"Ya Allah nak, kenapa kamu bisa ada di kamar Adi malam-malam gini? Apa yang terjadi, hah?" seru ibu Rokhayah dengan mata bulat sempurna.
"Sungguh, Bu. Adi tak ngelakuin apa-apa!" jawabku terburu-buru.
"Terus kenapa Maya bisa ada di kamar kamu, Nak? Jangan bilang anak ibu yang ngasih kamu umpan?!" balas ibu Rokhayah.
"Tadi pas Maya lewat depan kamar Abang, Abang liat aku, terus Abang nyuruh aku masuk Bu!" suara lirih dari Maya.
"Oh kek gitu kah May? mungkin lebih baik Adi cari tempat tinggal lain aja, Bu. Biar kedepannya tak kejadian kek gini lagi!" ucapku lalu bergegas mengambil barang-barangku.
Aku sudah tidak mengerti permainan apa yang sedang Maya lakukan.
"Enak sekali kamu, Nak. Udah dapat apa yang di mau, terus pergi gitu aja begitu?" sergah ibu Rokhayah yang membuat aktivitasku berhenti.
"Adi memang tak lagi ngapa-ngapain, anak Ibu sendiri yang masuk ke kamar Adi. Maya pun baru sebentar disini, Bu." ucapku dengan mengatur nafasku mencoba tidak terpancing emosi.
"Jadi mana yang benar? Kalau Ibu datang telat dikit aja, mungkin sudah berenang-renang benih kamu di rahim anak Ibu!" ibu Rokhayah mengatakan demikian. Jadi, dia kira staminaku selemah itu? Sampai hanya sebentar saja, benihku sudah berenang. Durasi bermainku cukup lama, rasanya aku ingin mengatakan itu.
"Astagfirullah, udah ya Bu. Tanpa mengurangi rasa hormat, Adi permisi. Semoga kesalahan pahaman ini tak membuat tali silaturahmi kita renggang!" ucapku hendak melangkahkan kakiku.
Aku tidak mengerti kenapa ayah menyuruhku tinggal bersama mereka. Jelas itu bukan ide yang baik, tapi aku tidak enak hati kalau sampai harus membantah ayah.
"Bukan begitu maksud Ibu nak, kamu ini masih saja mudah marah gitu. Tetaplah tinggal disini, rumah ini begitu sepi sejak meninggalnya Ayah Maya dua bulan lalu. Apa lagi, ibu diminta jaga kamu biar tak salah bergaul lagi. Ibu harap, kamu mengerti maksud Ibu dan orang tua mu." jelas ibu Rokhayah dengan perlahan. Aku pun hanya bisa terdiam, menaruh lagi ransel yang sudah aku gendong.
"Ya udah, ayo Bu kita keluar. Biarkan Bang Adi istirahat." ajak Maya kepada ibunya.
Jadi umi dan ayah tidak mempercayaiku lagi begitu?
Sampai aku dititipkan kerabat jauh ayah, hanya agar aku tidak menetap di provinsi A lagi?
Memang aku akui sejak nenek dan kakekku meninggal, aku terlampau bebas. Sampai Shasha pun bebas kumasuki. Tapi tidak begini juga.
Aku harus mencari opsi lain, jangan sampai kejadian dengan Shasha terulang kembali bersama Maya. Apa lagi sekarang Maya sudah janda, aku benar-benar tidak ingin kembali bersamanya.
Bukan aku rasis terhadap para janda, tapi yang menyebabkan mereka menjadi janda ini apa?
Jangan-jangan kesalahan dari wanita nya. Aku paham tulang rusuk ini memang bengkok, sudah pasti sifat wanita tidak mungkin lurus benar semua. Kalau laki-lakinya tidak bisa meluruskan dengan sabar, pasti patah berantakan akhirnya.
Kenapa tiba-tiba pikiranku mengarah ke Adinda ya?
Ada anak tapi dia bekerja juga, apa suaminya tidak bekerja?
Tapi kenapa dia begitu akrab dengan laki-laki lain?
Bukan hanya teman kerja, tapi Haris dan Jefri juga. Tidak mungkin punya suami, tapi sandar-sender ke Haris yang berstatus duda beranak dua. Saat seperti aku lihat, pada waktu aku pergi meninggalkan mereka. Tapi dari penampilannya, dia terlihat seperti wanita baik-baik dengan pakaian yang cukup tertutup.
Pasti dia bisa menjaga statusnya sebagai seorang istri. Tapi bukankah ada kata-kata, jangan melihat orang dari luarnya saja. Apa jangan-jangan dia janda? Oh, cukup-cukup. Kenapa aku selalu berprasangka jelek padanya? Heran juga kenapa aku semakin penasaran pada wanita itu?
Aku memutuskan untuk memainkan ponselku saja, karena rasa kantukku hilang entah kemana. Akhir-akhir ini, aku suka membaca novel untuk menghilangkan kejenuhanku.
Rupanya, penulis favoritku besok akan mengadakan acara untuk penjualan bukunya di kota C ini. Kulihat alamat nya tidak jauh dari kedaiku, akan kudatangi besok mana tahu penulisnya tergoda pesonaku.
