2. Beginning

Seminggu yang lalu.

Di sebuah bangsal rumah sakit, seorang pemuda terbaring dan mulai membuka matanya.

“Mm…”

Ada suara yang didengarnya saat matanya masih mencoba mengambil cahaya agar bisa melihat siapa dan dimana dia berada.

“Jaehyun? Jaehyun, apa kamu mendengarku?”

Suara itu adalah suara yang lembut, penuh dengan nada indah. Setidaknya di telinga terdengar seperti itu. Selain itu, suara itu juga terdengar familiar dan begitu dikenalnya. Tidak tau apa alasannya namun dia mulai melihat siapa yang ada di hadapannya.

Wajah seorang pemuda tampan yang tersenyum menatapnya. Rambutnya hitam pekat dengan potongan poni yang lebih panjang pada bagian samping, mengenakan kalung dengan cincin melingkar dan memakai cardigan berwarna coklat.

“Jaehyun? Kamu sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?” tanya pemuda itu.

Pasien yang terbaring di bangsal tempat tidur mulai bangun dan melihat sekelilingnya. Ada dua orang yang menemaninya saat itu yaitu pemuda tampan yang memanggilnya dengan nama “Jaehyun” dan seorang pria dewasa dengan memakai kemeja putih, celana hitam yang terlihat sedikit cemas.

“Ah, Jaehyun. Kau membuat kami semua khawatir. Jatuh dari tangga itu bisa berakibat fatal. Untung saja tidak parah.”

Remaja yang baru saja siuman dari tidur panjang langsung terlihat bingung, “Apa? Aku jatuh dari tangga?”

“Benar.”

“Bukan bunuh diri?”

“Hah? Apa yang kau bicarakan? Kau mau bunuh diri saat MYTH sedang dalam puncak popularitas?”

“MYTH?” sepertinya pemuda itu tidak begitu memahami apa yang terjadi. Semua yang ada di depannya begitu asing, tidak ada yang sama namun entah kenapa dia tau dimana tempat itu. Pemuda itu bertanya pada remaja tampan lainnya, “Siapa namamu?”

“Apa?” remaja itu terkejut mendengar pertanyaan aneh dari pasien yang baru saja siuman, “Jaehyun, kamu membuat Hyung-mu ini sedih. Apa kamu begitu benci pada pekerjaanmu?”

“Hyung? Berapa umurmu?”

“Eh?”

“Aku tanya, berapa umurmu?”

“Aku,” remaja itu jelas terlihat bingung dengan pertanyaan pasien di hadapannya. Dia berjalan mendekati pria dewasa yang sama bingungnya dengan dirinya dan berbisik, “Chief Han, apa menurutmu Jaehyun harus diperiksa lagi? Sagan dan Yuno tidak ada karena masih harus melakukan pemotretan tapi ini terlalu–”

“Nah, aku yang urus. Kau diam di sini dulu, Shihan.”

“Chief Han, tolong jangan terlalu galak pada Maknae kami. Dia itu sangat polos dan pendiam. Ingat ya, pelan-pelan.”

“Kau ini seperti ibu yang mengkhawatirkan anaknya. Tenang saja.”

Pria itu duduk di samping bangsal tempat tidur remaja itu dan bertanya padanya, “Jae, kau ingat paman kesayangan semua kan?”

“Tidak.”

“Apa? Bercandanya sudah dulu. Kau jangan membuat Hyung-mu yang ada di sana seperti anak anjing yang ketakutan. Aku bisa dianggap melakukan penyiksaan pada personilku sendiri.”

Remaja itu menghela napas dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.

“Ini gila, aku harus bagaimana? Aku jelas sudah menggorok leherku sendiri di depan semua orang, kan? Kenapa malah terjebak di sini?”

“Sebentar. Aku ingat-ingat dulu.”

Di sebuah kamar dengan nuansa tradisional.

Hanok, rumah yang sudah ada dari zaman dulu. Di malam itu, seorang pemuda tampan dengan jeogori (pakaian bagian atas) berwarna putih biru dengan pita ungu dan baji (bagian bawah/celana) panjang berwarna keunguan duduk bersimpuh.

Awalnya tidak terlihat jelas, namun cahaya bulan purnama yang begitu terang masuk ke dalam celah-celah rumah dan memperlihatkan sesuatu yang ada di lantai.

Pisau dengan sebuah kertas putih bertuliskan sesuatu dengan tinta merah.

“Aku sudah benci melakukan hal yang tidak aku sukai. Apanya yang Munyeo Naja, apanya yang bisa mengantarkan roh ke alam baka.”

“Aku sudah seperti di penjara!”

“Jika memang hidup harus dengan kekangan seperti ini, mati adalah cara paling baik.”

Dia mengambil pisau itu dan mengarahkannya ke leher dengan senyum bahagia.

“Akhirnya…”

“Jika dunia ini adil, aku ingin pergi ke akhirat lebih cepat. Biarkan semua orang meratapi dosanya.”

