sang putri pewaris

Aurora menatap langit yang mulai memerah. Cahaya matahari senja menyapu istana yang megah, namun di balik keindahan itu, ada bayangan perang yang semakin dekat.

Pewaris kerajaan siluman burung. Itu bukan sesuatu yang pernah ia bayangkan sebelumnya. Hidupnya di dunia manusia terasa seperti ilusi sekarang—seperti mimpi yang perlahan memudar.

Tetua kerajaan, Raviel, dan para penjaga bersayap perak menatapnya dengan harapan. Mereka menunggu jawabannya.

Apakah dia akan menerima takdirnya?

Aurora mengepalkan tangannya. "Apa yang terjadi jika aku menolak?" tanyanya dengan suara pelan.

Tetua itu menghela napas. "Black Vesper tidak akan berhenti. Dia akan memburumu, ke mana pun kau pergi. Jika kau kembali ke dunia manusia, dia akan datang dan menghancurkan duniamu. Jika kau tinggal di sini tanpa menerima takdirmu, kerajaan ini akan jatuh. Kau adalah satu-satunya harapan kami."

Aurora menelan ludah. Begitu banyak beban diletakkan di pundaknya dalam waktu singkat. Namun, di balik kebingungannya, ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya—sebuah kekuatan yang baru saja bangkit, seolah menuntutnya untuk maju.

Raviel mendekat, suaranya lembut. "Kau tidak harus melakukannya sendirian, Aurora. Aku akan bersamamu. Apa pun keputusanmu, aku akan melindungimu."

Aurora mengangkat wajahnya, menatap mata Raviel yang penuh ketulusan. Ia bisa merasakan tekadnya yang kuat. Raviel tidak hanya mengatakannya karena kewajiban—dia benar-benar ingin melindunginya.

Aurora menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Tidak ada jalan kembali.

Dia menegakkan punggungnya dan menatap para tetua dengan penuh keyakinan.

"Baiklah," katanya. "Aku akan menerima takdirku."

Tatapan para tetua berubah menjadi lega. Angin berembus lembut, seolah dunia ini sendiri menerima keputusannya.

Tetua itu mengangguk. "Maka, malam ini, kita akan mengadakan upacara penerimaanmu sebagai pewaris Buku Emas. Dari sana, kau akan mulai memahami siapa dirimu sebenarnya."

Aurora mengangguk, meskipun di dalam hatinya, masih ada kegelisahan.

Apakah aku benar-benar bisa melakukannya?

Di kejauhan, di balik bayangan malam yang mulai menyelimuti langit, Black Vesper menatap kerajaan dengan senyum licik.

"Jadi, kau memilih untuk melawan, Aurora?" bisiknya. "Bagus... Aku sudah tidak sabar melihat bagaimana akhirnya."

Perang antara cahaya dan kegelapan baru saja dimulai.

Malam itu, kerajaan siluman burung bersinar dalam cahaya keemasan. Langit yang biasanya biru pekat kini dipenuhi oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip lebih terang dari biasanya. Di puncak istana, Aurora berdiri di hadapan sebuah altar besar, dikelilingi oleh para tetua dan bangsawan kerajaan.

Di tengah altar, Buku Emas melayang perlahan, memancarkan cahaya lembut yang berdenyut seperti jantung yang hidup.

Aurora menelan ludah. Ini adalah momen penentu. Setelah malam ini, dia tidak bisa kembali menjadi gadis biasa.

Raviel berdiri di sampingnya, memberikan anggukan penuh keyakinan. "Kau siap?"

Aurora menghela napas panjang dan mengangguk. "Ya."

Tetua tertua melangkah maju, suaranya bergema di seluruh aula suci. "Aurora, keturunan terakhir dari penguasa pertama, apakah kau bersedia menerima takdirmu sebagai pewaris Buku Emas dan pelindung kerajaan siluman burung?"

Aurora menatap Buku Emas, lalu menutup matanya sejenak. Semua yang telah terjadi, semua yang ia alami—ini bukan lagi tentang dirinya sendiri. Ini tentang dunia yang mempercayainya. Tentang orang-orang yang telah bertarung dan mengorbankan segalanya demi masa depan.

Ketika ia membuka matanya lagi, ada api tekad yang menyala di dalamnya.

"Aku bersedia."

Saat kata-kata itu keluar dari bibirnya, Buku Emas bersinar terang, dan angin yang kuat berputar di sekelilingnya. Cahaya keemasan melingkari tubuh Aurora, menghangatkan kulitnya.

Tiba-tiba, rasa sakit menusuk punggungnya. Aurora terhuyung, namun tidak berteriak. Dia bisa merasakan sesuatu tumbuh dari punggungnya—sesuatu yang telah lama tersegel.

Dengan satu ledakan cahaya, sepasang sayap emas terbuka dari punggungnya, bersinar begitu terang hingga seluruh kerajaan bisa melihatnya.

Para tetua menundukkan kepala mereka dalam penghormatan. Bangsawan dan penjaga bersayap perak berlutut.

