Ancaman

"Pak , Bapak enggak apa-apa kan ?" ucap Lesta bertanya pada Pak Marta.

"Enggak apa-apa kok. Udah biasa" ucap Pak Marta sambil meletakkan gelas air minum yang dipegangnya tadi.

"Kamu pasti kaget. Di hari pertama kerjamu, sudah menemukan kejutan seperti ini" ucap Pak Marta seraya tersenyum.

Bukan kaget lagi Pak, serasa olahraga jantung gue tadi !

Batin Lesta.

"Dia putra sulungku. Sifatnya memang agak keras semenjak Ibunya meninggal. Entah apa yang membuatnya berubah, sebelumnya dia bukan orang yang seperti itu" ucap Pak Marta.

Lesta hanya diam mendengarkan cerita Pak Marta.

"Dan sifatnya semakin menjadi-jadi saat aku menikah lagi dengan mantan pegawaiku. Mungkin dia pikir aku menikah karena ingin bersenang-senang. Padahal aku menikah lagi karena memikirkannya. Aku ingin ada yang merawatnya saat aku sedang sibuk bekerja" ucap Pak Marta.

Kasihan Pak Marta.

Batin Lesta.

Dan sekali lagi, Lesta merasa iba melihat kondisi Pak Marta yang seperti ini.

"Kau tidak akan mundur kan menjadi sekretarisku, Les ? Karena ini baru awal. Dia akan tetap membuat kerusuhan dikantor ini. Dan selalu berimbas pada sekretarisku nantinya. Kalau kau merasa tidak kuat, kau boleh mundur sekarang. Karena aku perlu sekretaris yang kuat dan tegas" ucap Pak Marta.

"Saya ? saya mana mungkin mundur dari pekerjaan ini Pak. Karena ini pertama kalinya saya diterima bekerja. Sebisa mungkin saya akan bertahan dengan pekerjaan ini. Kasihan saya sama orang tua saya Pak. Tiap bulan harus kirim uang ke saya kalau saya tidak bekerja. Sedangkan penghasilan mereka juga pas-pasan dari warung pecel lele mereka" ucap Lesta.

"Baiklah, aku pegang kata-katamu barusan. Aku harap kamu bisa membuktikannya" ucap Pak Marta.

****************

Jam telah menunjukkan pukul 18:00 Sore. Lesta yang telah tiba di rumah mendapati Anis yang sudah duduk manis di depan televisi, yang masih memakai baju kerjanya.

"Duh, capek banget !" ucap Lesta sambil meletakkan tasnya di atas meja dan beranjak duduk di sebelah Anis.

"Baru pulang juga elo Nis ?" Tanya Lesta.

"Baru sampai juga sih" ucap Anis.

"Eh, gimana dengan hari pertama kerjanya ? Duh, yang udah ga jobless lagi sekarang.. Udah jadi wanita karier sekarang. Jadi gimana dengan impian masa depan elo ? Presdirnya ganteng enggak ?" Ucap Anis panjang lebar.

"Ganteng kepala elo ! Bos gue udah tuwir, udah punya bini juga dan punya anak dua !" ucap Lesta.

"Hahahaha" Anis ngakak.

"Tapi, gue bersyukur. Karena walaupun gitu Bos gue orangnya baik banget. Kasihan gue sama Dia. Selalu mikirin kelakuan anaknya yang suka memberontak itu" ucap Lesta.

"Anak ? Anak dari Bos elo ?" tanya Anis.

"Iya. Dia juga bekerja di kantor yang sama dengan papanya" ucap Lesta.

"Wow, satu kantor juga dong sama elo. Ya, udah gebet anaknya aja. Anaknya ganteng enggak nih ?" tanya Anis.

"Anaknya ganteng tapi sayang kelakuannya minus !" ucap Lesta.

"Andai aja kelakuan anaknya enggak kayak preman pasar, mungkin gue sudah tebar pesona sama dia. Kalau sekarang mah lihatnya aja males gue Nis" ucap Lesta.

"Awas nanti jatuh cinta !" ucap Anis.

"Lagunya Armada dong ?" ucap Lesta.

Lalu kedua sahabat itu tertawa berbarengan.

***************

Keesokan harinya Lesta sudah duduk manis di kursi kerjanya. Dia kelihatan sibuk memeriksa dokumen yang akan dibawa masuk ke dalam ruangan Presdir.

Sindi dan Nana yang baru saja datang, menghampiri Lesta.

"Rajin bener, pagi-pagi udah datang" sapa Sindi.

"Eh, iya nih Sin. Belum lama juga sih datangnya. Baru juga" ucap Lesta.

"Eh, gimana kemarin di dalam ? Ada perang dunia lagikah ? Tampaknya enggak usah gue ceritaiin elo udah lihat sendirikan gimana kelakuan anak Bos ?" ucap Nana.

"Ho'oh ! Udah kayak preman aja kelakuannya" ucap Lesta.

