Bab. 5 Perjalanan

Zico tiba di bandara, langkahnya tegap menuju ke landasan. Di belakang, Fedric masih mendapatkan tugas menggendong Aurora. Gadis itu memeluk erat leher Fedric, terlihat lemah dan tak berdaya.

Zico melirik Aurora sekilas, kemudian berlalu tanpa sepatah kata pun. Jet pribadi sudah menunggu di landasan menjadi sebuah simbol kekuasaan dan kekuatannya. Fedric menurunkan Aurora agar ikut masuk ke dalam pesawat.

“Tuan Zico, suhu badan Nona Aurora sepertinya tinggi. Apa perjalanan ini akan baik saja?” tanya Fedric yang peduli dengan Aurora.

Zico berhenti, berbalik dengan tatapan tajam. “Bukankah tadi kau sudah membeli obat pereda nyeri?”

Fredric mengangguk cepat. “Iya, Tuan. Hanya saja kandungan obat tidak ada penurun panasnya.”

Zico mendengkus, kemudian berbalik. “Biarkan saja, perjalanan hanya beberapa jam. Setelah sampai nanti segera panggilkan dokter,” jawab Zico santai.

Fedric duduk di tempatnya setelah menurunkan Aurora di dalam pesawat. Tak menunggu lama, mereka berangkat menuju ke negara asal Italia.

Sementara itu, Aurora sedang duduk meringkuk di kursi. Kepalanya pusing dan seluruh tubuhnya sakit. Bahkan dia juga menggigil. Dia harus bertahan kurang lebih 9 jam di udara.

Dua jam berlalu, Fedric sedang sibuk merawat Aurora yang tampak pucat dan semakin parah. Zico bahkan terlihat mengabaikan. Dia tidak peduli dengan kondisi Aurora.

“Nona, minum obat dulu! Nona, bangun! Obatnya diminum.” Fedric memanggil Aurora secara lembut.

Aurora membuka matanya, dia terkejut saat melihat Fedric yang terlalu dekat. “Maaf, saya kaget! Ada apa, Tuan?”

“Minum obatnya, Nona. Saya melihat Nona sakit,” jawab Fedric sambil menyodorkan beberapa butir obat.

Aurora mengambil obat tersebut, dan langsung menelannya. “Terima kasih, sudah merawat saya. Bolehkah saya tidur lagi? Kepala saya pusing.”

“Boleh, Nona. Jika butuh sesuatu, langsung panggil saya saja. Panggil saya Fedric, jangan Tuan. Saya permisi Nona,” Fedric beranjak dari tempatnya. Sedangkan Aurora kembali memejamkan matanya.

Fedric duduk di belakang Zico yang juga sedang sibuk dengan berkasnya. Terlihat sesekali dia melirik Aurora yang duduk tak jauh darinya.

“Bagaimana kondisinya?" Zico bertanya pada asistennya.

“Suhu badannya panas sekali, Tuan. Wajahnya juga semakin pucat, semoga Nona bisa menahannya sampai tiba di rumah,” jawab Fedric.

Zico kembali diam, dia melanjutkan pekerjaannya. Lima jam di dalam pesawat, kondisi luar pun sudah gelap. Kondisi Aurora semakin parah. Tubuhnya menggigil hebat membuatnya mengigau sendiri.

“Ampun, jangan pukuli aku. Ampun ... Tolong, jangan pukuli aku!” seru Aurora sambil terpejam.

Zico yang mendengarnya langsung mendekat penasaran. Dia ingin membangunkan Aurora. “Mimpi apa gadis ini?”

“Hei, bangun! Hei, kau harus bangun!” Zico membangunkan Aurora yang terus histeris.

Zico memegangi tangan Aurora yang terus bergerak, hingga gadis itu pun terbangun.“Aaa ... Jangan! Tuan, maaf! Saya mimpi buruk!”

“Tidak apa-apa! Sebaiknya kau minum dulu!” kata Zico pindah tempat duduk.

Aurora meminum air mineral yang ada di sampingnya hingga habis. Pandangannya semakin kabur, kepalanya juga semakin pusing tak terkendali. Selesai minum, Aurora kembali memejamkan matanya.

Sementara itu, Zico semakin penasaran dengan identitas Aurora. Dia memberikan perintah kepada Fedric untuk menyelidiki asal usul gadis itu.

“Badannya semakin panas, apa sikapku terlalu kasar sehingga membuatnya kesakitan?” tanya Zico dalam hati.

Zico menyimpan penasarannya dalam hati. Hingga pesawat pun tiba di bandara Italia. Benar saja kondisi Aurora semakin buruk.

“Tuan, sepertinya Nona Aurora pingsan. Apa sebaiknya kita pergi ke rumah sakit dulu?" tanya Fedric khawatir.

Zico menjawab datar,“Kau bawa saja dia ke paviliun. Nanti aku akan panggil William ke sana. Satu lagi kau harus rahasiakan keberadaan Aurora pada semua orang. Aku tidak ingin mereka mengetahui jika aku membawa pulang seorang gadis.”

Fedric mengangguk. “Baik, Tuan. Saya akan menjalankan sesuai dengan perintah.”

Zico keluar dari pesawat dan disambut oleh beberapa bodyguard yang sudah stand by di bawah. Sedangkan Fedric membawa Aurora menuju ke paviliun. Mereka berpisah dengan mobil masing-masing.

Jarak paviliun dengan bandara lumayan jauh. Zico sengaja membawa Aurora ke sana hanya untuk menjaga nama baiknya saja. Dia tidak ingin digosipkan dengan wanita manapun.

Fedrick menyetir sendiri menuju ke paviliun. Sesekali dia melirik ke belakang untuk mengecek kondisi Aurora yang sudah lemas. Pria itu bergumam dalam hati, “Kasihan sekali, apa dia bisa bertahan? Sejak kapan pingsan?”

Tak berselang lama, mobil Fedric masuk ke paviliun yang berada di pedalaman hutan. Tempat itu tidak banyak orang tahu, jadi sangat aman untuk menyembunyikan keberadaan Aurora.

Mobil berhenti di halaman, tak lama kemudian ada seorang pelayan datang menyambut. “Tempat tidurnya sudah saya siapkan, Tuan. Silakan langsung masuk saja. Dokter William sudah menunggu di dalam.”

Fedric segera masuk dengan menggendong Aurora. Dia menuju ke lantai atas di mana kamar sudah disiapkan. Sesampainya di sana, ada William menyambut dengan penuh semangat.

“Wow, seorang gadis cantik? Astaga itu mengapa pucat sekali? Apa yang diperbuat pria itu dengan gadis cantik ini?” tanya William

Fedric tidak menjawab, dia masuk ke dalam dan menurunkan Aurora. “Periksa segera, dia sedang pingsan. Semua karena Tuan yang terlalu bersikap kasar pada gadis ini.”

Mata William membulat sempurna, dia terkejut mendengar perkataan Fedric. “Benarkah yang kau katakan, Fed? Ada angin apa sehingga membuat pria itu membawa seorang gadis pulang ke rumah."

William segera memeriksa Maura. Dia memastikan kondisi gadis itu agar baik-baik saja. Setelah beberapa menit pemeriksaan selesai. William keluar dari kamar itu dan melaporkannya pada Fedrick.

“Fed, aku sudah memeriksa gadis itu. Sepertinya dia hanya kelelahan saja. Berikan dia istirahat yang cukup dan ini pesan untuk Zico. Jangan memaksanya sebelum luka bengkak itu sembuh, oke. Tidak usah aku jelaskan pun pasti kau sudah tahu. Aku sudah menuliskan resep obatnya, sebaiknya kau segera pergi untuk menebus obat tersebut di apotek rumah sakit. Aku permisi dulu! Kalau ada apa-apa segera hubungi aku?” jelas William pamit.

Fedric menerima resep obat itu dan segera keluar untuk menebusnya. Dia melaporkan penjelasan William pada Zico.

***

Di tempat lain, Zico sedang berada di dalam ruang kerjanya. Dia memeriksa beberapa berkas yang harus ditandatangani. Melihat notif handphone berbunyi, Zico segera membuka pesan tersebut.

Pria itu menghela napas dalam, dia meletakkan kembali handphonenya. Dia berkata dalam hati. “Sepertinya aku harus melatihnya agar lebih kuat. Orang lemah tidak boleh berada di sisiku. Sementara ini aku akan membiarkanmu untuk memulihkan diri. Setelah pulih, kau harus bekerja keras untukku.”

Zico duduk di kursi kebanggaannya. Tak lama kemudian, datanglah seorang wanita cantik berpakaian seksi.

“Zico, akhirnya kau pulang juga. Aku sudah bosan menunggumu! Mengapa kau pergi lama sekali? Apa kau tidak merindukanku sama sekali?”

