Episode 4

 

 

Hening di dalam mobil milik Rafa, tak ada yang memulai pembicaraan lagi. Mungkin kami terlalu lelah untuk berdebat. Mobilnya memasuki kawasan restoran Japanesse Food.Mataku membulat melihat nama restoran tersebut.

Tidak, tidak, jangan pertemukan aku dengan sushi!

Rafa benar-benar masuk ke dalam restoran itu. Mobilnya terparkir rapih tepat di depannya. Bagaimana ini? Aku tidak mau turun! Tidak mau!

"Heh turun." Rafa sudah berada di sampingku, dan aku juga baru sadar kalau pintu juga sudah terbuka. Rafa berdiri sambil berkacak pinggang cuek gaya khas-nya.

"Gamau."

Rafa mengangkat sebelah alisnya. "Terserah sih kalo gamau turun, ini pintu bakal gue tutup, terus ga ada tuh yang namanya mesin nyala, terus lo kepanasan dan pengap, terus pada akhirnya lo mat-"

"Iss--iya gue turun." dengan sangat terpaksa aku menginjakkan kakiku ke aspal dan turun dari mobilnya. "Eh gue gamasuk deh-lo aja sana, gue nunggu di luar."

Aku membalikkan tubuhku dan berjalan ke luar. Siapa tau ada pedagang kaki lima yang jualan siomay atau batagor atau bakso atau mie ayam atau-ah terserah! Apa saja yang penting aku tidak akan menjadi kucing yang kerasukan setan karena bengong.

"Keras kepala banget sih." kurasakan tanganku di tarik oleh Rafa. Aku berusaha melepaskannya, namun apa mau di kata-memang takdir bahwa laki-laki tenaganya lebih kuat dari wanita.

"Lepasin woy sakit!"

"Kalo gue lepasin nanti lo kabur." katanya sambil masih tetap berjalan ke depan tanpa menoleh ke arahku. Pegangannya semakin kuat di pergelangan tanganku.

"Iya suer gabakal kabur elah lepasin si,"

"Janji dulu."

"IYA ELAH JANJI LEPASSSIIINNN."

"Bisa ga sih gausah pake teriak?" akhirnya ia melepaskan genggaman tangannya. Dan mengusap-usap telinganya.

Aku meringis sembari mengusap-usap pergelngan tanganku yang merah akibat ulah Rafa sialan itu. "Merah nih kan jadinya! Tanggung jawab!"

"Emang gue ngehamilin lo pake acara tanngung jawab segala?"

"EMANG TANGGUNG JAWAB HARUS PAKE HAMIL DULU AP-hhmmmasdfghjkl." tangan kekarnya sukses membekap mulutku. Aku meronta-ronta minta di lepaskan.

"Bawel lu ya," katanya setelah melepaskan bekapannya.

"Anjrit! Lo tu kayanya emang udah berencana ya pengen ngebunuh gue."

"Tau aja lo."

APA SELANJUTNYA?!

Dia kemudian merangkulku agar aku mengikuti langkahnya.

"Heh apaan lo meluk-meluk gueee!"

Rafa tampak cuek dengan tindakannya dan lebih memilih berbicara dengan pelayan yang menghampiri kami untuk mencarikan tempat yang nyaman.

"Silahkan duduk-jika sudah ingin memesan panggil saja saya, nama saya Dewi." ucap pelayan tersebut ramah dan mempersilakan kami untuk duduk kemudian pergi.

Rafa masih merangkulku. "Sedetik tangan lo masih meluk gue, bodo amat gue bakal teriak lu ngapai-ngapain gue titik!"

"Yekali gue mau ngapa-ngapain lo." ia melepaskan rangkulannya dan menarik kursi untuk duduk. Rafa sudah tenggelam dengan buku menu-nya. Sementara aku hanya memandangi buku tersebut dengan tatapan tidak minat.

"Lo pesen apa?" tanya Rafa tanpa sekalipun mengalihkan pandangannya dari buku menu.

"Au,"

Refleks ia mengalihkan pandangannya dari menu dan mengangkat sebelah alisnya. Aku jengah di tatap seperti itu.

"Eh lo tau ga sih-lo tuh kalo ngangkat sebelah alis lo makin ngeselin tau," kataku acuh.

Dan ia semakin mengangkat alisnya sedikit terkejut mendengar kalimatku barusan. "Oh ya? Bukannya makin cakep?"

"Semerdeka lo deh." kembali ia sibuk dengan buku menu-nya tanpa merespon kalimat terakhirku. Aku di landa rasa bosan, kuambil ponselku dari tas yang berada di atas pangkuanku.

Ada BBM dari Kika.

Kika Emeralda: Lo dimana nyet? Motor masih di sekolah yang punya malah kaga ada

Secepat kilat aku membalas BBM darinya.

Me: Lagi sama Rafa bau kentut. Gue sebel sama dia pokonya.

Kika Emeralda: Seriiuuss? Lo di bawa kemana? ***** kapan sih? Kok gue gatau? Pantesan anak-anak tadi sempet heboh, taunya elu yang bikin heboh

Me: Bodo gue sebel

Kika Emeralda: Yodah have fun for you both! Pesen gue sih benci ga jauh dari kata cinta sih yaa. Okbye:p

Apansih Kika! Gue hidup di dunia realita kali bukan di novel-novel picisan alay sama film-film romantis yang pastinya bakalan happy ending! Gue ga bakalan lah suka sama Rafa-ish ngeliat dia aja serasa pengen nabok mulu, biarin aja tuh muka nya yang katanya cakep jadi benjol-benjol gara-gara gua tonjok!

"Ada lagi?"

"Ngga itu aja."

Tunggu, tunggu, sejak kapan Rafa manggil pelayan? Dan sejak kapan pula aku mengatakan apa pesananku? Seingatku, aku belum memesan apa-apa. Dan kurasa aku juga tidak ingin memesan makanan disini.

Seakan tahu apa isi pikiranku, Rafa mengambil ponselnya dan berkata dengan santainya. "Lo lama, jadinya gue pesenin sama kaya gue aja."

"Pesenin apa? Jangan bilang lo mesen sushi-ngga bakal! Ga bakal gua makan."

"Siapa yang mesenin lo sushi? Ge-er banget sih."

"Ya terus apa emang makanan jepang selain sushi? Ramen? Tempura? Udon?"

"Kampung banget sih-makanan enak Jepang emang Cuma itu doang?"

"Kan gue gatau lagi selain itu."

"Makanya diem aja deh gausah bawel, dijamin pasti enak."

15 menit kemudian pelayan datang membawa nampan-nampan bersisi pesanan Rafa. Sedikit terkejut saat pelayan menaruh isi nampan tersebut. Ada 4 macam makanan di sana yang tidak ku ketahui namanya.

"Ini namanya apaan Raf?" pandanganku masih terpaku pada makanan di depanku yang tengan siap untuk di santap.

"Yang mana?"

"Semuanyalah. Namanya apaan?"

"Tuh yang kaya sate namanya yakitori, yang mie ini namanya nagashi soumen harusnya sih dia lebih enak di makan pas musim dingin. Nah itu yang ada kuah-nya nikujyaga isi-nya wortel, ikan, daging ya kaya semacam sayur gitu. Terus yang terakhir takoyaki gue milih dalemnya yang gurita. Makanan favorite gue tuh."

"Oohh, menurut lo yang paling enak yang mana?"

"Semua enak, but takoyaki its like a drug for me."

"Alah lebay."

Aku dan Rafa diam seribu bahasa. Hanya suara kunyahan dan sumpit-sumpit yang menyentuh piring. Sepertinya seleraku dengan Rafa sama, karena pada detik aku pertama kali menyantap takoyaki. Aku langsung jatuh cinta padanya.

"***** enak banget." kataku refleks.

"Gue bilang juga apa."

"Emang ngapain sih lo tiba-tiba ngajak gue kesini? Emang lo ultah? Ato apa?"

"Emang napa?"

"Gua nanya lu duluan juga."

"Terus kenapa? Ada larangannya gitu kalo orang nanya malah balik nanya?"

"Ada."

"Tunjukkin sini undang-undang nya."

Nunjukkin undang-undang? Sarap kali tu orang-emangnya gue jaksa agung ato hakim yang tau semua undang-undang? Hakim sama jaksa juga kadang-kadang masih ngelirik buku.

"Mana sini cepet."

Kulirik tempat tisu di pojok sebelah kananku, senyumku mengembang. Kemudian aku menarik tempat itu dan mengambil sebuah tisu. Tas yang sedari tadi masih ku pangku ku raba-raba untuk mendapatkan tempat pensil. Rafa yang melihat tingkahku hanya mengangkat sebelah alisnya dan menggeleng pelan lalu meneruskan makannya.

PASAL 1 AYAT 1 TAHUN 2578908 LARANGAN BERTANYA BALIK. JIKA TERJADI MAKA HUKUMANNYA ADALAH MEMBERIKAN TAKOYAKI SEBANYAK-BANYAKNYA PADA YANG DITANYA BALIK.

"Dih apa, itu mah mau-nya elu. Mana tahun 2578908-sekarang masih 2013 woy."

"Bodo amat."

*

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!