...Panca...
...────୨ৎ────...
"Kak, sadar!"
Sebenarnya aku tak bermaksud untuk bersikap kurang ajar. Dia tampak tak bergerak dengan gayung itu. "Kak, halooo!!! Sadar, kak!!!"
Aku hanya tak tahu harus bagaimana, wanita ini tetap saja mematung dengan memeluk gayung di dadanya.
Aku tak mungkin meninggalkannya sendiri. Si Mbah juga tidak memberi tahuku doa untuk menangkal orang kerasukan. Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana.
Sudah dua kali adzan berkumandang sejak kami di sini, tapi dia belum juga selesai dari mandinya. Ketika aku coba datangi malah jadi seperti ini.
"Kak, ayo dong sadar!!!"
Aku meraih gayung itu, terlihat sisa beberapa bunga bercampur air di dalamnya.
"Maaf..."
Aku mencoba melepaskan gayung itu dari dekapannya. Namun aku benar-benar tak sengaja menyenggol sesuatu yang kenyal di balik gayung yang dipeluknya.
...Byuuuurrrrr...
Akhirnya aku berhasil memandikannya dengan air yang tersisa di gayung tersebut.
"Kak!!!"
"Arrrggghh Ayaaaarhh auuuuuuhh eenyiiiii," pekiknya tiba-tiba.
Aku langsung berbalik badan agar tak melihat tubuhnya. Jangan sampai dia mengira aku lelaki mesum. Tapi aku harus melakukan itu, karena bisa dipastikan dia belum menuntaskan siramannya yang ke 11 nya, sampai-sampai dia kerasukan seperti itu.
"Kak, pakai jariknya buruan. Udah malam, kita harus cepat-cepat pulang dari sini." pintaku. Kuambil keranjang dan naik dari sumber air. Aku menunggunya, karena tak ingin terjadi sesuatu lagi padanya.
"Arrrgghh," teriaknya seperti memanggil.
Aku putar badan dan membuka mataku perlahan.
Dia masih seperti itu, bahunya yang terlihat terang memantulkan cahaya bulan dan rambutnya tampak jatuh menutupi sebagian dadanya. Tentu saja itu membuatku berpikiran aneh, karena dia belum memakai jariknya.
Ada yang membusung di bagian dada, perutnya rata kakinya...
Stop!
Panca!
Berhenti memikirkan hal itu!
"Inyyaaaargghh," teriaknya lagi, kali ini air matanya jatuh. Beriringan dengan butiran air yang menempel di rambutnya.
Dia begitu cantik.
Ahhhh Stoop!!
Kulihat jariknya sudah tak ada lagi di sana. Mungkin telah hanyut dan dia tidak sadar.
"Iya udah, pakai ini!" Aku lepas sarung dan kuberikan kepadanya untuk menutupi auratnya yang membuatku gila.
Sambil menutupi bagian depan celanaku yang sedikit menonjol karena bereaksi terhadap penampakan barusan, kami berjalan menuju rumah yang berjarak sekitar 100 meter.
"Kenapa lama sekali, Panca?" tegur si Mbah menungguku di depan perapian.
Memang setiap malam Jumat-Legi begini, si mbah sering menghidupkan api unggun, konon kata beliau selain asapnya dapat mengusir nyamuk dengan menghidupkan api di malam hari juga dapat mengusir jin, setan, iblis yang levelnya masih magang.
"Dia kerasukan, Mbah."
"Kamu sudah memandikannya dengan benar? Sesuai yang kuperintahkan tadi?"
"Su—sudah, dia mandi sendiri," jelasku kepada si Mbah.
"Bodoh, seharusnya kamu memandikannya! Ya sudah, kamu rias, sekarang. Selendang dan kebayanya ada di dalam!" perintah Si Mbah.
Cepat, aku langsung membawa gadis itu ke dalam dan memberinya waktu merias wajahnya sendiri.
Kalau di pikir-pikir wanita ini sepertinya paham dengan apa yang aku katakan. Dia bukan orang gila seperti yang di ceritakan si Mbah kepadaku. Dia mengerti cara memakai bedak, lipstik dan penghitam alis. Mana mungkin orang gila bisa semahir itu melakukanya.
Dan orang gila mana yang tampak anggun dengan kebaya merah hati berpadu dengan rok terusan model batik dengan jarik melintang di tubuhnya. Sungguh, baru kali ini aku menemukan orang gila secantik dia.
Dia masih menatap dirinya di cermin. Merapikan rambutnya yang sedikit jatuh kebelakang.
"Kak, aku tunggu di depan ya..."
Dia tampak bingung seperti mencari sesuatu di meja sebelum membuka beberapa laci.
"Oooonyooorghhh!!" gumamnya.
Dia meraih selembar kertas rokok berlogo bagong dari kresek hitam yang entah dari laci mana dia dapatkan dan dengan pensil alisnya ia menulis.
"TOLONNG AKU."
...Degggghhh Degghhhh...
Perasaan aneh tiba-tiba muncul di benakku. Kita sama-sama bengong.
Mengapa aku mengira ada sesuatu yang salah, dia jelas bukan orang gila. Dia sadar, dan dari raut wajah itu. Benar-benar tatapan tulus.
Mungkinkah dia sadar kalau dirinya akan dijadikan tumbal?
Siapa dia sebenarnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ani
Sungguh wanita bodoh, sudah ada peluang utkmkabur, masih sja mau menuruti aturan. Rasakan, itu krn kebodohan mu, wanita bodoh.
2025-03-03
1
Filna
Lah ini org siapa ya?
2025-04-11
1
Filna
magang /Scream/
2025-04-11
1