langit yang cantik

Kaelyn menuju toilet untuk membersihkan wajah dan bajunya yang terkena susu. Ia mengganti seragamnya dengan hoodie yang memang selalu ia bawa setiap hari.

“Sialan... gue bakal balas lu, Dante,” gumam Kaelyn kesal.

Saat keluar dari toilet, Kaelyn mendapati Dante berdiri bersandar di dinding, tepat di depan pintu. Satu tangannya berada di dalam saku, sementara tangan lainnya sibuk dengan ponsel.

“Lo lagi? Maksud lo apa sih gangguin gue?” omel Kaelyn sambil memukul lengan Dante.

“Gak ada maksud apa-apa. Mana seragam lo, biar gue cuci,” ucap Dante sambil mengadah telapak tangannya.

“Gak usah! Gue bisa cuci sendiri!” sahut Kaelyn, hendak berlalu. Tapi Dante tiba-tiba menggerakkan kakinya ke depan, membuat Kaelyn tersandung dan jatuh.

“Kalau jalan, pake mata,” ucap Dante santai, meninggalkan Kaelyn yang masih duduk di lantai.

“Dante sialan!” geram Kaelyn sambil melempar tas berisi seragamnya. Sayang, tidak mengenai Dante.

Bagi Dante, ini adalah hiburan baru. Mengganggu Kaelyn ternyata sangat menyenangkan.

Jam sekolah pun usai. Dante menuju parkiran, menaiki motor sport miliknya, dan mengenakan helm full-face. Seperti biasa, semua mata tertuju padanya. Idola sekolah—cool, misterius, dan tak tersentuh. Banyak siswi menyukainya, tapi tak satu pun berani mendekat.

Sementara itu, Kaelyn keluar dari kelas dan menuju lobi untuk menunggu jemputan. Hari ini jelas bukan harinya—berkat ulah Dante.

Dante lewat di depannya. Mereka sempat saling lirik, tapi Kaelyn langsung mengacungkan jari tengah padanya. Dante membalas dengan menggeber motornya, lalu melaju cepat.

“Apaan sih yang disuka anak-anak sini sama bocah kulkas itu? Rese banget jadi orang,” Kaelyn menggerutu, lalu menarik tudung hoodienya ke atas.

Tak lama, jemputannya datang. Ia masuk ke dalam mobil dan langsung pulang.

Malam harinya, Dante dan teman-temannya sedang nongkrong di markas—tempat mereka biasa kumpul, ngopi, atau sekadar buang waktu. Tempat itu dipenuhi anak basket dan anak geng motor yang semuanya cowok. Dante adalah ketua mereka.

“Kaelyn Reed. Cewek yang tadi siang ngelempar bola ke ketua kita,” buka Edward sambil menghisap rokok.

“Cantik sih... sayangnya tengil banget. Dante pasti bete banget liat tuh cewek,” Angkasa ikut menimpali.

“Tapi dia cukup famous, bro. Buktinya diincer Bastian tuh,” Edward menunjuk ke arah Bastian yang sibuk dengan ponselnya.

“Susahlah, bro. Tu cewek tuh kayak nggak bisa didekati. Friendly iya, tapi digoda kagak mempan, digombalin malah diketawain,” kata Bastian sambil geleng-geleng kepala.

“Tapi Dante bales tuh cewek di kantin tadi. Gue liat sendiri,” Ethan akhirnya angkat bicara.

“Hah? Serius? Gila… bisa-bisa tu anak kabur dari sekolah,” Angkasa berseru sambil tertawa.

Mereka langsung teringat kejadian dengan Valery —cewek “pick me” yang sok akrab dan sering ngeganggu Dante. Rumornya, Valery pindah sekolah gara-gara dipermalukan Dante.

“Dante kalo udah ngebales, nggak main-main sih,” Ethan terkekeh membayangkan ekspresi Kaelyn.

Tak lama, Dante datang dan bergabung. Seperti biasa, ia terlihat dingin dan tidak ramah.

“Lo oke kan, bos?” tanya Ethan sambil menepuk bahu Dante.

Lelaki itu hanya mengangkat sebelah alisnya. Dari semua orang di sana, hanya Ethan yang paling dekat dengannya—selain karena mereka sepupu, Ethan juga wakil ketua geng.

“Gimana menurut lo Kaelyn Reed?” tanya Ethan saat mereka duduk di taman belakang markas, masing-masing dengan sebatang rokok di tangan.

“Not bad,” jawab Dante santai.

“Jangan sampe anak orang minta pindah sekolah lagi, Dan,” ucap Ethan setengah bercanda, setengah memperingatkan.

“Huh… gue ngerasa seru aja ganggu dia. Beda dari cewek lain. Biasanya ngebosenin.”

Dante tersenyum miring.

“Naksir, nih?” Ethan melirik penasaran.

“Ogah. Siapa juga yang mau sama cewek sinting itu.”

Namun, ketika mengingat ekspresi Kaelyn yang mencibirnya siang tadi, Dante tersenyum tipis.

“Langit yang cantik…” gumamnya pelan.

“Apaan?” tanya Ethan, otomatis menatap ke langit yang menurutnya… biasa aja.

Dante hanya diam, menghisap rokoknya lagi, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tapi satu hal pasti: Kaelyn Reed, si cewek bar-bar itu, sudah berhasil menarik perhatiannya.

Terpopuler

Comments

Ishi

Ishi

Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!

2025-02-08

0

Reeyou

Reeyou

terima kasih sudah.membaca karya ku 🥰🥰

2025-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!