Adrian, yang sudah tidak bisa lagi menahan hasrat yang menggelegak di dalam dirinya, tiba-tiba menutup pintu lift dengan keras, membuat suara dentingan logam bergema di ruangan sempit itu. Dengan gerakan cepat, dia berbalik dan menekan Melfissa ke pintu lift, membuat punggungnya bertemu dengan permukaan logam dingin yang mengirimkan sensasi mengejutkan ke seluruh tubuhnya, menimbulkan rasa sakit di badan Melfissa yang amat kecil itu
Wajah tampan Adrian memerah, bukan hanya karena hasrat yang memuncak dalam dirinya, tetapi juga karena amarah yang masih bergolak, menyala akibat ucapan Melfissa sebelumnya yang dengan santainya menyebutnya seorang gigo*o. Bagi Adrian, itu adalah penghinaan, seakan harga dirinya diremehkan oleh wanita yang kini berada begitu dekat dengannya.
Tingkah Adrian yang begitu buas dan tanpa kendali membuat Melfissa merasa takut. Tubuhnya mulai bergetar, dan ia mundur sedikit, punggungnya menempel erat pada dinding lift yang dingin. Matanya membelalak, ketakutan mulai merayap ke dalam dirinya. Pria yang sebelumnya membuatnya terpikat kini menggerayangi tubuhnya dengan liar.
“Apa yang kau lakukan…!? Apa kau mabuk!? hey....jawab aku! jangan mendekat! Kau sangat menyeramkan!” teriak Melfissa, suaranya gemetar, mencoba menahan rasa takut menatap sosok Adrian Valerian.
“Kenapa kau takut? Bukankah kau yang mengajakku untuk menikmati malam bersama?" cibir Adrian, suaranya terdengar dingin dan sinis. Garis-garis merah tua yang mulai terlihat di matanya memancarkan amarah yang mengintimidasi, membuat Melfissa semakin merasa ketakutan. Ada sesuatu yang begitu menakutkan dalam tatapan itu, seolah ia menghadapi binatang buas yang siap menerkam mangsanya.
"Apa orang ini memang bersumbu pendek" pikir Melfissa.
Adrian kemudian mencubit dagu Melfissa dengan kasar, memaksa wajahnya untuk tetap menghadap ke arahnya. Rasa sakit dari cengkeraman yang kuat itu membuat Melfissa meringis, tetapi ia tidak bisa melepaskan diri dari genggamannya.
"Karena kau yang memprovokasiku, bersiaplah melayaniku malam ini!" ujar Adrian dengan nada yang mengancam, senyumnya menyeringai terlihat sangat menakutkan.
"Apa yang dipikirkan orang ini? apakah semua gigolo sebodoh ini sampai menakuti customernya sendiri?atau dia memang berperan sebagai karakter sad*istic?"
Melfissa sedikit frustrasi dengan tingkah Adrian Karena tingkahnya yang Agresif.
Melfissa menelan ludahnya dengan gugup. Sejujurnya, dia benar-benar merasa sedikit takut sekarang. Pikirannya yang sudah tercemar sebelumnya karena mabuk kini sudah mulai jernih, namun situasi seperti ini membuat Melfissa kaget, Apa yang harus dia lakukan dalam kondisi seperti ini, dan juga ada apa dengan aliran panas yang tiba-tiba terasa ditubuhnya? Pikiran-pikiran mesum yang hilang sebelumnya juga kini datang kembali satu persatu, seperti "Aku benar-benar ingin menciumnya… Aku ingin menyentuhnya…" atau semacamnya.
"Lala sialan!! obat aneh macam apa yang diberikan Lala untukku!" gerutuu Melfissa dengan kesal.
“Apa maksudmu 'obat'? Apa kau telah dibius?” Pikiran Adrian juga kembali normal dan akhirnya menyadari ada yang salah dengan Melfissa.
"Tentu saja! memangnya untuk apa lagi aku mendekati gi*olo sepertimu!" bentak Melfissa yang merasa ketakutan.
“Sialan, kalau begitu kenapa kau datang ke tempat seperti ini sendirian! Apa kau tidak sadar kalau minumanmu sudah diberikan obat oleh orang lain!" Adrian membentaknya kembali.
Adrian yang biasanya dingin dan tenang hampir tidak bisa menahan amarahnya.
Melfissa yang tersandar pada pintu lift mencoba merapikan rambutnya yang telah berantakan. dia mengambil ikat rambut dari dalam tasnya dan kemudian mengubah gaya rambutnya dari yang sebelum terurai sekarang menjadi gaya rambut ponytail. Disisi lain, Adrian Valerian terpana kepadanya saat Melihat leher Melfissa yang terlihat putih dan bersih, pemandangannya saat memperbaiki rambutnya terlihat sexy dimata Adrian.
