Seragam tertukar

Bel pergantian jam pelajaran baru saja berbunyi. Tapi seorang Guru wanita mengenakan setelan training langsung memasuki kelas. Menyuruh semua siswanya berganti pakaian olahraga.

"Dari kemarin hujan giliran pelajaran olahraga terang." celetuk Ratri.

Anne mengangkat ujung roknya. Luka di lututnya sudah kering sepenuhnya bahkan mulai mengelupas.

"Kamu ikut olahraga kan Ann?" tanya Ratri sembari mengeluarkan setelah olahraganya.

"Ikut." jawab Anne mengambil tasnya.

Seketika Anne langsung mengerutkan alisnya. Ukuran yang tertera di kerah kaos olahraganya adalah XXL. Ratri segera menyadari ekspresi aneh di wajah Anne "Kenapa?"

Anne buru-buru menutup tasnya-menggelengkan kepalanya "Aku lupa bawa baju olahraga."

"Hah kok bisa? biasanya kamu rajin." tanya Ratri menyelidik.

"Aku begadang semalaman, bangunnya agak kesiangan." jawab Anne santai.

Ratri memandanginya tak percaya kembali berkata "Nanti bisa dihukum loh sama Bu Sri."

"Gimana lagi."

Mba mar pasti kurang teliti, kalau enggak gugup kesiangan aku pasti bakal ngeh pas masukin ke tas, pikir Anne. Anne tak bisa tak melirik Ivan yang segera menatap balik dengan wajah bodohnya.

Baru setelah semua murid perempuan keluar berganti baju termasuk Anne yang sekedar menemani Ratri. Siswa di kelas cepat-cepat menutup pintu dan gorden berganti pakaian. Guru sudah melarang berulang kali berganti di dalam kelas tapi hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri murid laki-laki.

Baru Ivan menyadari lirikan aneh di mata Anne. Setelan olahraga mereka ternyata tertukar. Tak heran Anne keluar tanpa membawa setelan olahraganya. Ivan buru-buru memasukkan kembali setelan olahraga sementara tak ada yang melihat sambil berdecak kesal.

Pandangannya tertuju pada tas Anne tapi ketika ia mau dengan cepat mengambil. Teman sekelasnya suda selesai berganti pakaian. Membuka tas siswa perempuan tanpa izin akan dianggap sebagai tindakan cabul dan tak bermoral.

"Van, enggak ganti?" tanya Farhan.

"Enggak bawa." jawab Ivan kesal.

"Perasaan tadi udah dikeluarin."

"Celananya."

Farhan hanya meng-oh sambil menggulung tirai jendelanya. Pintu kelas juga sudah terbuka mereka mulai bergegas menuju lapangan olahraga.

Sehabis berganti berganti pakaian dan meletakkan kembali ke dalam tas. Murid perempuan segera menyusul ke lapangan olahraga.

Bu Sri sedang menunggu sambil memarahi Ivan yang tak berganti pakaian olahraga. Ketika semua murid perempuan mengerumuni lapangan matanya langsung berkedut melihat Anne yang juga tak berganti pakaian olahraga. Bu Sri menunjuk Anne-menyuruhnya mendekat.

Ketika ia datang Ivan masih berdiri bodoh sambil menggaruk kepalanya. "Kamu kenapa enggak pakai baju olahraga?" tanya Bu Sri geram.

"Enggak bawa Bu." jawab Anne menyesal.

"Kenapa?"

"Maaf Bu, saya lupa sama jadwalnya." kata Anne sambil menunduk penuh rasa bersalah.

Bu Sri segera menghela nafas panjang. Padahal cuma kejatuhan satu cicak kenapa malah sial dua kali.

"Setelah pemanasan ringan, kamu lari tujuh putaran yang lainnya mau lompat tinggi" suruh Bu Sri.

"Iya Buu." jawab Anne

"Masa aku dua puluh Anne cuma tujuh? Enggak adil banget." timpal Ivan.

"Kamu cewe apa cowo?" bentak Bu Sri kesal.

"Cowo, tapi masa hampir tiga kali lipatnya sih Bu?" protes Ivan.

Tanpa menjawab sepatah katapun Bu Sri memukul kepala Ivan ringan menyuruhnya memimpin pemanasan.

Selagi Ivan dan Anne berlari memutari lapangan yang lainnya hampir selesai melakukan dua putaran lompat tinggi-satu kali percobaan dan satu kali untuk penilaian.

Ratri yang sudah selesai putaran ke dua duduk di pinggiran lapangan memandangi Anne dan Ivan. Ivan berlari jauh lebih cepat hampir tiga kali lebih cepat dari Anne.

"Padahal biasanya Ivan paling sregep kalau pelajaran olahraga."

"Iya, tumben banget ya." sahut Farhan yang entah sejak kapan di sampingnya.

