ADI POV
Sepertinya ada yang aneh dengan sepatuku, kenapa sebelah kanan terasa sempit sekali. Saat aku memutar badanku ke belakang. Oh betapa malunya aku, saat seorang wanita sekitar berumur dua puluh tahun dan seorang anak laki-laki berusia empat tahun tertawa ke arahku sambil menenteng sepatu.
Ini sungguh gila, kenapa bisa aku memakai sepatu yang sebelahnya mungkin dialah pemiliknya.
Dengan berat hati, aku menghampirinya. Sungguh aku malu sekali. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal, kemudian aku memberikan senyum terbaikku.
"Maaf Dek, sepertinya salah satu sepatu Saya tertukar dengan milik Anda." ucapku ramah.
Dia tersenyum manis padaku, tapi kenapa wajahnya terlihat begitu menyebalkan seperti...mengejekku.
"Hei om, melamun kah?" tanya wanita tersebut.
Tunggu, kenapa dia memanggilku om? Sungguh aku merasa sangat tersinggung sekarang.
"Tengok mah! Sepatu mamah di pakainya." suara anak kecil yang tampangnya terlihat menyebalkan.
Oh rupanya mereka ini ibu dan anak, di usianya yang masih terbilang cukup muda wanita itu sudah memiliki anak. Apa jangan-jangan dia menabung dari masa sekolah. Oh maafkan aku tuhan, kenapa aku malah menilainya demikian.
Ibu dan anak itu malah asik mentertawakan kebodohanku. Aku berdekhem, untuk mengalihkan perhatiannya dan menetralisir rasa maluku.
"Maaf dek, ini Saya kembali kan. Saya tidak menyadarinya tadi." ucapku menyesal dengan melepas kembali sepatu miliknya.
"Oh, ok. Tak masalah Om. Hati-hati om dan jangan ngelamun terus." jawabnya dengan nada cerewet.
Ia malah melanjutkan mentertawakanku dengan anaknya sambil berlalu pergi. Aku beristighfar dalam hati, kebodohan apa ini? Kenapa bisa aku mempermalukan diriku sendiri?
Aku segera memakai sepatu milikku dan berlalu pergi.
Tapi kalau diingat kembali, manis juga senyuman wanita itu. Mata yang hanya tinggal garis saja, saat tersenyum. Hmm, lucu juga wajahnya.
Sudah lupakan, aku memainkan ponselku untuk memesan ojek online yang akan mengantarku ke alamat yang aku tuju. Kota yang pernah menjadi kenanganku dulu tidak banyak berubah sekarang.
Sesampainya aku di alamat, aku bertemu dengan istri dari kerabat ayahku dan anaknya. Anaknya yang bernama Maya Renawati, dia cinta pertamaku. Tidak ada yang berubah darinya. Tinggi badannya setara denganku, mungkin sekitar seratus tujuh puluh sentimeter. Rambutnya hitam bergelombang, mata bulat, hidung mancung dan bibir bawahnya yang sedikit tebal memberikan kesan sensual dan oh....cukup.
Ayolah Adi ini bukan waktunya.
Aku mencium tangan ibu dari Maya, "Gimana kabarnya, Bu?" ucapku sopan.
"Baik nak Adi, tambah gagah ya sekarang?" sahut ibu Rokhayah, dengan menepuk bahuku.
Aku tersenyum canggung, "Tak juga, Bu." sahutku malu.
Lalu aku menoleh pada wanita cantik di sampingnya dan tersenyum kearahnya. Aku dekap wangi yang dulu selalu membuatku gila. Segera aku melepaskan pelukanku, karena tak enak pada ibu Rokhayah yang masih berada di sini. Nampaknya, Maya sedikit kecewa atas tindakanku.
"Long time no see, May. Tak rindu kah kau sama Abang?" kami tertawa bersama mendengar ucapanku yang sedikit bergurau itu.
Kemudian, aku dipersilahkan masuk dan diberi waktu untuk beristirahat.
Aku terbiasa dipanggil abang oleh orang-orang terdekatku, bahkan ibuku memanggilku demikian. Katanya, untuk mengajari adik-adikku memanggilku dengan sebutan abang. Lama kelamaan, semua orang terdekatku memanggilku demikian.
Aku masuk ke kamar yang telah disediakan untukku. Rumah minimalis di tengah padatnya penduduk kota C ini, memiliki empat buah kamar tidur yang hanya dihuni oleh dua orang saja. Aku pun tidak tau pasti kemana ayah Maya dan saudaranya, karena cukup lama juga aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Maya sejak hubungan kita berakhir. Rasa kantukku mulai datang karena semalam aku tidur cukup larut.
AUTHOR POV
Maya mengetuk pintu kamar Adi untuk membawakan makanan, tapi tidak ada sahutan. Kemudian, Maya langsung membuka pintu kamar Adi. Terlihat lah Adi tertidur dengan pulas. Maya mengulas senyum melihat sepatu Adi masih terpakai, ia mencoba melepas sepatu Adi. Seketika dia menahan tawa melihat kaos kaki Adi yang kanan dan kirinya berbeda, karena sebelumnya Adi sempat mengenakan kaos kaki dan sepatu milik Adinda. Sungguh Maya tidak mengerti kenapa Adi bisa seceroboh ini dalam memilih kaos kaki.
TBC.
Hai semuanya, support aku yuk dengan cara LIKE, RATE ⭐⭐⭐⭐⭐, VOTE, COMENT 😁, dan tap ❤️ FAVORIT juga agar dapat notifikasi dari cerita ini.
Terima kasih 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Komsatun Komsatun
selalu seneng baca karya author
2023-12-26
1
Fania kurnia Dewi
mampir
2023-08-13
1
TikTikTik
lumayan bagus...
2023-02-01
1