Adrian memberikan senyum iblis sebagai balasannya saat dia mengangkat dagunya dengan senyum dan tertawa tipis. Ujung jarinya menyentuh bibir merah lembutnya. Napasnya yang panas menyelimuti telinga Melfissa rasanya seperti tubuh Melfissa terkena listrik. Ia lalu kembali mencium bibir Melfissa dan kemudian melepas kunciran rambut dari Rambut Melfissa.
'Apa-apaan orang ini! aku baru saja selesai menguncir rambutku dan dia melepasnya begitu saja dengan mudah.'
"Kau benar-benar sangat cantik nona" bisik Adrian ditelinga Melfissa sambil meniup telinga Melfissa dengan niat menggoda.
Wajah Melfissa yang sebelumnya panas dan memerah karena Alkohol kini terbebas dari semua kegilaan. Dia mencoba mendapatkan kembali semua kesadarannya dan kemudian dengan senyum manis, dia bertanya kepada Adrian, “Baiklah...baiklah...aku tahu kalau kau sangat agresif, tapi sebelum kita lanjut kelangkah berikutnya bolehkah aku bertanya tarifmu selama semalam? Aku tidak sekaya itu sampai harus melakukan sesuatu tanpa menanyakan harganya. "
Sebenarnya Itu semua hanya kamuflase saja. Didalam tubuh Melfissa Geraldine, jantungnya sangat berdegup kencang saat berada dihadapan Adrian, karena itulah dia memainkan strategi licik dengan menanyakan harganya jika harganya mahal maka Melfissa hanya perlu buat alasan kalau uangnya tidak mencukupi untuk membayar tarifnya dan bisa pergi dari tempat itu dengan selamat.
Tapi sayangnya orang yang berada dihadapannya ini adalah Adrian, seorang pria kaya generasi kedua yang tidak kekurangan uang sama sekali.
Wajah Adrian tampak marah. Dia adalah Adrian Valerian, seorang anak dari pendiri perusahaan Corporation gold, perusahaan produksi perhiasan terbesar dinegara ini dan salah satu anak yang berpotensi mewarisi bisnis orang tuanya. Namun saat ini harga dirinya terasa jatuh.
Adrian kemudian tertawa mencela dan mengangkat dagu Melfissa dengan marah, "Apa kau pikir kau bisa membayar harga diriku" ucap Adrian dengan sedikit suara tawa kecil. Tatapan matanya yang buas memiliki kemampuan untuk membuat jantung Melfissa berdebar-debar, menyebabkan pipi Melfissa menjadi merah karena malu.
"Jadi berapa yang kau mau? aku hanya punya satu juta Rupiah, seharusnya cukup, kan?" tanya Melfissa mencoba mengalihkan pembicaraan agar Adrian tidak memperhatikan pipinya.
"Hahaha!!! Apa cuman segitu yang bisa kau berikan, nona? Aku tidak akan berbasa-basi lagi, sebenarnya aku adalah pewaris keluarga Valerian, aku bisa mendapat apapun yang aku inginkan termasuk juga denganmu. Lupakan saja tentang satu jutamu, aku akan memberikanmu satu juta jika kau ingin melayaniku malam ini." ujarnya.
"Sialan!" Ucap Melfissa dengan kesal. Dia tidak tahu perkataan Adrian benar atau salah, yang ia tahu perkataan Adrian itu membuatnya sangat kesal, salah satu hal yang dia benci adalah orang-orang yang bertindak tinggi dan perkasa hanya karena mereka kaya. Orang-orang itu selalu terlihat sangat arogan.
Dia merasakan kemarahan menguasai seluruh dirinya, namun senyum manis terpampang di wajahnya. Melfissa mengangkat kepalanya dengan angkuh dengan watak yang cocok untuk seorang ratu. Kesombongan meresap ke dalam suaranya. “Satu juta lima ratus ribu Rupiah. Aku akan membayarmu untuk satu malam ini. Bagaimana menurutmu?”
Awalnya Melfissa sama sekali tidak berminat melanjutkan hubungan dengan pria yang baru dia kenal itu, tapi karena harga dirinya yang terancam hancur karena direndahkan pria asing itu membuatnya mengorbankan segalanya demi harga dirinya.
"Apa kau pikir hanya dengan uang sedikit itu kau bisa mendapatkan diriku" ucap Adrian dengan seringai tipis dan kemudian mengejeknya dengan tatapan menghina.
"Mau sampai kapan kau akan mengatakan hal itu terus! katakan saja berapa maumu.!!..Atau mungkin kau itu hanya pria impoten saja yang mencoba memerasku" ucap Melfissa dengan tatapan menyelidik.
Adrian terkekeh, "Memeras? siapa yang memeras mu? haha~ menurutmu aku kekurangan uang!?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments