Happy reading guys!
Rezki memberikan kartu namanya ketelapak tangan Arshi sembari mengedipkan sebelah matanya dengan menyunggingkan senyumnya yang penuh makna terselubung di dalamnya. Kelakuannya itu tidak lepas dari perhatian Dokter Hasan, Khardha, dan Rasya yang membulatkan matanya dengan sempurna melihatnya. Arshi sendiri justru bergidik geli melihatnya lalu mengalihkan wajahnya kearah lain.
"Beraninya kamu menggoda anakku dihadapanku!" Seru Dokter Hasan dengan meninggikan intonasi suaranya.
"Sayang sudahlah mungkin dia lagi kelilipan." Khardha berusaha menenangkan suaminya padahal dia juga yakin Rezki sedang menggoda anaknya.
"Kami permisi dulu Om, Tante, Arshi." Rasya langsung menarik Rezki dengan kasar untuk membawanya pergi dari kamar VVIP itu.
Tidak sengaja ketika membuka pintu Rasya dan Rezki bertemu dengan Wava serta Wavi sepupunya yang hendak menjenguk keadaan Arshi.
"Kalian berdua ngapain kesini?" Wavi memicingkan matanya menatap kedua sepupunya itu.
Sedangkan Wava langsung masuk karena tidak mau ikut dengan perdebatan ketiga saudara laki-laki nya itu. Sebab dia sudah hafal dengan kebiasaan mereka yang selalu berdebat bila sedang berkumpul, baik itu yang berfaedah maupun unfaedah.
"Kami habis jenguk Arshi." Jawab Rasya dengan melipat tangannya di atas dada." Dan asal lo tau aja ya Vi orang yang nabrak Arshi itu adalah si biang kerok satu ini." Tunjuk Rasya kemuka Rezki.
"Selalu aja lo bikin ulah, awas ya kalau sampai Arshi kenapa-napa, gue gak bakal maafin lo!" Wavi menatap tajam kearah Rezki dengan mengepalkan tangannya.
🎤Hareudang, hareudang, hareudang, panas, panas, panas.
🎶Selalu, selalu, selalu panaskan hareudang." Rezki menanggapinya dengan sangat santai sambil bernyanyi.
"Kurang asem lo ya Ki, bukannya takut malah nyanyi." Wavi mengetuk kepala sepupunya itu dengan tangannya.
"Maklumin aja namanya juga anak alay yang punya cassing ceo muda playboy cap kepiting, untungnya dia bukan seorang fakboy, kalau iya pasti udah didepak tuh dari keluarga besar Pratama." Ucap Rasya dengan tersenyum smirk.
Rezki hanya memajukan bibirnya kedepan menanggapi ucapan sepupunya itu.
"Udah gue mau kekantor dulu, emangnya lo berdua gak ada kerjaan apa?" Rezki menatap kedua sepupunya secara bergantian.
"Kami dapat shift siang sekarang baru jam 09:00." Jawab Rasya dan Wavi serempak.
"Ohh pantesan pada bisa santai nengokin calon ya kan?" Tebak Rezki dengan menaikturunkan kedua alisnya.
Rasya dan Wavi tersenyum penuh arti menanggapi ucapan Rezki yang memang benar adanya.
"Hati-hati loh jangan-jangan nanti Arshi justru jatuh cinta sama gue." Ucap Rezki dengan percaya dirinya.
"Sama lo, ya gak mungkinlah!" Seru Rasya dan Wavi bersamaan.
"Gue gak bakal biarin itu terjadi, Arshi pasti akan selalu sakit hati kalau dia jadi kekasih lo." Rasya menatap tajam kearah Rezki.
"Iya secara lo kan seorang playboy yang suka mainin cewek." Sindir Wavi dengan telak.
"Kalau gue mau berubah gara-gara Arshi, lo berdua jangan sakit hati ya. Gue cabut dulu bye, assalamualaikum." Rezki berlalu pergi meninggalkan kedua sepupunya yang terpaku di tempatnya.
"Gila tuh anak percaya diri banget dia." Gerutu Wavi yang diangguki oleh Rasya.
