'Suara musik'
"Aaakuu tresno~ kaaroo koee, nangeng~ akuu biso oopoo."
'Ringtone panggilan masuk: Denden Mushi; Luffy'
"Isss, siapa ini yang nelpon? Ganggu saja."
Nusa memeriksa handphonenya yang berada di dudukan handphone di dinding kamar mandi. Dia sedang mandi sambil mendengarkan musik. Terlihat nama "Cabul Tiada Tara" melakukan panggilan masuk.
"Ono opo bocah iki nelpon?" Nusa bertanya-tanya. Diapun membersihkan tangannya yang terkena busa sabun dan mengangkat panggilan.
"Haaluuu, pie?" tanya Nusa.
"Kau lagi ngapa?" Tara balas bertanya.
"Mandi." balas Nusa.
"Ada kerjaan ini, nganter pupuk satu truk." ungkap Tara.
"Oh, iyakah? Borongan ini." ucap Nusa sumringah.
"Iya, makannya cepat kau kesini. Sudah mulai diangkut ini." jelas Tara.
"Oke, oke, aku segera meluncur setelah mandi." jawab Nusa.
"Buruan." desak Tara.
"Santai, oke, sionara." Nusa menutup telepon dan segera membilas tubuhnya.
'Musik berputar lagi.'
"Atiku rasane loro~ nyawang koee rabi karo wong liyo~"
"Lagune kok rungkat kabeh Iki?
...****************...
Setelah mandi, Nusa segera memakai pakaian kaos. Dia melihat amplop putih di mejanya. Sepertinya ibunya tidak jadi memotong gajinya. Dia langsung mengambilnya dan menyimpannya di tumpukan pakaian di lemari. Dia mengambil helm berdesain seperti Topi Jerami miliknya dan sebuah jaket bergambarkan Luffy gear 5, lalu bergegas keluar kamar.
Dia melihat ibunya sedang menonton anime di laptop miliknya di ruang tengah sambil ngemil kacang Mede di lantai dengan bantal di pelukan. Ibunya terlihat sangat fokus dan sedikit ketegangan terlihat di wajahnya. Dia menghampiri ibunya dan menciumnya di pipi kiri. Dia melirik laptop dan melihat ibunya sedang menonton One Piece.
"Nonton Episode berapa, Bu?" tanya Nusa penasaran.
"Tidak tau. Lanjutan yang kemarin." balas Ibunya acuh karena sedang fokus.
"Nyelametin Robin?" tanya Nusa mengingat kemarin.
"Iya, ini Luffy baru menang lawan Lucci." jawab ibu.
Nusa tersenyum tipis mengetahui adegan yang sedang di tonton ibunya. Dia kemudian pergi ke lemari dan mengambil kotak tisu. Dia meletakkannya dis samping ibunya.
"Siapa tau butuh." ucap Nusa terkekeh.
"Udah, gak usah ganggu. Lagi seru ini." ucap ibu jengkel. Nusa tersenyum.
"Nusa pergi dulu. Ada kerjaan nganter pupuk." pamit Nusa.
"Ya. Pulang bawakan Terang Bulan rasa Taro." pinta Ibunya.
"Ya, kalau ingat." balas Nusa sambil melangkah pergi. Ibu memandang tajam ke Nusa.
"Harus ingat. Nanti Ibu telpon kamu." paksa Ibu.
"Iya, iya." sahut Nusa yang suaranya mengecil karena sudah di depan pintu. Ibu Lanjut nonton.
Nusa menghampiri motornya dan bergegas menghidupkannya. Dia langsung memacu motornya dan melesat pergi.
Nusa merupakan seorang pecinta One Piece. Motor yang dimilikinya didesain seperti Luffy, sang karakter utama. Tangkinya berwarna merah dan ada tanda silang di bagian tutupnya. Gambar Buah Iblis menghiasi kanan dan kiri tangki motornya. Di lampunya ada anyaman bambu yang melingkar berbentuk seperti Topi Jerami milik Luffy. Di kaca lampu, ada goresan seperti luka di bawah mata Luffy. Nomor kendaraanya pun berbentuk sendal jepit. Memang wibu akut.
Nusa melintasi area perkebunan jagung. Nusa memang tinggal di kawasan perkebunan jagung dan petak sawah. Dulu katanya, kawasan itu sangat gersang dan tidak ada tanah yang bagus untuk bercocok tanam. Setelah terjadi letusan gunung berapi, dan abu vulkaniknya menyebar, akhirnya kawasan itu menjadi subur dan bisa digunakan untuk bertani dan berkebun. Memang desa tempat Nusa tinggal berada di kaki gunung.
