Pedang yang terhunus dan paket amunisi yang digenggam erat di tangan memberi mereka kepercayaan diri yang belum pernah terasa sebelumnya. Dengan aura yang membara, mereka bergerak maju, menyatu sebagai saudara yang tak terpisahkan, darah yang sama mengalir dalam tubuh mereka.
Tak ada keraguan, hanya tekad untuk melawan, untuk bertahan hidup.
Monka melompat pertama kali dari kapal perang, langkah kakinya cepat dan pasti, menuju Pulau yang di depan, Prajurit laut di belakangnya mengikuti, seakan tertular semangatnya yang tak terbendung.
“Bunuh!” teriak Monka dengan suara penuh amarah, suaranya menggema di udara yang tegang. Mereka tak hanya melawan untuk menegakkan keadilan, tetapi juga untuk darah yang telah tumpah sebelumnya, untuk balas dendam yang sudah lama tertahan.
Mereka bergerak dengan kecepatan yang tak tertandingi, jarak hampir satu kilometer tak terasa seperti halangan bagi mereka.
Begitu sampai, mereka bertemu dengan Andi, yang memimpin puluhan bajak laut. Dengan pedang panjang terhunus, Andi memandang Monka dengan senyuman tipis, menganggapnya sebagai ancaman yang layak.
Andi tidak bisa menyembunyikan rasa tertariknya. Di matanya, Monka bukan sekadar prajurit laut biasa. “Daripada bilang kamu prajurit laut, mungkin lebih baik kalau kamu jadi rekan kerjaku,” ujarnya dengan nada menggoda, namun penuh tantangan.
Monka mengernyit, mendengus kecil, namun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, Hanya tatapan tajam yang ia arahkan ke arah Andi, sementara telapak kakinya menghentak keras ke tanah, membuatnya tampak seperti anak panah yang melesat.
Begitu kapak besar di tangannya diayunkan, udara pun bergetar, kekuatan yang luar biasa meledak begitu hebat. Batu-batu besar seakan hancur hanya dengan pukulan itu, dan Monka tahu betul bahwa ia dapat dengan mudah menghancurkan Andi jika itu yang diinginkannya.
Namun, Andi bukanlah orang biasa. Sebuah suara mengejek terdengar di telinga Monka saat dia berusaha mendaratkan pukulan maut. "Terlalu lambat," ujar Andi dengan tenang, senyumnya semakin lebar, meskipun ancaman maut hampir mengenai tubuhnya.
Monka terkejut, tubuhnya menegang.
Tepat di belakangnya, ada sesuatu yang lebih berbahaya, sesuatu yang telah ia rasakan sebelumnya kelembutan angin yang tidak biasa, hawa dingin yang menusuk kulit.
Andi, yang telah menghilang dari pandangannya sekejap tadi, kini muncul kembali, dan dengan gerakan cepat yang hampir tak terlihat, pedangnya sudah teracung tepat di leher Monka.
Hati Monka berdebar keras, tubuhnya mendadak membeku. Dalam beberapa detik yang sangat panjang itu, hanya satu pikiran yang terlintas di benaknya: Ini... ini tidak mungkin!
Dengan nada dingin, Andi menyatakan, “Hanya orang lemah yang berpikir itu tidak mungkin. Namun orang yang lebih kuat akan selalu menemukan cara untuk mengatasinya. Inilah perbedaan yang tak dapat kau jembatani.”
Monka merasa seolah terjatuh ke dalam jurang yang dalam. Pupil matanya bergetar. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, hanya rasa dingin yang terus menyelimuti tubuhnya.
Andi melihat Monka yang kini terdiam, sedikit terkesan, namun juga tidak tergerak. “Membunuhmu hanya butuh satu tebasan pedang, dan aku akan mengakhiri semua yang ada di antara kita, termasuk masa lalu yang membelenggumu,” katanya dengan ringan, tanpa emosi yang jelas.
Sebelum Monka sempat berkata apapun, sebuah kilatan pedang menyambar. Dalam sekejap Tubuh Monka terasa sangat berat, ketika ia menoleh, tubuhnya terhuyung jatuh ke tanah.
Apakah itu aku ?? Pikirnya dalam kebingungan sebelum semuanya menjadi gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
king of the darkness
lanjut thor up yng bnyk
2025-02-04
4