Di sebuah ruangan, terdengar suara yang begitu samar. Saat terbangun, terlihat sosok pemuda dengan pakaian jeogori. Itu adalah seorang pemuda berusia sekitar 20-30 tahun, sangat tampan, berwibawa dan begitu berkarisma.
Pemuda itu sedang duduk di ruangan luas yang terbuka, dikelilingi banyak orang. Pria dewasa, pemuda, wanita, orang tua, mereka mengelilinginya.
Di hadapannya terlihat sosok pria dengan kumis dan janggut yang tidak begitu panjang. Dia duduk bersimpuh, terlihat begitu kesal dengan sosok pemuda itu.
Dengan suara keras, dia membentak pemuda yang sedang dikelilingi semua orang di dalam ruangan itu.
“Omong kosong macam apa yang kau katakan itu!!” bentak pria tua itu.
Pemuda tampan itu hanya menatap lawan bicaranya dengan ekspresi serius, tanpa mengatakan apapun, tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya mendengar semua makian yang keluar untuknya dari setiap sudut.
“Tidak bisa dipercaya.”
“Seorang Munyeo Naja mengatakan ingin berhenti terlibat dengan roh jahat katanya.”
“Sungguh aib keluarga yang tidak bisa dimaafkan.”
“Kalau tau seperti itu, bukankah sebaiknya sejak awal tidak perlu mewarisi ilmu Naja dan Naracheong padanya?”
“Tidak bisa dipercaya. Dia pasti sudah gila.”
Hinaan itu hanya didengarkan olehnya. Tidak ada ucapan apapun yang ingin dia katakan sejauh ini. Tidak begitu lama sampai seorang wanita dengan pakaian mewah di dekat pria yang membentaknya itu berkata sambil menangis.
“Apa yang membuatmu berpikir begitu, putraku?”
“Tidakkah kamu malu mengatakan semua itu pada kami semua?!”
Pemuda tampan itu akhirnya membuka mulutnya, “Aku…ingin menjadi normal.”
“Apa?”
Pemuda itu mulai mengeluarkan isi hatinya, setidaknya dia mengatakan itu secara terbuka tanpa ada yang ditahan olehnya.
“Menjadi Munyeo Naja, mempelajari Naracheong, Hyeok Gil-Sung dan ilmu-ilmu seperti itu…aku tidak membutuhkannya.”
“Sejak awal aku sudah katakan pada kalian bahwa aku tidak ingin menjadi seseorang yang disebut dukun.”
“Hal gaib bukan sesuatu yang harus diurusi oleh manusia yang masih hidup dan itu sama saja menentang kehendak Dewa.”
“Aku ingin menjadi remaja seutuhnya, hidup dengan semua hal yang aku dengar, semua hal yang aku lihat, semua yang aku sentuh, semua hal yang ingin aku lakukan…aku ingin seperti itu.”
“Kalian semua…selama ini mungkin memberikan tanggung jawab pada penerus kalian tanpa henti tapi aku tidak ingin menanggung beban yang tidak aku sukai.”
“Dunia ini tidak semudah yang kalian pikirkan dan hidup dengan manusia yang masih hidup saja sudah sulit.”
“Untuk apa mengurusi orang-orang yang sudah mati? Apa kalian sudah mulai bosan untuk hidup tenang?”
“Dan aku merasa bahwa semua ini hanya bagian dari keegoisan keluarga ini di masa lalu. Untuk apa–”
Praaang
Sebuah lemparan cangkir di atas meja pria di hadapannya itu membuat suasana berubah tegang seketika. Kini, dia harus menghadapi banyak kebencian.
“Lancang sekali kau bicara begitu, Lee Horan!!”
“...!” pemuda itu tersentak tegang mendengar teriakan itu. Akhirnya, wajahnya sedikit berubah dari yang awalnya datar menjadi sedikit terkejut. Tidak, bukan hanya terkejut namun dia juga harus menerima kalimat yang menyayat hati.
“Tidak tau malu, tidak berterima kasih!! Kau harusnya bersyukur karena lahir dari keluarga ini, Horan!!”
“Kita semua adalah Munyeo Naja yang terkenal, dihormati, dipercaya oleh Kaisar dan keluarga! Kita sudah menyelamatkan banyak orang dengan kekuatan yang kita miliki dan kau bilang ingin menjadi normal!”
“Definisi normal macam apa yang ingin kau katakan, hah!”
“Di dunia ini, tidak ada yang bisa memegang peran dalam pemerintahan jika bukan karena bantuan Munyeo seperti kita dan kau ingin menyia-nyiakan hal itu!”
Pemuda itu mencoba menenangkan pria di hadapannya, “Ayah itu–”
Namun sayang, pria itu langsung berdiri dan menendang tubuh pemuda itu.
Buuk
“Ukh!”
Dadanya terasa sakit karena menerima satu tendangan lainnya. Dia hanya bisa tersungkur. Sebelum dia mencoba bangun, pria yang merupakan ayahnya itu berkata dengan penuh kebencian yang lahir dari perkataan sang anak sebelumnya.
“Jika kau ingin bebas, jika kau ingin hidup seperti yang kau inginkan, sebaiknya kau mati dan meninggalkan dunia ini.”
Mendengar ucapan itu, pemuda itu terdiam. Tidak ada hal yang dirasakannya saat mendengar ucapan itu keluar dari mulut pria yang merupakan ayahnya.
“Untuk apa semua kemampuan yang kau miliki jika tidak kau gunakan dengan benar! Percuma saja aku mendidikmu menjadi seorang Munyeo Naja yang kuat!”
“Omong kosong! Persetan dengan kebebasan! Jika kebebasan itu ada, tidak akan ada roh yang terjebak di dunia ini dan tidak perlu ada kebencian di muka bumi!”
“Semua yang kau terima itu adalah hal yang harus kau pertahankan dan dengan mudahnya kau bilang ingin hidup tanpa menggunakannya!”
“Mati saja! Carilah kebebasan yang kau dambakan itu di alam baka!”
Semua orang saling berbisik, saling mencibir pemuda itu dan dia menerima hukuman dari sang ayah yaitu berdiam diri di dalam ruangan kecil di rumahnya.
Mendapati dirinya memang sudah lelah dengan hidup dan ingin terlahir normal, dia memutuskan untuk menggorok lehernya sendiri.
*
*
*
Saat matanya terbuka, dia mendapati dirinya terbaring di atas tempat tidur yang begitu nyaman dengan suasana berbeda. Tempat yang sejuk, lemari pakaian, buku-buku yang banyak dan tentu saja, dia sadar bahwa dirinya pun berbeda.
Terbangun dari tidurnya, dia melihat sebuah jam digital yang menunjukkan pukul 20:19 saat dia terbangun.
“Aku tertidur rupanya.”
“Sial sekali karena bermimpi soal masa lalu. Rasanya lucu. Kalau dipikir, kenapa saat itu aku justru memilih bunuh diri?”
“Mungkinkah karena aku sudah terlalu lelah dengan hidup di rumah itu? Atau karena ingin membuktikan bahwa aku tidak takut pada ayahku?”
Siiiing
Sesuatu yang membuatnya merasakan hawa dingin yang kuat mulai terasa.
Sebuah perasaan yang sangat tidak asing untuknya.
“Aura kematian? Kenapa bisa sangat kuat sampai seperti ini?”
Merasa penasaran, dia berdiri. Ekspresinya mulai serius. Dengan melihat telapak tangannya, dia menghela napas pelan dan mulai mengatakan sesuatu.
국화의 마음을 진정시키는 향기 (Aroma dari bunga krisan)
나라청에서 살랑살랑 불어오는 바람처럼 (Seperti tiupan angin yang berhembus dari Naracheyong)
밤에 널 만지고 싶어 (Aku ingin menyentuhmu saat malam)
Seperti bait puisi yang indah, dia mengucapkannya dengan sangat fasih dan terdengar suara angin. Saat dia merasakan hembusan angin yang mulai bertiup di ruangan itu, dia mendengar suara.
Suara itu berasal dari dalam apartemen tempatnya berada, di ruang keluarga tempat semua orang berkumpul.
Ada suara Shihan di sana dan terdengar suara milik Chief Han.
“Mereka sudah pulang rupanya,” ucapnya dalam hati saat dia mendengarkan suara samar di telinganya.
Ada suara lain yang didengarnya. Suara itu belum pernah didengar olehnya namun sepertinya dia tau siapa pemiliknya.
“Aku rasa pemuda bernama Sagan dan Yuno sudah pulang.”
“Kalau tidak salah, Shihan bilang kalau pria bernama Chief Han itu menjemput keduanya di tempat pemotretan kan?”
“Apa yang sedang mereka bicarakan? Aku ingin mendengarnya.”
*
*
*
Tanpa diketahui oleh mereka yang berada di ruang berkumpul, Jaehyun sedang mendengarkan percakapan mereka.
Shihan memberikan minum pada Chief Han yang tampaknya begitu syok.
“Minumlah dulu,” ucap Shihan seraya memberikan gelas berisi kopi hangat.
Chief Han menerimanya namun tidak langsung meminumnya. Dia sempat bertanya mengenai Jaehyun yang baru keluar dari rumah sakit.
“Dimana Jae?” tanya Chief Han tanpa mengangkat kepalanya. Dia terus tertunduk sampai tidak ada satupun yang tau seperti apa wajahnya saat ini.
Shihan jelas khawatir, namun tidak banyak yang bisa dikatakan olehnya sekarang. Dia hanya menjawab apa yang ditanyakan oleh Chief Han padanya, “Jaehyun…sedang tidur. Saat tiba di rumah, dia langsung masuk ke kamarnya dan tidur pulas. Aku tidak tega membangunkannya jadi makan malamnya akan aku hangatkan nanti.”
“Begitu.”
“...” Shihan semakin bingung dan cemas.
Sagan mendekati Shihan dan berbisik, “Hyung, Han-ssi tadi…” sambil berbisik di telinga Shihan, Sagan menceritakan apa yang terjadi dan wajah Shihan langsung berubah pucat.
“Apa?!” Shihan mendekati Chief Han dan bertanya dengan nada panik, “Itu tidak benar kan, Chief?! Apa kamu mengalaminya juga!?”
“Jawab aku! Seokyung-hyung pernah bilang…tidak, itu…”
“Chief! Tolong jawab aku! Itu tidak benar, kan?! Tidak mungkin–”
Chief Han memanggilnya, “Shihan…”
“...”
“Aku…melihatnya sendiri. Kali ini, dia ada di dekatku.”
“Apa?!”
Kali ini bukan hanya Shihan yang terkejut, Sagan dan Yuno juga terlihat syok. Tidak, lebih ke arah sangat pucat.
“Aku benar-benar melihatnya. Hanya dibatasi oleh napas dan rasa dingin dengan darah segar di kakiku,” jelas Chief Han. “Hantu itu…nyata. Seokyung tidak berbohong dan aku yakin bahwa semua manager kalian pun pasti melihatnya.”
*
*
*
Sebuah kata yang menarik perhatian Lee Jaehyun terucap dari mulut Chief Han.
“Hantu? Darah? Manager yang berhenti? Apa-apaan ini?”
“Jangan bilang kalau aku harus terjebak dalam hal-hal yang berhubungan dengan dukun lagi…”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Dance Seaweed
bentar. syarat utama Muhyon Naja harus buka mata batin, kah?
2025-02-18
1
Dance Seaweed
dahlah... takdir 🗿 ugh, rasanya merepotkan!
2025-02-18
1