Menariknya, semua petak sawah yang ada di kaki gunung adalah milik ibunya Nusa. Dan semuanya di urus oleh para pekerja yang bekerja untuk ibunya Nusa. Itulah mengapa ibu Nusa bisa bersantai dan nonton anime. Dia tidak perlu repot bekerja karena tiap minggunya ada pesan transfer uang masuk di handphonenya. Untuk yang ibunya Nusa ingin memotong gaji Nusa, itu hanya bercanda. Tapi Nusa malah menanggapinya dengan sesuatu yang membuat ibunya jengkel.
"Oh, ya. Aku lupa bilang sama Ibu kalau Ayah bakal sampai di rumah nanti sore. Ah, biarlah. Paling Ayah sudah telpon Ibu." pikir Nusa.
Nusa melihat ada pengendara motor di depannya yang menghidupkan lampu sen ke kanan ketika akan mendekati perempatan jalan. Nusa pun ingin mendahuluinya dari dalam. Tiba-tiba, motor itu berbelok ke kiri. Nusa terkejut dan spontan menginjak rem.
"Cok, jaran. Sopo to kui, kok gatel men." umpat Nusa karena hampir saja terjadi tabrakan. Nusa melihat pengendara motor itu berambut panjang.
"Oooo, aaalaaah. Pantesan. Si Penguasa Jalanan." ucap Nusa jengkel setelah tau dia adalah seorang ibu-ibu. Nusa pun menghiraukannya dan memacu motornya lagi.
Setelah perjalanan yang melelahkan, akhirnya Nusa sampai di sebuah gudang besar yang terletak di pinggir jalan raya. Dia masuk kedalam dan memarkirkan motornya. Dia melepas jake dan helmnya, kemudian menghampiri Tara yang sedang ngopi di meja sambil memperhatikan tukang panggul yang sedang mengangkut pupuk ke dalam bak mobil.
"Woi, Tara. Bagaimana? Sudah selesai?" tanya Nusa dan duduk bersebrangan.
Tara selesai menyeruput kopinya dan berkata "Tinggal sedikit lagi".
"Mana pak Slamet?" tanya Nusa.
"Dia sudah pergi duluan ke sana." balas Tara.
Pak Slamet adalah bos Tara. Dia bekerja di sini sebagai akuntan, tapi di sering ikut mengantar barang menemani Nusa. Nusa sebenarnya tidak bekerja di sini. Dia hanya di panggil kalau ada kerjaan. Pekerjaan Nusa adalah supir lepas yang hanya bekerja ketika di panggil. Maklum, ibunya kaya dan dia bisa bebas menjadi sopir lepas.
"Kemana sekarang tujuannya?" tanya Nusa.
"Perkebunan tebu di Watu Legi. Kebun Ibumu." jelas Tara.
"Lah, ini sama saja aku bekerja untuk Ibuku." sangka Nusa.
"Ya, enggaklah. Kau bekerja untuk pak Slamet, tapi pelanggannya pak Slamet itu Ibumu. Ngerti?"
"Ooo, iya, iya. Baru paham." ucap Nusa sambil mengangguk.
"Makannya tadi Ibuku membawa gajiku, ternyata dia dari sini." Nusa akhirnya tau alasan ibunya membawakan gajinya.
"Tara, sudah selesai." teriak salah seorang kuli panggul.
"Oke. Lima orang naik mobil. Sisanya tunggu di sini. Nanti siang ada beberapa pelanggan datang ambil pupuk." atur Tara. NusaNTara bangkit dari duduknya.
"Ayo." ajak Tara.
NusaNTara pun segera masuk kedalam mobil. Nusa duduk dibangku supir dan segera menghidupkan mesin. Kemudian berangkat menuju target.
...****************...
'Suara musik'
"Aku~ lilo adoh omah adoh wong tuo~, demi koee ben supoyo urip mulyo~" NusaNTara bernyanyi bersama mengikuti lagu.
Mereka berhenti di lampu merah. Setelah lampu hijau mereka lanjut.
"Setiaku~ karo koe~ tekan matiku~."
Tiba-tiba ada motor yang masuk dari jalur dalam dan berbelok ke kanan, memotong jalur NusaNTara. Nusa spontan menginjak rem untuk menurunkan laju kendaraannya menghindari kecelakaan. Tara terpental kedepan dan menghantam kaca mobil karena dia tidak pakai sabuk pengaman [Pakailah sabuk pengaman untuk keamanan]. Para kuli panggul di belakang juga tersungkur dan hampir terjatuh dari bak. Mereka mengeluarkan kalimat umpatan. Nusa kembali menambah kecepatan.
"Cok, jaangkrik." umpat Tara karena merasa sakit di keningnya. Dia mengelus keningnya yang sakit.
"Hahaha, hampir saja 'tekan mati'." Nusa hanya tertawa melihat kejadian itu.
"Sopo to kae mau?" tanya Tara geram.
"Biasa, ibu-ibu." ucap Nusa tidak heran dengan perilaku ibu-ibu pengendara.
"Hampir suaminya jadi duda." ucap Tara jengkel.
...****************...
"Hei, Tara. Kapan kau akan menikah?" tanya Nusa.
"Tidak tau. Aku belum tertarik mencari pasangan." jawab Tara agak malas dengan pertanyaan Nusa. Dia sudah memakai sabuk pengaman.
"Ibuku memintaku untuk segera menikah. Aku bingung ini harus bagaimana." keluh Nusa.
"Tinggal nikah saja. Nggak usah di buat pusing." balas Tara.
"Kau ada kenalan perempuan?" tanya Nusa.
"Kau tau sendiri kan kita bagaimana? Kita sama-sama tidak kenal cewek." jawab Tara mengingat kondisi mereka sama-sama jomblo dari lahir.
"Siapa tau kau ada sepupu perempuan." jelas Nusa.
"Aku ada sepupu perempuan. Tapi aku tidak menyarankan untuk memilihnya." ungkap Tara memberikan saran.
"Kenapa?" tanya Nusa penasaran.
"Dia pelac***." ungkap Tara.
"Weh, kok bisa?" Nusa terkejut dengan berita dari Tara.
"Dulu waktu kuliah, dia sering pergi dengan cowok ke klub malam. Pertamanya dia hanya berjoget, tapi lama-lama dia ikut minum dan mabuk. Dia kebablasan dan akhirnya jadi pelacur sampai sekarang." ungkap Tara dengan wajah sedikit sedih mengingat kehidupan yang di pilih sepupunya.
"Apa kau dulu tidak menjaganya?" tanya Nusa merasa kasian.
"Aku sudah mati-matian menjaganya. Tapi karena dia tergoda dengan uang, akhirnya terjadilah." Tara terlihat lesu menceritakannya. Nusa ikut sedih mendengar perjuangan temannya.
"Itulah mengapa sekarang aku fokus cari uang. Aku takut nanti kalau aku tidak sengaja pilih istri yang mata duitan, dia tidak akan menghianatiku untuk pria yang lebih kaya dariku." ungkap Tara tentang alasannya bekerja. Nusa hanya mendengarkan karena dia harus fokus pada jalan.
"Haaaahh, sebenarnya aku menyukainya. Tapi sepertinya itu hanya suka dari pandangan mata, ketika aku mencoba masuk ke hatinya, ternyata di dalamnya ada noda hitam, yang sekarang menjadi besar." Tara curhat pada Nusa tentang kisah cintanya.
"Sudahlah. Persetan dengan cinta atau apapun itu. Aku hanya ingin menjalani hidup yang menurutku nyaman." ucap Tara tidak ingin membahas pernikahan lagi.
"Kalau mencintai wanita bisa membuatmu hidup nyaman, kau akan menikah juga kan?" tanya Nusa mengambil kesimpulan.
"Tentu saja. Begini-begini aku laki-laki normal. Aku masih pengen nge** sama wanita. Yang tidak aku sukai itu hanya sikap dan perilaku mereka." jelas Tara.
"Memang. Aku juga memiliki masalah dengan sikap mereka." Nusa menanggapi.
"Tapi aku punya satu pandangan." ucap Nusa dengan senyum.
"Pandangan? Maksudmu sebagai calon istrimu?" tanya Tara terkejut mendengar pernyataan Nusa.
"Iya." sahut Nusa.
"Siapa itu?...Tidak mungkin kan?" Tara sepertinya tau siapa yang Nusa maksud. Dia memandang tajam ke Nusa.
"Iya." tegas Nusa.
"Kau ingin mengibarkan bendera perang?" Tara heran dan menarik kerah baju Nusa.
"Woi, woi, aku sedang nyetir, Cok. Jangan ganggu." Nusa kehilangan kontrolnya dan mobil menjadi oleng.
"Kau harus memilih yang lain. Di sudah menjadi idamanku. Dan aku berniat melamarnya setengah tahun lagi." ancam Tara semakin menguatkan cengkeramannya. Cengkeraman Tara cukup kuat karena dia dulu atlet Kendo.
"Iyo, Cok. Minggiro. Koe pengen mati ta?" Nusa berusaha menyingkirkan yang Tara. Mobil pun menjadi semakin oleng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments