...Panca...
...────୨ৎ────...
11 hari yang lalu ...
"Pakai uang kecil saja, Mas!" kata tukang tambal ban saat aku menyodorkan selembar uang merah muda bergambar Soekarno kepadanya.
"Yah, Pak ... Kalau gitu, saya tukarkan dulu sebentar."
Bapak tambal ban hanya mengangguk, lalu melanjutkan pekerjaannya, menambal ban motor seorang mbak-mbak yang juga kebetulan bocor.
Untung saja ada Indomart di seberang jalan. Aku tak perlu bingung ke mana harus menukarkan uang terakhir di dompetku.
HPku berdering saat aku bersiap membayar belanjaanku. Ternyata Bayu, teman sekelompokku di kelas.
^^^📩^^^
^^^"Halo."^^^
^^^"Woi, Panca. Kamu di mana? Giliran kita habis ini!"^^^
^^^"Ban ku bocor, Bay."^^^
^^^"Halah, alasan! Bilang aja mau kabur!"^^^
CTAKKK ....
Permintaan panggilan video dari Bayu masuk.
^^^"Lah, orang kamu belanja gitu kok katanya ban bocor!"^^^
Suara Bayu cukup keras sampai mbak kasir di depanku ikut menyipitkan mata. Sepertinya ia juga mendengarnya.
"Ini saja, Kak? Atau sekalian cokelatnya, beli satu gratis satu?" tawar mbak kasir yang mengenakan masker hitam.
Sementara itu, HP di tanganku masih berisik oleh teriakan Bayu dan riuhnya suasana kelas.
Aku mengangguk dan meletakkan uang di atas meja untuk sebotol air mineral. Namun, mbak kasir itu tiba-tiba menyatukan kedua tangannya,
"Maaf, Kak. Kami baru saja buka, jadi belum ada uang kecil untuk kembaliannya."
^^^"Ya udah, beliin kita jajan aja kalau kamu nggak bisa presentasi, Panca!"^^^
Bayu yang mendengar percakapan itu langsung menyahut.
Akhirnya aku kembali menyusuri rak camilan, lalu kembali ke meja kasir sambil menyalakan kamera belakang sebagai bukti untuk Bayu kalau aku benar-benar tak bisa datang ke presentasi hari ini.
^^^"Nih, loh! Puas, kan sekarang?"^^^
^^^"Bagus! Kita tunggu di tempat biasa!"^^^
Begitulah Bayu. Datang tanpa salam, menghilang pun tanpa kabar. Layar HP-ku tiba-tiba kembali ke beranda, pertanda dia sudah menutup panggilan.
Aku lega. Setidaknya, hari ini aku enggak harus berhadapan dengan dosen yang ... ya, bisa dibilang, selalu bikin ngantuk.
Cuma satu orang yang tak pernah kelihatan mengantuk di kelas.
Yoana.
Dia seperti punya radar pendeteksi makhluk halus. Mungkin menurutnya, Pak Anzwar, dosen Metafisika kami, adalah makhluk gaib. Jadi bersikap waspada adalah cara Yoana mempertahankan diri.
"Terima kasih, selamat berbelanja kembali," ucap mbak kasir sambil menyatukan kedua tangannya lagi.
"Sama-sa—"
DOOOOAARRR ....
BRUAAKKK ....
Kami spontan serentak menoleh ke arah pintu kaca. Beberapa orang berlari, yang lain merapikan motor-motor yang berserakan di tepi jalan.
"Astagfirullah ...." jerit mbak kasir sambil menatapku tajam. "Mas, ada apa itu?"
Kami segera keluar.
Banyak ibu-ibu menangis sambil memeluk erat anak-anak mereka. Sebagian berteriak histeris. Anak-anak muda berhamburan, ada yang menonton, merekam dengan HPnya, dan beberapa berlari ke arah orang-orang yang tergeletak di jalan.
Aku baru sadar. Motorku?
Semua orang berlarian ke arah sana, ke arah lapak tambal ban yang tadi berdiri di ujung pertigaan, dekat lampu merah.
Banyak orang terlihat berdarah-darah, memegangi tangan atau kakinya.
Ya, Tuhan ... Kenapa hanya seperempat badan Bus Pariwisata itu yang terlihat? Keempat ban belakangnya menukik ke atas. Kemana lapak tambal ban yang bertenda biru itu? Bukankah tadi masih ada di sana?
Aku berlari ke arah kerumunan. Banyak yang mencoba memanjat bus, menolong penumpang yang masih menjerit di dalam.
Motorku?
Hanya helm Bogo biru muda yang masih tergeletak rapi di dekat trotoar. Aku yakin itu milik perempuan yang tadi menambal ban bersamaku.
Lalu ... ke mana dia?
Jangan-jangan ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Filna
jadi mbak yg diperkosah td udah mati?
2025-04-11
1
arif didu
si tumbal itu kah yang meninggoy?
2025-03-15
1