Aurora, yang sebelumnya hanya gadis biasa dari dunia manusia, kini telah lahir kembali sebagai pewaris sah kerajaan siluman burung.

Raviel menatapnya dengan kagum. "Aurora..."

Aurora melihat ke belakang, sayap emasnya berkibar pelan di udara. Cahaya dari Buku Emas kini tidak hanya mengelilinginya—itu telah menjadi bagian dari dirinya.

Tetua tersenyum puas. "Maka dengan ini, kau secara resmi telah menjadi pewaris Buku Emas."

Namun, sebelum upacara itu benar-benar selesai, angin dingin tiba-tiba bertiup kencang.

Langit yang tadinya terang berubah mendung. Suara gemuruh terdengar, dan bayangan hitam mulai merayap dari kejauhan.

Raviel segera meraih pedangnya. "Black Vesper..."

Dari kegelapan, sosok Black Vesper muncul, melayang di udara dengan senyum sinis. "Selamat, Aurora. Kau akhirnya membangkitkan kekuatanmu."

Aurora mengepalkan tangannya. "Aku tidak akan membiarkanmu mengambil apa pun dari sini!"

Black Vesper tertawa rendah. "Kita lihat saja. Karena sekarang, permainan yang sebenarnya baru dimulai."

Dengan satu gerakan tangannya, bayangan gelap menyerang istana. Para penjaga bersayap perak segera terbang menghadang, dan perang besar pun pecah di langit.

Aurora mengepakkan sayap emasnya untuk pertama kali. Ia melayang di udara, berdampingan dengan Raviel.

"Inilah saatnya, Aurora," kata Raviel. "Kau siap?"

Aurora menatap Black Vesper dengan penuh tekad. "Ya. Aku siap bertarung."

Dan dengan itu, pertempuran antara cahaya dan kegelapan pun dimulai.

Angin kencang berputar di atas istana, membawa bayangan pekat yang merayap seperti kabut hitam. Pasukan siluman burung bersayap perak melesat ke langit, menghadang gerombolan makhluk bayangan yang muncul dari kehampaan.

Aurora mengepakkan sayap emasnya untuk pertama kali. Ada kekuatan yang mengalir dalam dirinya—sesuatu yang terasa asing tapi juga familiar, seolah tubuhnya telah lama menunggu momen ini.

Di hadapannya, Black Vesper melayang dengan tenang, jubah hitamnya berkibar tertiup angin. Mata merahnya berkilat penuh kesombongan. "Jadi, kau benar-benar memilih jalan ini, Aurora? Menyedihkan. Kau bisa saja hidup tenang di dunia manusia, tapi sekarang kau hanya akan menemui kehancuran."

Aurora menatapnya tajam. "Aku tidak akan lari lagi. Aku akan melawanmu."

Black Vesper terkekeh. "Kalau begitu, biarkan aku menunjukkan apa artinya melawan seorang dewa kegelapan."

Dengan satu gerakan tangannya, bayangan di sekelilingnya berkumpul menjadi tombak hitam raksasa. Ia melemparkannya ke arah Aurora dengan kecepatan luar biasa.

Aurora terkejut, tapi tubuhnya bereaksi lebih cepat dari pikirannya. Sayapnya mengepak, membawa dirinya menghindar tepat waktu. Namun, serangan Black Vesper tidak berhenti di situ. Bayangan lain muncul dari tanah, membentuk tangan raksasa yang mencoba meraihnya.

Sebelum tangan itu bisa menyentuhnya, cahaya biru melesat dari samping—Raviel.

Dengan pedang bersayapnya, ia menebas tangan bayangan itu hingga lenyap dalam sekejap. "Fokus, Aurora!" serunya. "Gunakan kekuatanmu!"

Aurora mengangguk. Ia menutup matanya sejenak, mencoba merasakan energi di dalam dirinya. Cahaya keemasan yang membangkitkan sayapnya masih berdenyut, seolah menunggu untuk dilepaskan.

Ketika ia membuka matanya kembali, kilatan emas menyala di pupilnya. Ia mengangkat tangannya, dan seketika, Buku Emas yang melayang di altar merespons. Halamannya terbuka dengan sendirinya, cahaya emas keluar dari setiap lembarannya.

Dari dalam Buku Emas, Aurora bisa merasakan kata-kata kuno yang tertanam di benaknya. Ia mengucapkannya dengan suara yang bergema di seluruh langit:

"Lux Aeterna... Purificatio!"

Cahaya menyelimuti tubuhnya, dan dalam sekejap, bola energi emas terbentuk di tangannya. Ia melemparkannya ke arah Black Vesper, yang segera mengangkat tangannya untuk menahan serangan itu.

Namun, begitu bola cahaya itu menyentuhnya, ekspresi Black Vesper berubah. Tubuhnya bergetar, dan ia melompat mundur dengan mata membelalak. "Ini... ini tidak mungkin! Bagaimana kau bisa menggunakan sihir pemurnian itu?!"