MAYA POV
Aku mendapat kabar bahwa Adi akan datang ke kotaku. Aku diminta ibu untuk membersihkan kamar tamu. Rasanya tidak sabar untuk segera bertemu.
Benar dia datang hari ini, dia terlihat begitu gagah sekarang. Dengan rambut hitam lebat nya, mata tajam, rahang kokoh, dan jangan lupakan hidung yang besar dan mancung seperti hidung artis Bollywood si Syah Rukh Khan. Aku kegirangan melihatnya, ok aku harus menahannya jangan sampai aku terlihat menggilainya.
Dia menyapa ibuku dan mencium tangannya.Tak lama, lihat dia. Ia memelukku, aku bersorak dalam hati. Aku merasakan dadanya yang lebar dan bidang, juga lengannya yang kuat. Di sela pelukannya di berkata, "Long time no see, May. Tak rindu kah kau sama Abang?" ucap Adi sambil terkekeh. Sungguh aku merindukan ini semua. Merindukan canda guraunya, merindukan caranya dia memperlakukanku.
Sungguh aku menyesali keputusanku meninggalkannya dulu, tetapi dia malah mengiyakannya. Padahal kan aku tidak bersungguh-sungguh waktu itu.
Adi masuk ke kamarnya untuk istirahat, terlihat dari wajahnya sepertinya dia begitu lelah dan mengantuk. Aku berinisiatif mengantarkan minuman dan makanan nya ke kamarnya, beberapa kali aku mengetuk pintu kamar. Namun, tidak ada sahutan.
Lalu aku putuskan, untuk langsung masuk saja. Tapi yang ku lihat pemandangan Adi tertidur pulas dengan masih memakai sepatunya, aku menaruh nampan makanan yang kubawa ke nakas. Kemudian mencoba menjadi yang berkesan untuknya, aku melepaskan sepatunya berharap Adi bangun tidur menyadarinya nanti.
Tapi yang kulihat malah hal menggelikan, kaos kaki hitam di sebelah kiri dan kaos kaki berwarna pelangi di sebelah kanan. Aku menahan tawaku, kenapa dia bisa seceroboh ini?
Hah, ya sudah lah kalau kubahas nanti pun dia pasti tersinggung. Aku paham sifatnya yang tidak suka dipermalukan meskipun candaan.
~
Adi baru mengetahui aku adalah seorang janda, janda cerai bukan janda mati. Tentu saja aku lebih milih bercerai dari pada memiliki suami yang tidak bertanggung jawab. Aku lihat, Adi seperti kaget tapi dia cepat kembali mengubah ekspresinya seperti biasa saja.
Sekarang, aku berharap Adi bisa menjadi suamiku. Entahlah dengan cara apa, karena yang aku tahu dia tidak mudah tertarik dengan seorang wanita.
Aku lihat dia sudah datang, setelah bangun tidur dia bergegas ke kedainya. Adi langsung memasuki kamar dan tidak lama aku mengetuknya, aku mendengar interupsi menyuruhku masuk saja karena tidak dikunci. Aku memeluknya, membuka obrolan dengan membahas masa kelamnya dan meminta permohonan maaf atas keputusanku untuk meninggalkannya.
Tapi tidak lama ibu datang, terlihat Adi pun mulai panik. Aku sebetulnya sengaja berkata dusta, untuk segera bisa menikah dengannya. Malah yang ada kesalahpahaman terjadi disini, lalu Adi mulai terpancing emosi dan hal yang paling tidak kuhendaki hampir terjadi. Dia lebih memilih pergi dari rumahku. Untungnya ibu bisa berpikir dua kali dan menahan Adi untuk tidak pergi.
Aku lihat dia sedikit kecewa, dengan pandangan yang kosong saat mengetahui kenapa dia harus tinggal di sini karena permintaan orang tuanya.
Semoga projekku untuk mendapatkan Adi seutuhnya dimudahkan ke depannya. Sebutlah aku jahat, tapi aku lihat dia masih seperti menginginkanku waktu pertama sampai di rumah. Tatapannya menyiratkan betapa dia pun menginginkanku seperti halnya aku menginginkannya.
TBC.
Hai semuanya, support aku yuk dengan cara LIKE, RATE ⭐⭐⭐⭐⭐, VOTE, COMENT 😁, dan tap ❤️ FAVORIT juga agar dapat notifikasi dari cerita ini.
Terimakasih 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Devi Handayani
kadang gitu yaa pemikiran laki laki ama perempuan kadang tak sejalan.... hmmm tapi seru sih ada pov dari para tokohiadi tau jalan pemikirannya🙄🤔🙄🤔
2023-02-18
1
Devi Handayani
waduuhh fittnah sekali lagi fitnah lebih keji daripada pembunuhan..... ayo tokoh siapayg bilang kek gini😁😁😁
2023-02-18
1
Edelweiss🍀
Dinda memang bikin penasaran, makanya bang Adi jd kepikiran terus.
2021-12-23
0