Episodes
1 Bab 1. Gadis Lelangan
2 Bab 2. Mempesona
3 Bab 3. Pasrah Melayani
4 Bab 4. Tak Sanggup
5 Bab. 5 Perjalanan
6 Bab. 6 Calon tunangan
7 Bab. 7 Dalam Pelukanmu
8 Bab. 8 Sangat Berkelas
9 Bab. 9 Sebuah rahasia
10 Bab. 10 Curiga
11 Bab. 11 Menguji
12 Bab. 12 Tak Berdaya
13 Bab. 13 Penampilan Baru
14 Bab. 14 Gadis Tangguh
15 Bab. 15 Tersaingi
16 Bab. 16 Merasa Candu
17 Bab. 17 Rapuh
18 Bab. 18 Kamuflase
19 Bab. 19 Lengah
20 Bab. 20 Menyerang atau Bertahan
21 Bab. 21 Tanpa Perlawanan
22 Bab. 22 Menyerahlah !!!
23 Bab. 23 Menjadi Budak
24 Bab. 24 Semakin Curiga
25 Bab. 25 Gadis Casino
26 Bab. 26 Ternyata benar!
27 Bab. 27 Tempat persembunyian
28 Bab. 28 Semakin kagum
29 Bab. 29 Penasaran
30 Bab. 30 Titik Terang
31 Bab. 31 Kekacauan
32 Bab. 32 Misi Berhasil
33 Bab. 33 Terungkap
34 Bab. 34 Organisasi Baru
35 Bab. 35 Menunjukkan Bakat
36 Bab. 36 Fakta Mengejutkan
37 Bab. 37 Dua tahun yang lalu
38 Bab. 38 Two Years Ago
39 Bab. 39 Akhir dari James Familys
40 Bab. 40 Kritis
41 Bab. 41 Zico dan Ethan
42 Bab. 43 Di istimewakan
43 Bab. 43 Terobsesi
44 Bab. 44 Kerja sama Zico dan Ethan
45 Bab. 45 Sebuah Gertakan
46 Bab. 46 Misi berbahaya
47 Bab. 47 Misi yang Gagal
48 Bab. 48 Terbalaskan
49 Sebuah Pengakuan
50 Bab. 50 Gelora Yang Membara
51 Bab. 51 Pengawasan
52 Bab. 52 Rencana Yang Gagal
53 Bab. 51 Bertemu Masa Lalu
54 Bab. 54 Pilihan yang sulit
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Gadis Lelangan
2
Bab 2. Mempesona
3
Bab 3. Pasrah Melayani
4
Bab 4. Tak Sanggup
5
Bab. 5 Perjalanan
6
Bab. 6 Calon tunangan
7
Bab. 7 Dalam Pelukanmu
8
Bab. 8 Sangat Berkelas
9
Bab. 9 Sebuah rahasia
10
Bab. 10 Curiga
11
Bab. 11 Menguji
12
Bab. 12 Tak Berdaya
13
Bab. 13 Penampilan Baru
14
Bab. 14 Gadis Tangguh
15
Bab. 15 Tersaingi
16
Bab. 16 Merasa Candu
17
Bab. 17 Rapuh
18
Bab. 18 Kamuflase
19
Bab. 19 Lengah
20
Bab. 20 Menyerang atau Bertahan
21
Bab. 21 Tanpa Perlawanan
22
Bab. 22 Menyerahlah !!!
23
Bab. 23 Menjadi Budak
24
Bab. 24 Semakin Curiga
25
Bab. 25 Gadis Casino
26
Bab. 26 Ternyata benar!
27
Bab. 27 Tempat persembunyian
28
Bab. 28 Semakin kagum
29
Bab. 29 Penasaran
30
Bab. 30 Titik Terang
31
Bab. 31 Kekacauan
32
Bab. 32 Misi Berhasil
33
Bab. 33 Terungkap
34
Bab. 34 Organisasi Baru
35
Bab. 35 Menunjukkan Bakat
36
Bab. 36 Fakta Mengejutkan
37
Bab. 37 Dua tahun yang lalu
38
Bab. 38 Two Years Ago
39
Bab. 39 Akhir dari James Familys
40
Bab. 40 Kritis
41
Bab. 41 Zico dan Ethan
42
Bab. 43 Di istimewakan
43
Bab. 43 Terobsesi
44
Bab. 44 Kerja sama Zico dan Ethan
45
Bab. 45 Sebuah Gertakan
46
Bab. 46 Misi berbahaya
47
Bab. 47 Misi yang Gagal
48
Bab. 48 Terbalaskan
49
Sebuah Pengakuan
50
Bab. 50 Gelora Yang Membara
51
Bab. 51 Pengawasan
52
Bab. 52 Rencana Yang Gagal
53
Bab. 51 Bertemu Masa Lalu
54
Bab. 54 Pilihan yang sulit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!