"Mana papanya aja sampai tahu kalau dia itu Playboy. Terus maksud Pak Presdir dia suka balapan liar itu, maksudnya balapan di jalan-jalan gitu kayak anak SMA ? Lah dia kan umurnya udah dewasa enggak malu apa balapan liar di jalan ?" ucap Lesta.

Sindi dan Nana tertawa mendengarnya.

"Mereka balapannya di sirkuit lah. Jadi gini loh Les, kumpulan anak-anak muda kalangan kelas atas menghabiskan waktu senggang mereka dengan kumpul-kumpul disana. Mungkin hiburan lah, setelah penat bekerja. Pak Presdir juga pernah cerita sama kita, kalau anaknya, Pak Rey emang udah dari SMA suka balapan motor. Tetapi karena resikonya berbahaya Pak Marta ingin Pak Rey berhenti dari kegiatan tersebut walaupun itu cuma buat happy-happy doang. Pak Rey juga dalam bulan kemarin sudah dua kali jatuh dari motor" ucap Sindi.

"Ooh.." ucap Lesta.

"Udah yok bahas ginian. Mending kita kerja. Kerjaan numpuk nih !" ucap Nana.

Akhirnya mereka fokus mengerjakan pekerjaan masing-masing.

Lesta yang telah selesai mengecek dokumen, melangkah masuk ke dalam ruangan Pak Marta.

"Pagi Pak Marta, ini ada beberapa dokumen yang harus ditanda tangan" ucap Lesta menyodorkan dokumen tersebut pada Pak Marta.

Pak Marta memgambil dokumen tersebut. Dia mulai menandatangani dokumen lembar demi lembar. Terkadang dia berhenti seaaat sambil mengurut keningnya. Wajahnya terlihat agak pucat.

"Bapak lagi sakit ya ? Atau mau di pending dulu tanda tangannya ?" tanya Lesta.

"Enggak usah. Biar letakkin aja disini dokumennya. Saya memang lagi enggak enak badan. kondisi saya sedang enggak fit. Nanti kalau sudah mendingan saya lanjut tanda tangan lagi" ucap Pak Marta.

"Bapak sudah minum obat ?" tanya Lesta.

"Sudah tadi, dibeliin sama Pak Yudi sebelum dia izin ke sekolahan anaknya tadi. Paling saya perlu istirahat aja, Les" ucap Pak Marta.

Lesta mengangguk.

"Kalau begitu saya keluar dulu ya Pak" ucap Lesta.

"Oke. Eh, Les. Tolong kamu kunci dari luar ruangan saya ya. Ini kuncinya. Saya juga pegang kok dari dalam. Tolong kamu bilangin pada siapapun yang mau menemui saya, bilang saya enggak bisa terima tamu. Saya lagi enggak pingin di ganggu. Sekalipun itu anak saya" ucap Pak Marta.

"Oke, Pak !" ucap Lesta.

Lesta lalu melangkah keluar ruangan dan tidak lupa mengunci pintu ruangan Presdir.

Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba tamu enggak diundang datang beneran. Anaknya Pak Presdir, Rey datang ke sini.

Lesta langsung berdiri dari kursinya.

"Maaf, Pak. Pak Presdir lagi enggak bisa diganggu. Dia lagi beristirahat diruangannya sekarang" ucap Lesta.

Rey cuma melirik Lesta. Dia tidak menggubris ucapan Lesta. Malah membuka paksa pintu yang terkunci.

Akhirnya Lesta menghampiri Rey yang masih berusaha membuka pintu ruangan Presdir.

"Maaf Pak tadi kan saya sudah bilang. Pak Presdir sedang beristirahat diruangannya sekarang. Dia bilang dia enggak bisa di ganggu sekalipun itu anaknya" ucap Lesta.

"Minggir ! Atau kubuat kau mati segan hidup tak mau di perusahaan ini !" ancam Rey.

Oh, jadi bener.. Dia ini biang kerok kenapa sekretaris yang dulu pada ngajuin resign. Enggak tahan dengan kelakuannya yang kayak gini.

Batin Lesta.

Lesta maju selangkah ke hadapannya.

"Silahkan tinggalkan pesan dan pergi dari sini sekarang juga. Atau saya buat Pak Direktur tetap hidup tapi rasanya ambyar !" Ancam balik Lesta.

Mata keduanya saling bertatapan, memancarkan aura kebencian satu sama lain.

"Kamu nantangin saya ? Inget ya, kamu dalam masalah sekarang !" ucap Rey dengan wajahnya yang masam, lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

Jangan lupa memberi like, komen, dan vote ya 🙏

Terpopuler

Comments

De'Usilo

De'Usilo

perang dunia di awal kerja jooist

2023-10-30

0

Umi Tum

Umi Tum

waduh Lesta 🤦🤭

2023-02-19

0

Kinan Rosa

Kinan Rosa

bagus lesta kamu harus bisa melawan pria rusuh itu
semoga lesta bisa beladiri yang bisa melindungi diri nya sendiri

2022-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!