Sementara Anne masih menggunakan kamar tamu. Semua barangnya juga sudah diletakkan di dalamnya. Termasuk setumpuk seragam yang masih dibungkus plastik di atas meja.
Anne bergegas turun menuju ruang belakang kebetulan mba mar tengah mengeringkan pakaian. Anne berseru pelan, "Mbaa..."
Mba mar sontak menoleh menatapnya, "Ehh nduk, mau nyuci yo?.....taruh di atas meja saja nduk."
"Iya mba," ucap Anne seraya meletakkan seragam di atas meja di pojok ruangan. "Maaf ngerepotin ya mba."
"Enggak papa, enggak papa," ucap mba mar cepat, "Besok mulai sekolah tah nduk?"
Anne tersenyum, berkata "Makasih ya mba, iya mba besok Anne mulai sekolah."
Lalu mba mar nyuruhnya segera beristirahat, Anne tak lupa kembali mengucapkan terimakasih baru kemudian ia bergegas menuju kamarnya.
Di balkon Anne tak sengaja melihat punggung pamannya yang tengah menatap langit-langit malam, dengan sebatang rokok yang terjepit diantara jarinya.
Namun tubuhnya terlalu lelah hanya untuk mengobrol, Ia menekan panel pintu pelan lalu masuk tanpa mengeluarkan suara.
Esoknya ia berangkat dengan paman dan bibinya. Anne berjalan cepat menyusuri koridor sembari sesekali mencari plakat nama kelas IPS unggulan dua, sementara bel masuk mulai berbunyi nyaring.
Ketika berjalan kurang dari dua meter Anne menemukan plakatnya. Di arah berlawanan seorang guru tua tengah berjalan dengan pandangan seolah tertuju padanya. Anne hendak masuk ke dalam kelas tiba-tiba guru tua memanggilnya.
Anne sontak menoleh, "Kenapa Pak?"
Guru tua itu menatapnya sejenak lalu beralih pada badge name-nya. Lalu ia memberi isyarat masuk. Anne juga sempat melihat namanya—Susilo, lantas ia mengikutinya dari belakang.
Begitu melewati ambang pintu, semua pandang tertuju padanya. Pak Susilo mengatakan kepada seisi kelas bahwa ia sebenarnya sudah dari awal menjadi bagian dari kelas unggulan IPS dua, namun baru dapat menampakan diri. Kemudian menyuruh Anne memperkenalkan dirinya sendiri. Pandangan Anne menyapu seisi kelas hingga jatuh pada Ivan, satu-satunya yang tengah menunduk menggoreskan pulpennya pada buku diantara seluruh teman kelasnya yang mendongak menatapnya. Anne sekejap menarik pandangnya dan memperkenalkan diri.
"Perkenalan namaku Anne Saraswati, aku lulusan SMP mulia Bogor."
Seisi kelas sontak berbisik-bisik mengapa ia baru berangkat sekarang, Anne kembali menambahkan jika orang tuanya harus mengurus berkas pindahan. Pak Susilo segera menyuruhnya duduk di baris kedua terakhir dekat jendela—tepat di depan Ivan.
Teman sebangkunya adalah seorang gadis berambut pendek. Anne menganggukkan kepala sebagai sapaan. Gadis itu langsung menepuk-nepuk tempat duduk kosong dan memperkenalkan diri.
"Ann, kenalin aku Ratri," ucapnya sambil berjabat tangan.
Ratri terus mengajaknya mengobrol, seolah telah menantikan seseorang duduk di bangku sebelahnya. Ia segera memperkenalkan Ivan dan teman sebangkunya yang bernama Farhan bau bawang. Tiba-tiba Ratri merogoh isi tas depannya. Mengeluarkan selembar kertas.
"Ann nih buat kamu." kata Ratri sambil menyodorkan satu lembar tiket.
Sebelum sempat mengambilnya, Ratri kembali berkata "Gratiss."
Itu adalah sebuah tiket konser yang akan diadakan bulan depan di alun-alun kota. Sayangnya Anne tak menyukai tempat ramai dan bising. Ia sedang memikirkan cara menolaknya dengan halus. Tiba-tiba Ivan langsung menyerobotnya "Gratiskan? buat aku aja"
"Seratus ribu, sini." kata Ratri menodongkan tangannya.
Kini giliran Farhan yang mengambil dari tangan Ivan. "Diskon 75%?" Katanya sambil menaikkan kedua alisnya.
"Kamu masih punya urat malu?"
"90%?"
"Orang gila," sambil menggeleng-gelengkan kepalanya "Ambil saja, Anne juga enggak mau" kata Ratri
Ivan langsung menggebrak meja menatap sinis pada Ratri "Dia sama Farhan gratis kok aku bayar!?"
"Suka-suka aku."
Anne memalingkan wajah. Tak lagi mendengarkan keributan mereka yang tak ada hentinya dan kembali bermain dengan ponselnya.
Saat bel pulang berbunyi. Anne bergegas keluar kelas tapi di depan gerbang sekolah semua angkot sudah penuh. Dengan berat hati ia memutuskan untuk berjalan kaki.