Aurora mengepalkan tangannya. "Aku mungkin baru saja menyadari siapa diriku, tapi aku tahu satu hal: aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan dunia ini!"

Black Vesper menyipitkan matanya. Sejenak, keheningan menyelimuti pertempuran, sebelum ia tersenyum miring. "Baiklah, Aurora. Kalau begitu... mari kita lihat berapa lama kau bisa bertahan."

Dengan satu gerakan tangannya, langit berubah gelap sepenuhnya. Petir ungu menyambar di antara awan hitam, dan dari dalam bayangan, sesuatu yang besar mulai muncul.

Raviel menegang. "Aurora... kita harus menghentikannya sebelum dia memanggil kekuatan penuhnya!"

Aurora menatap Black Vesper, lalu mengangguk. "Ayo selesaikan ini... bersama-sama!"

Mereka berdua mengepakkan sayap mereka, melesat ke langit untuk menghadapi musuh yang lebih kuat dari sebelumnya.

Pertarungan akhir telah dimulai.

Episodes
1 perjalanan Aurora di dunia Siluman
2 pemilik bulu yg sesungguhnya
3 kekuatan aneh
4 Sang permaisuri
5 Pewaris kerajaan
6 sang putri pewaris
7 kemenangan awal
8 pernikahan yang dramatis
9 mengalahkan Raja burung gagak
10 tak akan bisa kembali ke alam manusia
11 Masa lalu?
12 Pelatihan Cahaya Langit
13 Pertempuran di Langit
14 Kemenangan melawan pangeran kegelapan
15 kebahagiaan yang sementara
16 Antara langit dan tanah?
17 Takdir sang Garuda emas
18 Gerbang di puncak langit dan bumi
19 pertempuran di gerbang langit
20 Takdir yang belum usai
21 Perjalanan ke Perpustakaan Bintang
22 Perpustakaan Bintang
23 Pencarian Kunci Pertama: Matahari yang Terlupakan
24 Seorang penjaga kuno telah bangkit.
25 Pertarungan Melawan Diri Sendiri
26 melawan Zareth
27 dewa malakar
28 pertulangan baru
29 Bayangan di Hutan Terlarang
30 Pertempuran Melawan Raja Kegelapan
31 Latihan Menuju Kekuatan Sejati
32 Vasshira sang ular
33 Perjalanan ke Benteng Terakhir
34 Harapan yang Menipis
35 Puncak Pertempuran di Tanah Kegelapan
36 Raja Kegelapan Hutan Noctis
37 Pertarungan Melawan Bayangan Sendiri
38 Pilar Terakhir di Gunung Abyssos
39 Pertempuran Terakhir Melawan Noctyros
40 kembali damai?
41 damai yg sementara
42 bertarung dengan suadara sendiri
43 berjuang tanpa henti
44 mengorbankan sang jantung
45 Ternyata mimpi
46 bangun dari koma
47 Kembali seperti dulu
48 Bos aneh yg sombong
Episodes

Updated 48 Episodes

1
perjalanan Aurora di dunia Siluman
2
pemilik bulu yg sesungguhnya
3
kekuatan aneh
4
Sang permaisuri
5
Pewaris kerajaan
6
sang putri pewaris
7
kemenangan awal
8
pernikahan yang dramatis
9
mengalahkan Raja burung gagak
10
tak akan bisa kembali ke alam manusia
11
Masa lalu?
12
Pelatihan Cahaya Langit
13
Pertempuran di Langit
14
Kemenangan melawan pangeran kegelapan
15
kebahagiaan yang sementara
16
Antara langit dan tanah?
17
Takdir sang Garuda emas
18
Gerbang di puncak langit dan bumi
19
pertempuran di gerbang langit
20
Takdir yang belum usai
21
Perjalanan ke Perpustakaan Bintang
22
Perpustakaan Bintang
23
Pencarian Kunci Pertama: Matahari yang Terlupakan
24
Seorang penjaga kuno telah bangkit.
25
Pertarungan Melawan Diri Sendiri
26
melawan Zareth
27
dewa malakar
28
pertulangan baru
29
Bayangan di Hutan Terlarang
30
Pertempuran Melawan Raja Kegelapan
31
Latihan Menuju Kekuatan Sejati
32
Vasshira sang ular
33
Perjalanan ke Benteng Terakhir
34
Harapan yang Menipis
35
Puncak Pertempuran di Tanah Kegelapan
36
Raja Kegelapan Hutan Noctis
37
Pertarungan Melawan Bayangan Sendiri
38
Pilar Terakhir di Gunung Abyssos
39
Pertempuran Terakhir Melawan Noctyros
40
kembali damai?
41
damai yg sementara
42
bertarung dengan suadara sendiri
43
berjuang tanpa henti
44
mengorbankan sang jantung
45
Ternyata mimpi
46
bangun dari koma
47
Kembali seperti dulu
48
Bos aneh yg sombong

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!