Benarkah Dia Wanita Gila

...Panca...

...────୨ৎ────...

"Kak, sadar!" panggilku sambil mencolek bahunya. Sebenarnya, aku tak bermaksud bersikap kurang ajar. Dia berdiri diam memeluk gayung, tak bergerak sedikit pun. "Kak, halo! Sadar, Kak!"

Aku benar-benar bingung harus bagaimana. Wanita ini tetap mematung, memeluk gayung dengan erat di dadanya. Tak mungkin aku meninggalkannya sendiri. Si Mbah pun belum mengajariku doa penangkal untuk orang kerasukan. Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana.

Sudah dua kali azan berkumandang sejak kami berada di sini, tapi dia belum juga selesai mandi. Saat aku mencoba mendekatinya, keadaannya malah jadi seperti ini.

"Kak, ayo dong, sadar!" Aku meraih gayung itu. Terlihat sisa bunga bercampur air di dalamnya.

"Maaf ...." Aku mencoba melepaskan gayung dari dekapannya. Namun, tanpa sengaja, tanganku menyenggol sesuatu yang kenyal di balik gayung yang dia peluk.

BYUUUURRRR ....

Akhirnya, aku menyiramkannya dengan air sisa dalam gayung itu.

"Kak!"

"Ahhhh ... Ayaaaarhh ... Auuuuhh... Eeeenyyyiii!" pekiknya tiba-tiba.

Spontan aku membalikkan badan, memastikan tak melihat tubuhnya. Jangan sampai dia mengira aku lelaki mesum. Tapi aku harus melakukannya. Sepertinya dia belum menuntaskan siraman ke-11, sampai-sampai dia kerasukan.

"Kak, pakai jarikmu, buruan! Udah malam. Kita harus cepat-cepat pulang dari sini," pintaku.

Aku mengambil keranjang dan naik dari sumber air. Aku menunggunya, tak mau hal buruk terjadi lagi padanya.

"Arrrgghh!" teriaknya seperti memanggil.

Aku menoleh dan perlahan membuka mata. Dia masih seperti itu. Bahunya yang terang tersapu cahaya bulan, rambutnya jatuh menutupi sebagian dada. Tentu saja pemandangan itu mengganggu pikiranku, karena dia belum mengenakan jarik. Dadanya membusung, perutnya rata, kakinya ... Stop! Panca! Berhenti memikirkan hal itu!

"Inyyaaaargghh!" teriaknya lagi. Kali ini air matanya jatuh, beriringan dengan tetes air yang masih menempel di rambutnya.

Dia begitu cantik. Ah, stop!

Kulihat jariknya sudah tidak ada. Mungkin hanyut, dan dia tidak sadar.

"Iya udah, pakai ini!" seruku sambil melepas sarung dan memberikannya untuk menutupi tubuhnya yang hampir membuatku gila.

Sambil menutupi bagian depan celana yang mulai menonjol karena reaksi spontan terhadap penampakan tadi, kami berjalan menuju rumah yang berjarak sekitar 100 meter.

"Kenapa lama sekali, Panca?" tegur Si Mbah yang menunggu di depan perapian.

Memang setiap malam Jumat Legi, Si Mbah selalu menyalakan api unggun. Katanya, sih, selain asapnya bisa mengusir nyamuk, nyala api juga bisa menolak jin, setan, dan iblis yang levelnya masih "magang".

"Dia kerasukan, Mbah."

"Kamu sudah memandikannya dengan benar? Sesuai perintahku tadi?"

"Su-sudah ... Dia mandi sendiri," jawabku.

"Bodoh! Harusnya kamu yang memandikannya! Ya sudah, sekarang rias dia. Selendang dan kebayanya ada di dalam," perintah Si Mbah.

Cepat-cepat aku membawa gadis itu ke dalam, memberinya waktu untuk merias dirinya.

Kalau dipikir-pikir, wanita ini sepertinya paham apa yang aku katakan. Dia bukan orang gila seperti yang diceritakan Si Mbah. Dia tahu cara memakai bedak, lipstik, dan penghitam alis.

Mana mungkin orang gila bisa semahir itu? Dan lagi, mana ada orang gila yang tampak begitu anggun memakai kebaya merah hati, rok batik panjang, dan jarik melintang di tubuhnya. Sungguh, baru kali ini aku melihat orang "gila" secantik itu.

Dia masih menatap pantulan dirinya di cermin, merapikan rambut yang sedikit terurai ke belakang.

"Kak, aku tunggu di depan, ya..."

Dia tampak kebingungan, seperti mencari sesuatu di meja. Lalu ia membuka beberapa laci.

"Oooonyooorghhh..." gumamnya pelan.

Dia mengambil selembar kertas rokok berlogo Bagong dari kresek hitam yang entah dari mana dia dapatkan. Dengan pensil alis, dia menulis sesuatu.

"TOLONG AKU."

Degggghhh... Degghhhh...

Perasaan aneh menyelubungi dadaku. Kami saling terpaku. Sama-sama terdiam.

Kenapa aku merasa ada yang salah?

Dia jelas bukan orang gila. Dia sadar.

Dan dari raut wajah itu ... sungguh, itu tatapan tulus. Mungkinkah dia sadar kalau dirinya akan dijadikan tumbal? Siapa dia sebenarnya?

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

Sungguh wanita bodoh, sudah ada peluang utkmkabur, masih sja mau menuruti aturan. Rasakan, itu krn kebodohan mu, wanita bodoh.

2025-03-03

1

zidan albady

zidan albady

Jln ceritanya ya begitu jd mana bisa kabur benarkan thor 😁

2025-05-23

0

Filna

Filna

Lah ini org siapa ya?

2025-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!