“Aku ingin terbebas dari semuanya dan tidak lagi terkekang dalam sesuatu yang disebut Naja!”

Craaat

Dia mati dengan menggorok lehernya sendiri.

Sekarang, pemuda yang baru menyadari betapa menyedihkan nasibnya hanya bisa menghela napas.

“Baiklah, ini adalah garis besar hidupku.”

“Aku mati karena tidak mau menjadi penerus keluarga dan ayahku menghukumku. Aku membunuh diriku di rumah.”

“Kemudian, saat aku sudah penuh percaya diri agar bisa ke akhirat…ini adalah akhirat yang dimaksud?”

“Isinya sama sekali bukan pendosa. Aku sepertinya dijebak oleh takdir.”

“Haruskah aku membenturkan kepalaku lagi?”

“Selain itu, aku yakin mereka mengatakan bahwa namaku Jaehyun. Jaehyun ya…tidak pernah dengar.”

“Aku tidak bermaksud kasar tapi aku tidak tau apapun soal tempat ini.”

“Hmm?”

Ditengah waktunya berpikir, remaja itu melihat sesuatu yang gelap mengelilingi pria dewasa yang duduk di bangsalnya.

“Apa kau sedang sakit?”

“Apa?”

Baik pria itu maupun remaja yang bernama Shihan terkejut dengan cara bicara remaja itu.

“Jae–Jaehyun…”

“Hei nak, aku tau kalau kepalamu terbentur tapi kenapa kau jadi–”

Remaja itu memotong ucapan pria itu, “Sudah jawab saja, kau sedang sakit atau tidak?”

“Ti–tidak. Kurasa…”

“Kau yakin?” remaja itu bertanya kembali dengan tatapan dingin yang tajam. Pria itu mengangguk dan segera berdiri. Dia mundur dan mendekati remaja lainnya di belakang, “Shihan, aku sibuk. Kau urus dia ya.”

“Eh?!”

“Pengobatannya sudah diurus oleh perusahaan. Kalau dia sudah lebih baik, bawa pulang saja. Aku jadi takut melihatnya seperti itu. Aku mau ke studio menjemput Sagan dan Yuno.”

Tidak lama setelah itu, remaja itu ditinggal oleh pria dewasa yang sangat bertanggung jawab itu.

Sekarang apa yang kira-kira akan dilakukan oleh keduanya?

30 menit sudah berlalu. Pasien yang sekarang sedang sibuk melihat tablet tampaknya begitu tenang dan orang yang menemaninya begitu tegang.

“Jae…”

“Sebentar. Aku mau melihat informasi dulu.”

“...” sepertinya dia diacuhkan.

Pasien yang terlihat fokus itu melihat informasi yang dia tanyakan beberapa waktu lalu. Dia ingin tau siapa dirinya, apa hubungannya dengan pria tadi dan dengan remaja tampan di dekatnya, dimana ini, apa itu MYTH dan tahun berapa sekarang.

Teknologi yang membuatnya sedikit syok di awal yaitu tablet, sekarang menjadi sesuatu yang sangat mudah dimengerti olehnya.

“Tahun 2025 ya. Aku sudah terlempar terlalu jauh. Bagaimana bisa manusia dari zaman Joseon bisa di tahun 2025?”

“Aku sudah sangat tua!”

“Kelahiran 1455 bisa ada di masa depan. Selain itu, alat ini canggih sekali. Berbeda dengan kertas sutra milikku.”

Dia membuka sebuah artikel bertulis MYTH.

“MYTH -  Idol Korea Selatan yang sedang naik daun. Personil dengan 4 member yang begitu tampan dan berkarisma.”

“Wow. Hmm? Wajah ini kan…” sambil melihat ke arah remaja yang sedang tegang di hadapannya, dia menyamakan foto di layar tabletnya. “Kwon…Shihan? Leader? Fenrir? Kau keturunan anjing putih?”

Remaja bernama Shihan ingin sekali menangis. Tapi dibanding menangis, dia tersenyum miris.

“Um, itu…nama asliku Kwon Shihan dan Fenrir itu nama panggung, Jaehyun.”

“Oh. baiklah. Aku mau baca lagi.”

“...” Shihan menatap remaja itu dengan tatapan penuh tanda tanya. “Apa yang terjadi padamu, Jaehyun?”

Terpopuler

Comments

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦≛⃝⃕|ℙ$ Avi🦐ˢ⍣⃟ₛ

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦≛⃝⃕|ℙ$ Avi🦐ˢ⍣⃟ₛ

apa artinya maknae?
ngeri amat wak gorok leher😭
kenapa gak minum racun aja sih yang lebih soft🤭

2025-03-12

1

〈⎳ FT. Zira

〈⎳ FT. Zira

ya kalo perlu.. atau minta jack the ripper untuk membunuhmu dengan cara misterius../Facepalm//Facepalm/

2025-04-01

1

〈⎳ FT. Zira

〈⎳ FT. Zira

tansmigrasi ya

2025-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!