"Dokter, adik saya selalu ceria selama ini. Dia yang paling suka menimbulkan masalah dan pura-pura di depan kami. Mana mungkin dia bisa depresi?" kata Cici, suaranya penuh keraguan. Ia menatap Dokter Kim dengan ekspresi tidak percaya, seolah menolak kenyataan yang baru saja ia dengar.
Dokter Kim menarik napas panjang, berusaha menahan emosi. Tatapan tajamnya menembus mata Cici, membuat suasana ruangan menjadi tegang. "Apakah Anda meragukan saya?" tanyanya dengan suara datar namun penuh tekanan. "Seseorang yang mengalami depresi tidak selalu menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Mereka bisa tertawa di depan orang lain, tapi menangis sendirian. Pasien hidup dalam tekanan berat. Apakah kalian benar-benar keluarganya? Jika iya, gunakan hati untuk memperhatikan, bukan hanya mata. Kalau ada perhatian tulus, seharusnya kalian menyadari ada yang tidak beres."
Suasana menjadi hening sejenak. Yohanes, sang ayah, akhirnya angkat bicara, mencoba meredakan ketegangan. "Dokter, lalu... apakah Flower akan sembuh?" tanyanya, suara parau penuh kekhawatiran.
Dokter Kim menundukkan kepala sejenak sebelum menjawab. "Sembuh butuh waktu. Pasien membutuhkan perhatian penuh, bukan tekanan. Jika lingkungan sekitarnya masih seperti ini, kemungkinan besar pasien bisa mengalami gangguan jiwa lebih parah. Tapi jika diberi ruang, kasih sayang, dan pemahaman, dia bisa perlahan pulih."
Wilson menggeram pelan dan menggelengkan kepala, jelas tidak setuju. "Dia punya segalanya! Tidak kekurangan apapun! Tapi malah depresi? Aneh sekali," cetusnya sinis.
Tatapan Dokter Kim langsung mengeras. Ia menatap Wilson tajam. "Memiliki segalanya bukan berarti seseorang bisa bahagia. Uang dan harta tidak bisa membeli ketenangan batin. Lingkungan hidup, tekanan emosional, dan kurangnya dukungan bisa menghancurkan seseorang. Dan dari sikap kalian saat ini, saya bisa melihat kenapa pasien merasa terabaikan," sindirnya tegas.
Wajah Wilson memerah karena emosi. Ia menunjuk Dokter Kim dengan nada tinggi. "Apa maksudmu berkata seperti itu? Kamu cuma dokter! Tidak layak ikut campur dalam urusan keluarga kami!"
Namun, Dokter Kim tetap tenang. Ia menatap Wilson seolah tidak terpengaruh oleh emosinya. "Memang, saya hanya dokter. Tapi saya bertanggung jawab atas nyawa pasien saya. Saya berhak berbicara soal apa yang membahayakan kesehatannya. Pasien adalah mahasiswi, kan? Kalau keluarganya saja tidak tahu apa yang dia alami, coba cari tahu lewat teman-teman kampusnya. Mungkin mereka lebih mengenal Flower daripada kalian," ucapnya dingin sebelum berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan keluarga yang terdiam dalam rasa bersalah dan amarah.
"Alan, apakah selama ini di kampus terjadi sesuatu?" tanya Yohanes.
Alan menunduk, wajahnya tampak lelah dan penuh kebimbangan. "Flower tidak pernah beritahu, Pa," jawabnya.
Tak lama kemudian, Cici maju mendekat dengan langkah pelan, matanya memancarkan simpati dan kesedihan. "Pa, selama di kampus tidak terjadi apa-apa, hanya dia yang menjauh dari temannya. Mungkin saja pelajaran yang membuatnya depresi," ujarnya lirih.
Suasana semakin tegang ketika Wilson, dengan nada sinis yang menusuk, menyela di antara mereka. "Dia paling tidak suka belajar, bagaimana kalau hentikan saja pelajarannya? Cukup Cici saja yang lanjutkan pelajarannya. Lagi pula Flower begitu bodoh dan nilainya juga tidak bagus. Kalau diteruskan hanya membuang waktu dan uang," ujarnya, kata-katanya menusuk bagaikan pisau yang memotong harapan kecil yang tersisa.
Di balik percakapan yang semakin memanas itu, Dokter Kim berdiri tegak di balik pilar, menyaksikan semuanya dengan tatapan dingin dan penuh keprihatinan. Wajahnya yang serius mencerminkan ketidaksenangan terhadap rencana keluarga Florencia yang tampak tanpa belas kasihan.
Saat malam mulai menyelimuti rumah sakit, kesunyian merayap di setiap sudut. Di ruang rawat inap yang remang, Dokter Kim melangkah masuk dengan langkah mantap ke dalam kamar pasien. Lampu redup menerangi bayangan Flower, gadis itu terbaring dalam keadaan koma, kepalanya terbungkus perban yang menyembunyikan luka-luka tak hanya fisik, tetapi juga batin.
Seorang suster yang tengah memeriksa kondisi pasien mengangkat kepalanya dan berkata dengan suara serak, "Dokter, keluarga Pasien tidak ada satu pun yang menjaganya." Suara itu menggema di antara detak mesin medis yang monoton, menambah kesan sepi dan getir di ruangan itu.
"Awasi terus kondisinya, kalau ada apa-apa segera beritahu!" perintah Dokter Kim dengan tegas, sorot matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.
"Baik, Dokter!" jawab suster itu, lalu beranjak dari sana.
Dengan hati yang berat, Dokter Kim mendekati ranjang Flower. Setiap langkahnya seakan menapak di atas kenangan pahit yang tak terungkap. dan dengan suara yang hampir tersedu, bertanya, "Flower Florencia, Apa yang terjadi padamu, sehingga memilih untuk mengakhiri hidupmu?"
"Aku akan mencari tahu sendiri, sepertinya keluargamu tidak pernah menganggapmu."
Tanpa ragu, Dokter Kim melangkah meninggalkan kamar pasien yang masih dipenuhi keheningan duka. Di ujung koridor yang remang, ia mengeluarkan telepon genggam dari saku jas putihnya dan segera menghubungi seseorang. Tak lama kemudian, suara akrab terdengar di ujung saluran, "Hallo, Dokter!" sambut seseorang dengan semangat yang terjaga.
"Mike, lakukan sesuatu untukku!" perintah Dokter Kim dengan nada tegas dan penuh otoritas, Tanpa banyak basa-basi, panggilan itu segera ditutup, dan ia kembali melangkah menuju ruang kerjanya.
Sesampainya di ruang kerjanya yang sepi, Dokter Kim berhenti sejenak di depan cermin. Di sana, dalam keheningan yang hanya dipecahkan oleh detak jarum jam, ia perlahan melepaskan masker yang selama ini menjadi perisai. Tatapan matanya yang tajam mengungkapkan sosok seorang profesional yang tak hanya piawai di dunia medis, tetapi juga menyimpan beban misteri dan tekad yang kuat. Raut wajah tampan, dengan hidung mancung yang selalu menonjol, kini menyiratkan pesona seorang dokter yang penuh dedikasi.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa alasannya seorang dokter profesional berniat melindungi gadis itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Bu Kus
jahat banget sih keluwarga nya tega banget anak kandung terasa anak pungut anak pungut terasa anak kandung
2025-02-22
1
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺ❣️Angela🍁
wahhh dokter Kim 😍😍😍 jgn jangan kmu itu jodoh nya flower di masa mendatang...
😍😍😍
2025-04-03
0