jadi pelayan

Zee merasa terkejut karena ketiga pria tersebut sangat familiar. Ya, pria itu adalah El, Sky, dan Rey. Pakaian yang mereka kenakan berlumuran darah.

El mendekati Zee dengan langkah yang perlahan. Wajahnya terlihat serius dan mata hazelnya terlihat dalam. Zee merasa jantungnya berdegup kencang karena tidak tahu apa yang akan terjadi.

"Apa... apa yang terjadi?" Zee bertanya dengan suara yang gemetar.

El tidak menjawab, dia hanya terus mendekati Zee dengan mata yang terus memandangnya. Sky dan Rey berdiri di belakang El, mereka juga terlihat serius dan tidak berbicara.

"Apa kau melihatnya?" tanya El dengan nada yang serius.

Zee merasa bingung. "Me... melihat apa?" tanyanya dengan ragu.

"Kau tidak perlu sok polos," kata El dengan mata yang terus memandang Zee.

"Aku tidak tahu," jawab Zee dengan suara yang gemetar. Dia tidak mengerti apa yang El maksudkan.

"Apakah kau membunuh orang?" tanya Zee dengan nada yang serius dan mata yang terus memandang El.

"Jika iya, kenapa?" El bertanya dengan suara yang tegas.

Zee sangat takut dengan apa yang dikatakan El. "Tolong, jangan bunuh Zee!" Zee berderai air mata, takut bahwa El akan membunuhnya.

"Tidak, aku tidak akan membunuhmu, Zaleta Zee," kata El dengan nada yang serius, "asalkan kau menurut dengan aku."

El menodongkan pisau ke leher Zee, membuat Zee merasa sangat takut. "Apa yang harus aku lakukan?" Zee bertanya dengan suara yang gemetar, tidak ingin membuat El marah.

"Kau harus menjadi pelayan ku di sekolah atau pun dirumah," kata El dengan nada yang tegas.

Dengan cepat, Zee menggeleng. "Tidak, aku tidak mau!" Zee berusaha berbicara dengan berani, tapi suaranya masih gemetar karena takut.

"Baiklah, jika kau tidak mau," kata El dengan nada yang dingin, lalu menodongkan pistol tepat di kepala Zee.

Zee sangat takut dan berusaha untuk tidak menangis. "Baiklah, aku mau," Zee berbicara dengan suara yang gemetar, tidak ingin membuat El marah dan membahayakan dirinya.

"Good girl, sekarang kau ikut dengan ku," kata El dengan nada yang puas.

"Ikut, maksudmu?" tanya Zee dengan ragu.

"Jangan begitu, panggil aku Kakak. Kita akan pergi ke rumah ku," kata El dengan nada yang tegas.

"Tapi aku tidak mau ikut dengan Kakak," protes Zee.

"Aku tidak butuh persetujuan dari mu," kata El dengan nada yang dingin.

Zee berbalik, berniat untuk kabur, tapi sebelum itu, El sudah memukul tengkuk leher Zee dan membuat Zee pingsan.

Lagi-lagi, Sky dan Rey dibuat bingung oleh El. Mereka saling menatap, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Zee merasakan jika ada tangan yang melingkar di perutnya. Zee berusaha untuk bangun, tapi sangat sulit. Saat dia melihat, ternyata itu adalah El. Ya, mereka berdua tidur bersama.

"Aaaaaaaaa!" Zee berteriak sangat kencang, membuat El terbangun dan merasa bingung.

"Kakak, ngapain tidur di samping Zee?" tanya Zee dengan nada penuh amarah.

"Ini kan kamar gue , Zee. Ya, terserah gue," kata El dengan nada yang santai dan sedikit sinis.

"Kenapa aku tidak tidur di kamar lainnya aja, atau di sofa? Kenapa harus satu ranjang?" Zee bertanya dengan nada yang marah dan frustrasi, tidak mengerti mengapa El memaksanya untuk tidur bersama.

El merasa marah karena Zee berteriak kepadanya, dan plak! Satu tamparan keras mendarat di pipi Zee. Lebam yang kemarin belum hilang sudah ditambah lagi, dan membuat Zee tersungkur. Sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Sakit!" Zee berteriak, merasakan sakit yang sangat.

"Jangan karena kita tidur satu ranjang, lo bisa marahin gue, hah?" El melanjutkan, dengan nada yang marah dan sambil menatap Zee dengan mata yang berkilat.

Terpopuler

Comments

Armin Arlert

Armin Arlert

Jempol tinggi!

2025-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!