Bab 3

Satu bulan kemudian.

Flower perlahan membuka matanya. Cahaya putih dari langit-langit kamar rumah sakit menyilaukan pandangannya. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya tersebut. Aroma antiseptik yang tajam menusuk hidungnya, membangkitkan kesadaran yang sempat menghilang selama sebulan terakhir.

Dia menoleh perlahan, menatap jendela yang memperlihatkan langit biru di luar. Ada ketenangan di sana, tapi hatinya terasa kosong.

"Akhirnya sudah sadar," terdengar suara hangat namun tegas dari samping ranjang. Dokter Kim berdiri di sana, mengenakan jas putihnya dengan stetoskop menggantung di leher.

Flower berusaha membuka mulutnya, tapi suara yang keluar nyaris tak terdengar. "Aku... ada di mana?" tanyanya pelan, matanya masih sayu.

Dokter Kim tersenyum kecil, lalu menarik kursi dan duduk di sampingnya. "Rumah sakit. Kau cukup beruntung, Terjun dari lantai lima belas dan masih hidup? Itu keajaiban," ujarnya sambil menggeleng pelan, masih tak percaya dengan keberuntungan gadis itu.

Ucapan itu membuat Flower terdiam. Pikirannya langsung berkelana ke ingatan terakhir sebelum semuanya gelap. Dia mengingat angin kencang yang menerpa wajahnya, desakan emosi yang begitu kuat hingga membuatnya melompat... dan kini dia masih hidup. Kenapa? Untuk apa?

Matanya berkaca-kaca. "Siapa yang membawaku ke rumah sakit?" tanyanya dengan suara gemetar.

Dokter Kim menarik napas sebelum menjawab. "Pemilik truk pengangkut barang. Tubuhmu jatuh tepat ke muatannya, makanya kau selamat. Tidak ada tulang yang retak, bahkan otakmu baik-baik saja. " jelasnya dengan nada serius.

"Apakah... keluargaku datang melihatku?" Suaranya terdengar penuh harap meski samar.

Dokter Kim menundukkan kepala sejenak sebelum menatapnya lurus. "Iya, mereka datang... tapi tidak tinggal lama. Mereka tidak menunggumu sadar," ucapnya pelan namun jujur. "Nona, kamu harus tetap hidup untuk dirimu sendiri. Dunia ini kejam, dan terkadang saat kita terjatuh, tak ada seorang pun yang akan benar-benar ada di sisi kita. Jangan bergantung pada mereka yang tak peduli. Hidupmu berharga, setidaknya untukmu sendiri."

Flower menunduk. Setetes air mata jatuh ke selimut putih bersih di pangkuannya. Kata-kata Dokter Kim menusuk hatinya, namun ada kebenaran di dalamnya.

Tidak lama kemudian, Zoanna dan Yohanes memasuki kamar pasien itu. Mereka menghampiri Flower dan berkata, "Akhirnya kamu sudah sadar," ucap Zoanna

"Pa, Ma," sapa Flower pelan.

"Flower, baguslah kalau kamu sudah sadar. Sudah sebulan kamu terbaring di sini. Walau lukamu sudah sembuh, tapi kamu masih belum bangun juga. Ketiga kakakmu yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing tetap meluangkan waktu untuk menjengukmu. Setelah ini, kamu harus lebih dewasa. Jangan membuat mereka kewalahan keluar-masuk rumah sakit!" kata Yohanes dengan nada tegas.

Ucapan pria itu membuat Flower tidak nyaman. Bukannya mencemaskan kondisinya, pasangan itu justru menyalahkannya.

"Pa, Ma, aku sedang tidak main-main. Ini bukan keinginanku untuk membuat mereka semakin sibuk," ucap Flower dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca, menahan kekecewaan yang membuncah di dadanya.

Zoanna menghela napas berat, lalu menatap Flower dengan sorot mata tegas. "Kakak pertamamu harus mengurus perusahaan, sementara kakak keduamu sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dan kakak ketigamu harus fokus belajar agar bisa lulus. Apakah kau ingin mengganggu aktivitas mereka sehari-hari?" Suaranya terdengar seperti sebuah tuntutan, meninggalkan tekanan di dada Flower.

Suasana ruang keluarga menjadi sunyi sejenak, sebelum suara pintu dibuka keras-keras. Alan masuk dengan wajah cemas. "Pa, Ma!" serunya, berjalan cepat mendekati mereka. "Flower, baguslah kalau kamu sudah sadar. Aku mendapat informasi bahwa kau dan teman sekelas sempat berkelahi karena masalah kecil. Teman kelasmu juga terluka karena ulahmu. Apa hal sepele seperti itu yang membuatmu berpikir untuk bunuh diri?" Nada khawatir dan marahnya bercampur menjadi satu.

Flower menunduk, air matanya mulai jatuh satu per satu. "Kakak, aku berkelahi dengan mereka karena mereka menghinaku dan menindasku. Aku hanya membela diri!" serunya, suaranya pecah oleh isakan.