"Gue mau jenguk Arshi dulu, lo udah kan tadi sama Rezki, mending lo balik aja sana keruangan lo." Perintah Wavi dengan mengibaskan tangannya.
"Iya gue juga mau balik dari tadi." Ketus Rasya dengan melangkahkan kakinya menuju lift untuk turun kebawah.
🌿🌿🌿🌿🌿
Sedangkan di tempat lain tampak seorang laki-laki tidak sadarkan diri didalam mobilnya akibat kecelakaan yang menimpanya. Dia menabrak pohon besar tepat dijalan depan rumah sederhana milik seorang gadis yang hanya tinggal bersama ibunya. Gadis itu terkejut menyaksikannya ketika sedang asyik menyapu halamannya. Dia segera berlari menghampiri mobil tersebut lalu berteriak minta tolong supaya ada orang yang mau membantunya.
Tolongggg....tolongggg....Teriaknya dengan sangat lantang. Tidak ada orang yang datang menolongnya karena semua orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Dia melihat tukang ojol melintas di depannya lalu memberhentikanya.
"Stop...stop...stop!" Serunya dengan menghalangi jalannya motor tukang ojol itu.
"Ada apa Mbak mau kemana?" Tanya tukang ojol sembari menghentikan laju motornya.
"Mas tolong bantuin saya nolongin orang yang ada dalam mobil itu, kasian dia gak ada yang nolongin sedari tadi. Liat kap mobilnya udah ngeluarin asap, kalau sampai terbakar kan tambah bahaya." Pintanya sembari menarik tukang ojol menghampiri bagian pintu depan kemudi.
Tukang ojol berusaha membuka pintu mobil dengan paksa namun tetap tidak terbuka hingga dia menyerah karena baru ingat bahwa ada yang memesan makanan lewat aplikasi go food di handphonenya.
"Maaf Mbak saya gak bisa bantu lagi ada pesanan pelanggan yang harus secepatnya saya antarkan. Coba telpon nomer darurat aja biar cepat ditangani." Ucap tukang ojol mengingatkan.
"Iya mas makasih ya, maaf udah nyusahin mas nya." Gadis itu tersenyum kikuk sembari menundukkan kepalanya.
Tukang ojol segera tancap gas untuk memenuhi pesanan pelanggannya. Gadis itu segera mengambil handphonenya untuk menghubungi nomer darurat agar bisa secepatnya menolong laki-laki yang tidak dikenalnya itu. Namun ketika hendak menelpon ternyata ada percikan api dibagian depan mobil yang sedari tadi mengeluarkan asap. Gadis itu sangat panik, dia berlari kembali masuk ke rumahnya untuk mengambil benda apa saja agar bisa segera menyelamatkan laki-laki yang ada didalam mobil itu. Dia menggunakan palu untuk memecahkan kaca mobilnya lalu memencet tombol otomatis yang terdapat dipintu mobil hingga akhirnya bisa membukanya. Gadis itu memapah dengan susah payah laki-laki yang ditolongnya agar bisa menjauhi mobil yang akan terbakar itu. Dia membawanya masuk kedalam rumahnya lalu membaringkannya diatas sofa ruang tamu.
"Assalamualaikum. Siapa laki-laki itu nak?" Tanya ibunya yang baru pulang dari pasar tradisional untuk membeli kebutuhan dapur mereka.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Dia pengemudi mobil yang menabrak pohon depan rumah kita itu Bu, tadi aku liat mobilnya terus mengeluarkan asap dan tiba-tiba ada percikan api di bawahnya, karena takut mobil itu akan segera meledak, makanya aku nolongin dia." Jelasnya sembari membersihkan luka di pelipis mata laki-laki itu.
"Ya udah kamu urusin aja dulu laki-laki itu, ibu mau masak dulu." Beranjak dari ruang tamu menuju dapurnya.
Gadis itu menganggukkan kepalanya, lalu kembali meneruskan kegiatannya mengobati luka laki-laki itu.
"Kayaknya lukanya gak terlalu parah, mungkin dia cuma syok." Gumamnya sembari menempelkan kassa steril di pelipis laki-laki itu.
