Dalam sebulan terakhir, Andi mendedikasikan waktunya untuk melatih anak buahnya. Bagi mereka, ini adalah kesempatan emas untuk berkembang. Namun, satu hal menjadi jelas—Andi selama ini menyembunyikan kekuatannya.
Dia bukan orang lemah. Dia hanya memilih untuk tidak menonjol. Namun kini, setelah tekanan dari Angkatan Laut, ia berkembang menjadi sesuatu yang lebih berbahaya.
Sang juru mudi, yang kini berdiri di dekatnya, menelan ludah. Berbagai pemikiran berkecamuk di benaknya.
Apakah kita yang menciptakan monster ini?
Semakin ia memikirkannya, semakin ia menyadari betapa Andi bukanlah pemimpin biasa. Ketakutan mulai merayap ke dalam hatinya.
"Cukup tahu saja."
Suara Andi yang tenang membuyarkan pikirannya. Pandangannya acuh tak acuh, seolah semua ini hanyalah bagian dari rencananya yang lebih besar.
Dia menatap para tawanan yang berlutut di geladak. Membunuh prajurit dalam pertempuran adalah satu hal, tetapi mengeksekusi tawanan adalah keputusan yang berbeda.
Untuk saat ini, Andi belum siap sepenuhnya memutus hubungan dengan Angkatan Laut.
Di dunia bajak laut, hanya sedikit yang bisa bertahan sebagai petarung lepas tanpa wilayah yang stabil. Bahkan mereka yang kuat, seperti Crocodile yang menguasai Alabasta, Doflamingo di Dressrosa, serta Kaido, Whitebeard, dan Big Mom di Dunia Baru, semua pada akhirnya membentuk kerajaan mereka sendiri demi stabilitas.
Bajak laut yang hanya mengandalkan penjarahan cepat atau lambat akan binasa.
Andi sadar akan hal ini. Jika ia ingin membangun pasukan yang stabil, ia harus bergerak cerdas.
Dua pilihan terbentang di hadapannya:
Menjadi begitu kuat hingga Angkatan Laut harus berpikir dua kali sebelum bertindak melawannya.
Menjadi bagian dari sistem, seperti Tujuh Panglima Perang Laut, yang memberinya izin resmi untuk menjarah.
Andi sudah memikirkan jalannya. Jika ingin menjadi Panglima Perang Laut, ada dua cara:
Mengalahkan salah satu dari mereka dan menggantikannya.
Menunggu posisi kosong dan merekomendasikan diri sendiri.
Kedua metode ini membutuhkan kekuatan yang cukup.
Saat ini, Andi masih berada di Lautan Timur, Terlalu dini baginya untuk menantang dunia, tetapi itu tidak menghalanginya untuk merancang masa depan.
Namun, sebelum itu—ia harus menjadi lebih kuat.
Setelah memastikan kapal mereka tidak mengalami kerusakan, Andi memberi perintah untuk berlayar menuju kota terdekat guna mengisi perbekalan.
Ia tidak mengganti bendera Angkatan Laut di kapal perang yang mereka rampas.
Bendera ini bukan hanya simbol, tapi alat yang berguna. Sebagai bajak laut, mencoba memasuki kota dengan bendera mereka sendiri hanya akan menimbulkan masalah. Namun, dengan bendera Angkatan Laut, mereka bisa masuk dan keluar dengan mudah.
Andi tersenyum tipis.
Terkadang, cara terbaik untuk bersembunyi adalah berada tepat di bawah hidung musuh.
Cabang Angkatan Laut Lautan Timur
Beberapa hari kemudian, di ruang konferensi markas Angkatan Laut di Lautan Timur, suasana terasa tegang. Asap rokok memenuhi ruangan, dan para perwira duduk dengan ekspresi serius.
Di atas meja, terdapat dua lembar kertas perintah buronan.
Gambar pertama menunjukkan seorang pria bertopi kulit oranye, wajahnya dihiasi bintik-bintik, dengan senyum yang tampak santai.
Gambar kedua memperlihatkan seorang pria berbaju zirah kulit hitam, bertubuh tinggi, dengan postur elegan bak ksatria dalam dongeng.
Mayor Granny, salah satu perwira tinggi Angkatan Laut, berdiri di depan mereka, Suaranya dalam dan penuh ketegasan.
"Situasi di Lautan Timur jauh lebih buruk dari yang kita duga."
Semua mata tertuju padanya.
"Pengguna Buah Iblis Logia Api, Fire Fist Ace, telah menyebabkan kekacauan besar di Cabang 145, yang menyebabkan banyak korban."
Para perwira bergumam di antara mereka, namun Granny belum selesai.
"Dan yang lebih parah lagi—Andi, bajak laut yang dikenal sebagai 'Ksatria Kilat', telah membunuh Letnan Monka hanya dengan satu tebasan pedang."
Ruangan menjadi sunyi.
Seorang perwira menelan ludah. "Hanya... satu tebasan?"
Mayor Granny mengangguk.
"Angkatan Laut tidak bisa lagi menganggap mereka remeh. Bounty mereka harus segera diperbarui."
Para perwira menatap dua kertas buronan di atas meja. Mereka tahu dua nama ini akan menjadi masalah besar di masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Rah
lanjutkan thot
2025-02-08
1