Yohanes, yang sejak tadi diam memperhatikan, kini angkat bicara. "Membela diri sehingga temanmu terluka? Flower, kamu belajar di sana bukan untuk menjadi preman. Kenapa kau melakukan itu?" Nada suaranya dingin, tapi matanya mengandung kekecewaan yang mendalam.

Flower menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis yang semakin deras. "Selain membela diri, apa yang bisa aku lakukan? Mereka berlima dan aku hanya sendiri! Aku sudah melaporkan ke dosen, tapi dia mengabaikan laporanku. Karena mereka dibela oleh keluarganya, sedangkan aku... aku cuma sendiri," suaranya melemah, seperti kehabisan tenaga.

Ruangan kembali hening. Zoanna menunduk, menyadari bahwa mungkin selama ini mereka terlalu sibuk hingga lupa melihat luka yang tersembunyi dalam diri anak bungsunya. Alan mengepalkan tangan, merasa bersalah karena tidak hadir lebih awal, sementara Yohanes menatap Flower dalam diam, bergulat dengan pikirannya sendiri.

"Flower, kamu bukan anak kecil lagi, sudah dewasa dan harus mandiri. Kami juga ada kesibukan. Kamu harus belajar mengalah dan jangan selalu ingin menang. Kalau mereka terluka atau koma, siapa yang susah," ujar Alan dengan nada tegas, menatap Flower penuh ketegasan.

Flower menunduk sejenak, Ia menarik napas dalam, menahan emosi yang berkecamuk di dadanya. "Aku akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Kalian tenang saja," jawabnya mantap, matanya kini menatap langsung ke arah Alan.

Suasana menjadi hening sejenak, sebelum ia melanjutkan dengan suara yang lebih pelan namun penuh tekad. "Selama ini aku tidak pernah menyebut nama orang tuaku atau semua saudaraku. Jadi mereka juga tidak tahu kalau Cici adalah kakakku. Kalau terjadi sesuatu, aku yang akan menebusnya. Tidak usah takut!"

"Andaikan kamu mirip dengan Cici, kami akan lebih tenang," ujar Zoanna dengan nada kecewa, matanya menatap Flower seolah membandingkan gadis itu dengan Cici dalam segala hal.

Flower mengangkat kepalanya perlahan, sorot matanya penuh luka dan amarah yang selama ini dipendam. "Ma, apakah Mama tahu, orang yang menindasku adalah teman sekelas Cici? Cici juga salah satu dari mereka. Semuanya adalah rencana darinya. Aku hanyalah korban," ungkap Flower, suaranya bergetar menahan emosi.

Ruangan langsung dipenuhi ketegangan. Yohanes yang sejak tadi berdiam diri kini meledak, suaranya menggelegar. "Flower, jangan sembarangan menuduh kakakmu! Walau dia bukan kakak kandungmu, kau juga tidak boleh iri dengannya. Nilai dan penampilannya jauh lebih baik darimu!" bentaknya, wajahnya memerah karena amarah.

Alan yang berdiri di sudut ruangan pun ikut angkat bicara, nadanya dingin namun penuh tekanan. "Seharusnya kamu membanggakan keluarga, bukan mempermalukannya. Selain iri dengan Cici, apa lagi yang kau bisa?" katanya tajam, membuat hati Flower semakin remuk.

Flower menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. Nafasnya memburu saat amarah dan sakit hati memuncak. "Iri? Apa yang aku beritahu kalian selama ini tidak ada satu pun yang percaya! Lebih baik aku anak angkat kalian daripada anak kandung!" suaranya meninggi, penuh kepedihan. "Keluarga yang kaya memiliki segalanya, tapi tidak ada ruang untukku. Saat aku koma, apakah ada di antara kalian yang peduli? Setiap aku bertengkar dengan Cici, kalian selalu menyalahkanku. Dia tidak boleh menangis, tidak boleh sakit, tidak boleh sedih. Sementara aku yang hampir mati saja tidak ada yang peduli! Kalau kalian membenciku, kenapa tidak membuangku saja?" serunya, suaranya pecah di akhir kalimat.

Zoanna yang tak mampu lagi menahan emosi melayangkan tangannya, hendak menampar Flower yang duduk lemah di ranjang pasien. Namun, sebelum tangannya menyentuh wajah Flower, Dokter Kim dengan sigap menangkap pergelangan tangan wanita itu.

Terpopuler

Comments

Bu Kus

Bu Kus

semoga dokter Kim mau bantu cari kebenaran kasihan anak sendiri gak di anggap bener bener pada gak punya hati dan perasaan semoga kebenaran terungkap dan semoga mereka nyesel

2025-02-23

1

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁

aduuhh kasiaaaan bgtt flower 😭😭😭😭😭 timbennn nihhh ka Linda bikin novell yg bikin sedih... biasanya klo bikin movbtiap bab bikin ketawa 🥺🥺 bisa wmelow juga nihhh 🤣🤣🤣

2025-04-03

0

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁

DASAR BODOHH!!!! lebih percaya sama anak tiri dari pada anak kandung.

keluarga macam apa ituu.

.
pantesan flower tertekan.. 😭😭😭😭

2025-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!