Ternyata laki-laki itu sudah terbangun sejak gadis itu membersihkan lukanya tadi. Dia pura-pura masih pingsan agar bisa memastikan orang yang menolongnya benar-benar orang baik atau tidak. Karena kecelakaan itu disebabkan ada yang memutuskan tali kabel rem mobilnya tanpa sepengetahuannya, sehingga ketika dia menginjak rem nya sewaktu menghindari mobil lainnya ditikungan tadi tiba-tiba dia tidak bisa mengendalikan mobilnya lagi, jadi terpaksa ditabrakkannya ke pohon yang ada didepannya. Itulah yang di ingatnya ketika mengemudikan mobilnya tadi, dia curiga ada yang mengharapkannya
mengalami kecelakaan tersebut. Namun ternyata Allah berkehendak lain hingga dia selamat dari kecelakaan maut itu.
Setelah selesai mengobatinya gadis itu segera masuk kekamarnya lalu mandi dan bersiap-siap untuk pergi kerumah sakit. Laki-laki itu membuka matanya kemudian duduk di sofa itu sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian rumah minimalis itu. Dia terpana melihat gadis yang tadi menolongnya tiba-tiba keluar dengan pakaian yang sederhana namun terlihat sangat mmenarik.
"Ohh ternyata kamu sudah bangun." Ujar gadis itu sembari mendudukkan dirinya di sofa yang berseberangan dengan laki-laki yang ditolongnya itu.
"Cantik!" Itulah kata-kata yang pertama keluar dari mulut laki-laki itu.
Gadis itu menatap kearah laki-laki itu dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Siapa nama kamu?" Tanya gadis itu dengan menatap penuh selidik.
"Hendri Hendrawan Choi. Kamu sendiri siapa?" Mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan gadis cantik dihadapannya.
"Amara Syakila." Jawab gadis itu dengan mengulas senyumnya.
"Amara Syakila nama yang cantik secantik orangnya." Ujarnya menyunggingkan senyumnya sembari menatapnya tanpa berkedip sedikitpun.
Senyumnya mengingatkan aku pada seseorang, tapi siapa ya?" Batinnya dengan menatap intens kearah Amara.
"Aku harus memanggilmu apa? Hendri, Hendra atau Wawan?" Bingung gadis itu seraya tersenyum penuh arti.
"Terserah kamu saja mau memanggilku apa yang penting kamu senang." Jawabnya sembari menumpu dagunya menatap lekat manik mata Amara." Terimakasih banyak sudah menolongku." Ucapnya kemudian tanpa mengalihkan pandangan matanya.
"Gimana kalau Hendra, aku suka nama itu karena mengingatkanku pada seseorang. Tolong gak usah bicara terlalu formal sama aku, lidahku rasanya kaku." Ujarnya dengan mengulas senyum manisnya.
"Seseorang siapa dia? Bolehkah aku mengetahuinya?" Hendra mengerutkan keningnya dengan sempurna karena dia merasa apa yang ada di otaknya sama dengan apa yang dipikirkan Amara.
"Dia adalah kakak angkatku yang sudah lama pergi, dulu kami sering main bersama." Jawab Amara sambil menerawang jauh mengingat masa lalunya.
"Kenapa kalian sampai berpisah?" Hendra semakin penasaran dengan cerita masa kecil Amara.
"Waktu itu Kak Hendra terpaksa ikut orang tuanya ke luar negeri dan meneruskan studinya disana, hingga sampai sekarang kami belum pernah bertemu lagi. Mungkin dia juga udah lupa sama aku, tapi aku selalu mengingatnya karena dia berjanji akan menemuiku suatu hari nanti." Amara menatap langit-langit rumahnya.
Ceritanya mirip dengan kisah masalaluku, apa mungkin dia Amara adik kecilku dulu? Aku akan menyelidikinya lebih lanjut." Gumam Hendra dalam hatinya.
Saking asyiknya bercerita tanpa sadar Amara sudah lama diperhatikan oleh ibunya
yang berdiri tepat disampingnya.
"Ayo kita makan dulu nak, semuanya sudah siap dimeja makan." Ajak bu Tina menyadarkan anak gadisnya dan laki-laki yang ditolong anaknya itu.
Kenapa ya wajah laki-laki ini mirip sekali dengan Tuan Hendrik Choi?" Batin bu Tina sembari berlalu pergi menuju dapurnya kembali.
"Baik Bu, yuk Kak Hendra kita makan sama-sama." Amara langsung menarik tangan Hendra agar mengikutinya menuju meja makan.
Hendra terkejut dengan keberanian Amara menarik tangannya dia merasa dejavu, sebab selama ini dia tidak pernah dekat dengan wanita kecuali ibunya sendiri dan adik angkat masa kecilnya. Dia terus memperhatikan tangan Amara yang menariknya hingga mendudukkannya di kursi meja makan.
"Maaf ya cuma ini yang bisa ibu masak." Bu Tina menatap Hendra yang nampak tertegun melihat makanan dihadapannya.
"Tidak apa-apa Bu makanan ini sepertinya enak." Hendra tampak sungkan karena dia tidak biasa memakan makanan sederhana seperti itu.
"Pastinya Kak ini tuh namanya iwak samu pakasam dan bilungka bakarik enak banget dimakan bersama nasi yang baru dimasak. Makanan khas orang Banjarmasin." Amara menjelaskan sembari mengambil makanan untuknya dan Hendra.
Hendra memperhatikan betapa lahapnya Amara dan ibunya menyantap makanan sederhana yang ada didepannya itu, sedangkan dia sendiri baru memasukkan ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya.
Rasanya kok aneh gini ya? Ada asem, gurih, pedes, seger juga tapi kok bikin nagih ya?" Batinnya ketika merasakan nikmatnya makanan sederhana itu.
"Ayo Kak cepat makannya aku mau berangkat kerja kerumah sakit, kalau kamu masih mau makan santai disini aku tinggal aja ya." Ujar Amara sembari membereskan piring kotor yang sudah dipakainya tadi.
"Tungguin aku sebentar." Pinta Hendra disela makannya.
Hendra segera menghabiskan makanannya dengan cepat agar bisa mengantarkan Amara ke tempat kerjanya. Setelah selesai mereka beranjak dari sana lalu Hendra menelpon anak buahnya agar menjemputnya secepatnya. Tidak berselang lama datanglah mobil yang menjemputnya beserta sopir pribadinya.
"Terimakasih banyak atas semuanya Bu, saya mau pergi kekantor dulu sekalian mengantar Amara ketempat kerjanya." Pamit Hendra sembari mencium punggung tangan bu Tina.
"Aku berangkat dulu Bu, assalamualaikum." Ucap Amara setelah mencium punggung tangan ibunya.
"Iya nak hati-hati di jalan ya, Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Sahut bu Tina lalu kembali masuk kedalam rumahnya.
"Kita naik taksi aja ya Kak, aku udah pesan taksi online." Ujar Amara sembari berdiri di pinggir jalan.
"Batalin aja, yuk ikut aku!" Hendra menarik tangan Amara lalu menyuruhnya duduk dijok bagian belakang bersamanya karena sopirnya sudah membukakan pintu mobilnya.
"Jadi ini mobil Kakak juga, lalu mobil yang nabrak pohon itu gimana?" Amara menatap Hendra dengan mengerutkan keningnya.
"Biarin aja nanti ada orang yang mengurusnya." Jawab Hendra dengan santainya." Cepat jalan!" Perintahnya kepada sopirnya.
Mobil melaju membelah jalanan ibukota provinsi yang selalu ramai dengan berbagai macam aktivitasnya masing-masing.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya teman-teman melalui vote yang banyak, like yang tiada henti, komen yang selalu membangun, koin seikhlasnya.
Sampai ketemu lagi di episode selanjutnya. Salam sayang selalu dari author Khardha Love. Semoga sehat selalu dan lupa bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
keren
2021-04-09
1
Lux Pras
ditunggu up terbarunya
2021-01-31
1
ARSY ALFAZZA
semangat 👍🏻
2020-12-20
1