Jarak dari sekolah ke rumah hanya sekitar dua kilometer tak masalah pada jaraknya tapi terik matahari membuat dehidrasi.
Sesampainya di rumah ia langsung melemparkan tubuhku di atas sofa. Awalnya tak berniat untuk tidur tapi perlahan kelopak matanya terkulai hingga akhirnya tertidur lelap.
Saat terbangun karena bersin berulang kali-langit di luar sudah petang. Anne beranjak bangun dan sebuah selimut merosot dari tubuhnya. Mungkin neneknya yang menyelimutinya-Ia segera melipat selimutnya. Di seberang sofa tempatnya tertidur seekor kucing persia berwarna oranye tengah menatapnya.
Anne segera bangun dan bersiap melanjutkan tidur di kamar. Tapi kamar yang semalam yang ditempatinya telah berisi perabotan khas remaja laki-laki dan beberapa alat olahraga. Ia membuka pintu kamar sebelahnya, aroma parfum laki-laki masih tercium samar meskipun seprei dan barang-barang miliknya sudah diganti dan dipindahkan. Koper dan barang bawaannya juga sudah ditata rapih tapi Anne masih merasa tidak puas dengan tatanan bukunya.
Panasnya matahari juga membuat tubuhnya mengeluarkan banyak keringat disiang hari dan kini terasa lengket. Kamar yang kini memang terdapat kamar mandi dan Ia bergegas mandi—sensasi air dingin yang mengguyurnyq menulusuri setiap pori kulit memberikan perasaan puas dan tenang. Setelah mengenakan piyama ia mulai menata ulang buku miliknya. Disamping meja belajar terdapat rak buku berukuran sedang yang masih kosong. Di meja belajar juga terdapat laci panjang di bawahnya.
Anne hanya mempunyai buku pelajaran dan satu novel yang sedang ia baca. Jadi tak perlu di pajang di rak buku. Ia memutar kunci lacinya yang sudah berkarat ternyata di dalamnya terdapat beberapa seri manga yang tampaknya dulu sering dibaca oleh pemiliknya.
TOK
TOK
TOK
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Anne bergegas membuka pintu. Ivan berdiri kaku dengan mulut membuka menutup. Anne tau jika ia ingin mengambil seri manganya yang tertinggal. Tanpa mengatakan apapun Anne membuka pintu menjadi lebih lebar.
Setelah mengambil seri manganya Ivan berjalan melewatinya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Selesai menata buku. Anne teringat satu hal dan langsung mengambil ponsel mengirim pesan pada ibunya untuk mengiriminya mobil secepatnya beserta sopirnya. Ibunya membalas mengatakan akan mengirim mobil dan sopir dari rumah lama mereka dan akan sampai sekitar delapan hingga sepuluh hari.
Setelah mendapatkan balasan Anne menghela nafas berat mau tak mau harus menerima nasib berjalan kaki sepulang sekolah jika beruntung ia akan mendapatkan tempat duduk di angkot. Untungnya di pagi hari Ia bisa berangkat bersama paman dan bibinya. Ivan sendiri kata pamannya lebih suka nebeng pada temannya.
Sebelum makan malam tiba Anne menghabiskan waktunya untuk membaca novel karya Sir Arthur Conan Doyle versi original language. Meskipun masih ada kata yang masih belum dipahami tapi demi skill bahasa inggrisnya.
Pukul tujuh malam, mba mar memanggilnya untuk makan malam bersama. Di ruang makan semua orang sudah berkumpul termasuk Ivan yang Anne kira ia tak akan ikut.
Di meja terdapat beberapa hidangan yang baru saja di masak, uapnya bahkan masih mengebul. Udang saos tiram, sayur pokcai yang ditumis setengah matang dan sepiring besar gorengan tempe dan tahu. Nenek menyuruhnya duduk di kursi yang berhadapan dengan Ivan dan Bibi mengambilkan piring dan nasi untukku.
"Kalo kurang ambil lagi aja." kata bibi.
"Iya Tante." jawabku sambil mengangguk ringan.
"Ngomong-ngomong, Anne tadi siang pulang naik angkot apa sama temen?" tanya bibinya.
"Naik angkot bi." jawab Anne ringan.
"Naik angkot tarifnya murah tapi desak-desakan kamu gapapa? mulai besok berangkat sama Ivan saja." sambungnya.
Ivan yang sedang asik mengupas kulit udang langsung mendongak terbelalak sambil mengerutkan keningnya. "Bu, aku enggak mau bawa motor sendiri."
"Terus kamu tega liat kaka kamu pulang sekolah naik angkot?" sahut pamannya.
Ivan melirikku-mendengus tidak mengatakan apa-apa dan kembali memakan udang yang sudah ia kupas.
"Aku sudah minta mama mengirim mobil sama sopir, sementara aku naik angkot enggak masalah." kataku tersenyum ringan.
Nenek yang sedari tadi menyimak. Memandangi Ivan sambil menggelengkan kepalanya "Anak ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments