Claudya terdiam mendengar ucapan Arjuna sang playboy kampus. Apa yang akan dilakukan lelaki itu pada dirinya? Namun Claudya dengan cerdik menutupi rasa gugupnya. Ia tidak mau terlihat lemah di mata lawan.
"Apa syaratnya, kak?" tanya Claudya dengan tatapan tajam pada Arjuna.
"Ngedate sama aku!" ucap Arjuna santai dengan seringai licik di wajahnya, Claudya terlihat jengah.
"Maksudnya?"
"Jalan bareng aku, atau paling simpelnya makan berdua sama aku. Gimana?"
"Kenapa aku harus ngelakuin itu?"
"Ya harus dong, kalau kamu nggak mau, kamu pasti dapat hukuman dari mereka," tunjuknya ke arah senior perempuan yang menghukum Claudya.
"Nggak ada alternatif lain? Pilihan lain gitu?"
"Nggak ada. Dan ini perintah! Jadi kamu nggak bisa tawar menawar sama aku. Sekarang tinggal pilih aja, dihukum atau dinner sama aku nanti malam?" tawar Arjuna seraya mengerlingkan mata khas seorang lelaki penggoda.
"Kak, tanpa mengurangi rasa hormat aku sebagai junior di kampus ini sama kakak, tolong dipikirkan lagi, atau jangan - jangan ini memang sudah direncanakan?" Claudya menerka - nerka.
"Direncanakan? Maksudnya?" Arjuna merasa heran dengan pertanyaan Claudya yang terasa menarik baginya, belum ada sejarahnya ada junior yang berani menentang Arjuna. Biasanya dengan gampang Arjuna membuat para gadis luluh oleh rayuannya namun kali ini tidak berlaku pada Claudya.
"Siapa nama kamu?" tanya Arjuna penuh selidik, ia masih saja tersenyum dan kini berjalan memutari tubuh Claudya, memperhatikan penampilan juniornya yang ia akui memang cantik dan pastinya fresh.
Tok Tok Tok
Seseorang mengetuk pintu, sepertinya orang itu juga salah satu panitia ospek. Ia berjalan mendekati Arjuna.
"Ada apa, Fen?" tanya Arjuna yang kini fokusnya beralih pada Fendi, teman sesama panitia ospek.
"Ditanyain pak Budi tuh, nggak tahu kenapa? Coba ke ruangan dosen aja, siapa tahu penting," jelas Fendi kemudian berlalu setelah menyampaikan amanat.
"Kamu tunggu disini sebentar ya, jangan kemana - mana!" titah Arjuna pada Claudya dan meninggalkan gadis itu di dalam ruangan khusus panitia sendirian.
"Tapi kak?" cegah Claudya terlambat karena lelaki itu sudah menghilang entah kemana.
Tak berlangsung lama seseorang masuk ke dalam ruangan, Claudya mengira itu adalah Arjuna.
"Gimana kak?" tanya Claudya namun saat ia menoleh bukan Arjuna yang ada di sampingnya melainkan dia... Dia yang selama ini ia cari dan kadang masuk seenak hati ke dalam mimpi indahnya.
"Ka.. Ka.. Kamu.." ucap Claudya terbata - bata.
Lelaki itu tak menjawab, ia mengambil sebuah buku dan menyobek selembar kertas. Ia mengeluarkan ponselnya dan menulis di kertas. Tanpa disangka oleh Claudya, lelaki itu memberikan kertas yang telah ia tulisi sebelumnya.
"Ini nomornya Arjuna. Kamu cepetan pergi dari sini, sebelum dia datang lagi!" ucap lelaki itu dan meninggalkan Claudya.
Claudya mengejar si lelaki misterius itu dan mencoba menghentikan langkahnya.
"Tunggu!" panggil Claudya, dan lelaki itu pun menoleh ke arahnya.
"Ada apa?"
"Maaf, kak. Apa kakak yakin ini nomornya kak Arjuna? Aku cuma memastikan aja, karena kalau salah aku pasti akan dihukum sama kakak senior," kilah Claudya.
Lelaki itu tersenyum dan merogoh ponsel yang ada di dalam jaket almamaternya, ia menunjukkan layar ponsel yang tertera nama dan nomor kontak Arjuna.
"Sudah jelas? Aku nggak bohong sama kamu," ucapnya tegas setelah menjelaskan pada Claudya dan segera beranjak dari posisinya.
"Tunggu, Kak!" panggil Claudya.
"Apa lagi?"
"Kenapa kakak bantuin aku? Apa kakak inget siapa aku?" tanya Claudya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya.
"Kamu anak baru, aku nggak tega aja, setelah tahu cewek - cewek tadi pada ngomongin kamu yang lagi dikerjain mereka. Karena mereka berpikir kamu nggak akan bisa dapat nomornya Arjuna. Sekarang kamu udah aman, jadi segera balik ke barisan kamu. Sebelum kamu dikasih hukuman," perintahnya pada Claudya.
Lelaki itu pergi meninggalkan dirinya, Claudya tersadar bahwa ia harus segera kembali ke barisannya daripada nanti ia terlambat dan berakhir mendapat hukuman. Lebih baik cari aman.
🌺 🌺 🌺 🌺
"Ini nomornya kak Arjuna, kak!" Claudya memberikan kertas kecil yang sudah ia robek sebelumnya hingga tak sebesar saat menerima dari lelaki misterius yang belum ia tahu namanya.
Senior yang diketahui bernama Bintang sangat heran bagaimana bisa anak baru itu mendapatkan nomor Arjuna dan ragu - ragu saat menerima kertas itu kemudian mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor yang tertulis disana. Panggilan telepon keluar dan tersambung.
"Halo, ini siapa ya?" tanya Arjuna dari seberang.
"Apa bener ini Arjuna?" tanya Bintang memastikan.
"Iya ini Arjuna. Ini siapa dan dapat nomorku dari mana?" tanya Arjuna heran, ia yang dihubungi kenapa malah ia yang diberi pertanyaan seperti itu. Bintang tak menjawab pertanyaan Arjuna kemudian ia mematikan panggilan telepon yang masih tersambung.
Beruntung banget dia sampai Arjuna ngasih nomor ponselnya! Batin Bintang, kemudian menyuruh Claudya pergi.
Claudya kembali bersama teman - teman senasib seperjuangan seperti dirinya, sebelumnya ia mengelus dada berkali - kali, lega rasanya terhindar dari hukuman.
Mega mengagetkan Claudya dan melingkarkan tangan ke bahu sahabatnya.
"Hayo mikirin apa?" tanya Mega.
"Mega!" pekik Claudya tanpa sadar.
"Huss, jangan teriak! Ini aku, kayak lihat setan aja kamu tuh!" ucap Mega bersungut - sungut.
Claudya tersenyum manis.
"Kamu kenapa? Senyam - senyum nggak jelas!" komentar Mega pada Claudya.
"Kamu masih ingat nggak ada cowok yang aku ceritain dua tahun yang lalu?" Claudya mengingatkan akan memori masa lalu. Mega tersenyum dan geleng - geleng kepala.
"Nggak, hehehe. Memangnya ada apa sih? Kamu kan tahu aku ini gampang lupa, jangankan dua tahun, sehari aja kadang aku udah lupa. Hehehe," Mega cengengesan, Claudya gemas dan mencubit pipi tembem sang sahabat yang juga ia anggap saudaranya.
"Ternyata dia kuliah disini juga, kok aku nggak ngeh ya dia anak kampus kita. Aku juga lupa tanya siapa namanya. Ah..." sesal Claudya.
"Apa yang mau kamu lakuin kalau udah tahu siapa namanya? Apa itu ngaruh ke dalam hidup kamu? Bukannya kamu bilang, nggak mau berurusan sama manusia bernama laki - laki?" tanya Mega penuh keheranan.
"Nggak segitunya juga kali! Tapi bisa dibilang, mungkin aku kagum sama dia, dan lebih tepatnya aku hutang budi. Aku juga belum mengucapkan terima kasih karena dia sudah nolongin aku waktu itu. Tapi sepertinya dia juga sudah lupa," ucap Claudya bernada kecewa.
"Lagian orangnya yang mana sih? Aku jadi ikut penasaran. Ganteng nggak?" goda Mega membuat kedua pipi Claudya merona dan memperlihatkan semburat merah.
"Udah ah, bahas yang lain aja! Temenin aku ke toilet yuk," ajak Claudya sambil menarik lengan Mega yang belum berhenti tersenyum karena asyik menggoda Claudya.
"Ih malu, pipinya merah kayak tomat! Yang penting bukan tomat busuk!" ledek Mega.
"Apaan sih..." elak Claudya.
Mereka berjalan bersisian sambil menyikut lengan satu sama lain tanpa sadar sedari tadi mereka diperhatikan oleh sepasang mata yang tak henti menatap keduanya, ralat, hanya pada Claudya.
🌺 🌺 🌺 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
likeku singgah lagi
2021-02-01
0
BELVA
like n love pokoknya
2021-01-24
0
aris
kak udah mampir...
mana susu..teh..kopi..
yang hangat2
hhhhh
2020-11-21
2