiri masih sanggup menggoda laki laki manapun.
" Baiklah, nona Lita. Mari kita duduk di ruang kerja saya. Silahkan!" katanya sambil masuk ke dalam ruangan kerja yang tampak cukup maskulin dan mewah. Maklum rumah sakit X adalah salah satu rumah sakit yang tebesar di kota ini. Sehingga fasilitasnya pun cukup lumayan eksklusif.
" Baik dok!" Alana mengikuti dokter itu dan duduk dengan manis.
" Saya akan sedikit menjelaskan tentang penyakit pasien. Merurut observasi sederhana kami, pasien Narendra tidak sadar karena dipicu oleh saraf vagus, yaitu saraf yang menghubungkan sistem pencernaan ke otak dan mengelola aliran darah ke usus. Saat makanan masuk, saraf vagus akan mengarahkan darah ke perut dan usus, serta menariknya dari jaringan tubuh lain termasuk otak.
Malfungsi pada sistem saraf ini merupakan penyebab di balik sebagian besar kasus pingsannya pasien Narendra. Gangguan fungsi tersebut dapat dipicu oleh stres berlebihan dan kekurangan asupan makanan yang sehat yang diderita pasien akhir akhir ini." jelas dokter Indra dengan sabar.
" Apakah ini merupakan penyakit berbahaya, dok?" sahut Alana dengan raut cemas yang tidak dapat ia sembunyikan.
" Perlu melakukan observasi yang lebih detail lagi, nona. Saya tidak bisa memberikan gambaran yang terlalu mengambang. Harus disertai dengan data data yang akurat tentunya." jawab dokter Indra sambil tersenyum.
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nana
bisa bae bumil nyamar jd sekertaris 😆😆😆
2020-11-11
0
Alya Dewina Maryam
kasian saka,,
2020-10-06
0
Evy Vitry
yah urusan nyamar² alana org x
2020-09-14
2