Ratri memandangi semua teman kelasnya yang juga tengah memandangi Anne dan Ivan. Ia menoleh menatap Farhan "Aneh enggak sih?"

"Aneh banget." jawab Farhan

"Jangan-jangan.."

"Jangan-jangan.."

Ucap mereka secara bersamaan seraya saling menatap misterius mencapai pemahaman diam-diam mereka beranjak bangun menuju ruang kelasnya.

Di lapangan Ivan masih harus melakukan lima kali putaran tapi Anne hanya tersisa dua putaran. Namun keadaan mereka masih jauh berbeda Ivan ngos-ngosan layaknya sapi tua tapi Anne bahkan hanya mengeluarkan sedikit keringat. Ia sengaja berlari kecil agar seragamnya tak basah oleh keringat. Kecepatan berlari Ivan juga sudah turun drastis.

"Siput aja insecure sama kamu Ann." ejek Ivan sambil ngos-ngosan.

"Loh siapa yang saingan sama siput?"

Ivan berdecak sambil memelototinya dan kembali menambah kecepatannya meninggalkannya. Rambut belakang dan punggungnya sudah basah oleh keringat.

Tapi tak lama kemudian suara Ivan kembali terdengar dari belakang "Ini salah..nya mba mar." ucapnya terbata-bata "Enggak enggak ini salahnya kamu." ucap Ivan yang masih terengah-engah melewatinya.

Anne sedari tadi juga merasa kesal tapi ia memilih untuk menelannya. Mendengar perkataan Ivan langsung melepas pertahannya dan berlari lebih cepat mencapai Ivan. Ivan yang masih tak menyadari tiba-tiba merasakan seseorang menendang belakang lututnya. Ia langsung jatuh terjerembab "Bangsat!"

Seseorang berlari melewatinya saat ia mengangkat kepalanya "Annee dasar cewe gilaa!" teriaknya.

Ia berniat membalas dendam di putaran berikutnya tapi ternyata Anne sudah menyelesaikan putaran terakhirnya.

Setelah melapor pada Bu Sri ia kembali ke ruang kelas. Di lapangan Ivan juga cepat-cepat menyelesaikan putarannya.

Di ruang kelas Ratri dan Farhan mulai menggeledah tas teman sebangkunya. Mata Ratri terbelalak kaget di samping alat sekolah milik Anne terdapat setelan olahraga lengkap. Ia segera menatap Farhan yang juga tampak kaget dan sedikit kegirangan mengetahui dugaannya benar.

Saat memasuki kelas ia tak memperhatikan tatapan menyelidik teman sebangkunya. Tubuhnya sangat kepanasan ia malah sibuk mengipasi dirinya sendiri.

Baru tak lama setelah Ivan masuk tiba-tiba Ratri angkat bicara "Kalian berdua mending jujur aja deh." menatap mereka bolak-balik

Farhan menyuarakan tanda persetujuan seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. Anne segera menoleh menatap Ratri tapi tak mengerti apa yang dibicarakan Ratri. Adapun Ivan hanya meng-hah dengan wajah bodohnya.

Baru saat mencapai kebuntuan yang panjang. Anne menyadari Ratri da Farhan mungkin mengetahui mereka berbohong dan hubungan persaudaraan mereka juga mungkin telah mereka sadari. Sampai tiba-tiba Ratri menambah "Kalian berdua pacaran kan?"

Anne seketika terkejut mendengar pertanyaan Ratri mulutnya membuka menutup penuh umpatan. Farhan kali ini juga memasang wajah penuh ambiguitas.

"Pacaran? siapa yang pacaran sama siapa?" tanya Ivan kesal.

Farhan menghela nafas layaknya lelaki tua "udah ngaku aja bro, lagian Anne cantik kok."

"Hah aku pacaran? sama Anne? Aku sama Anne?" ucap Ivan seraya mengacung-acungan telunjuknya ke dadanya dan ke arah Anne.

"Kalau enggak pacaran terus apa hah?" tanya Ratri mulai kesal.

Anne tak berniat menjawab begitu pula Ivan yang

malah mencibir.

"Ann kamu beneran enggak mau jujur?" sambung Ratri kali ini ia menggunakan nada halus yang membikin Anne sedikit merasa tak enak.

Anne mendesah pelan melirik Ivan "Kita saudara."

Mendengarnya Ivan pun seketika meliriknya meski tak mengatakan sepatah kata.

Reaksi Farhan langsung lesu, sementara Ratri malah tampak girang “Pantesan, pas kamu bilang diantar sepupu, tiba-tiba Ivan muncul bawa motor plus helm dua!” katanya penuh semangat “Terus pas hujan, kalian sepayung juga...”

Ia menahan tawa “Jangan-jangan sekarang kalian enggak ganti baju olahraga karena... bajunya ketuker?”

Anne mengangguk ringan sebagai tanda persetujuan.

Terpopuler

Comments

Daisy

Daisy

Mantap betul!

2025-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!