Kebencian Yang Hakiki

Pagi ini Lesta masih terngiang akan ucapan Rey kemarin. Dia masih ingat dengan jelas kalau Rey mengatakan kalau dirinya dalam masalah sekarang.

Beneran deh gue jadi serba salah jadinya. Enggak di larang anaknya masuk, gue yang kena pecat. Gue ngelarang anaknya, padahal udah tau tuh anak tipe preman pasar yang enggak bakal tinggal diam kalau dilarang keinginannya. Gue serasa nyari penyakit sendiri deh ! Tapi, selama gue enggak ada urusan apa-apa dengannya, gue bisa menghindari penyakit kan ? Iya, gue tahu. Jangan muncul di hadapannya ! Sebisa mungkin gue menghindar kalau ketemu dia. Dengan begitu gue aman.

Batin Lesta.

Lesta melamun sambil tersenyum simpul.

"Hei, Lesta. Dari tadi di panggilin juga ! Hei, Lesta !" ucap Sindi.

"Eh, iya kenapa Sin ?" tanya Lesta.

"Elo tu ngapain melamun ? Elo enggak stress kan melamun sambil senyum-senyum sendiri kayak tadi ?" ucap Sindi.

"Ya, gue takut aja. Karena di bentak Pak Rey kemarin kamu langsung stress. Padahal belum saatnya kamu stress sekarang. Karena dia belum ngeluarin serangannya. Jadi elo tabah aja ya Les" ucap Sindi.

Sindi ini kenapa sih ? Dia lagi nyemangatin gue atau bikin gue tambah down ini ?

Batin Lesta.

"Kringggggg"

Tiba-tiba telepon meja Lesta berdering. Lesta mengangkat teleponnya dan terdengar suara Pak Marta dari dalam telepon.

"Lesta ke ruangan saya ya sekarang" ucap Pak Marta.

"Baik Pak !" ucap Lesta, lalu menutup teleponnya.

"Sin, gue tinggal ke dalam ya" ucap Lesta.

"Oke, Les" ucap Sindi.

Lesta lalu melangkah masuk ke dalam ruangan Pak Marta setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Masuk Les !" ucap Pak Marta.

"Iya, Pak. Ada apa bapak memanggil saya ?" tanya Lesta.

"Begini. Ini ada email yang masuk melalui saya langsung. Tender dari instansi pemerintahan yang membutuhkan jasa kontruksi perusahaan kita. Kamu ketik laporannya dan antarkan ke lantai 15. Minta tanda tangannya Direktur Proyek" ucap Pak Marta.

"Baik, Pak !" ucap Lesta.

Tunggu dulu. Direktur Proyek ? Bukannya itu Rey. OMG ! Yang mati-matian gue harus hindari malah gue disuruh ke sana nemuin dia.

Batin Lesta.

"Kenapa Les ? Ada pertanyaan ?" tanya Pak Marta yang membuyarkan lamunan Lesta.

"Eh, enggak ada kok Pak. Kalau begitu saya izin keluar dulu ya Pak. Mau ngerjain laporan yang bapak beri tadi" ucap Lesta.

Pak Marta mengangguk.

Lesta lalu mulai mengerjakan laporan yang telah diberikan oleh Pak Marta tadi. Dia mengetik dengan sangat teliti agar tidak ada kesalahan yang dia perbuat dalam mengerjakan laporan yang akan diserahkan pada Rey.

Setelah mengetik laporan tersebut, Lesta langsung menuju lift ke ruangan Direktur Proyek.

Lesta melangkahkan kakinya dengan gontai. Dia sudah berdiri di depan pintu ruangan Direktur Proyek sekarang. Perasaannya campur aduk. Apalagi kemarin dia mendapatkan ancaman dari sang pemilik ruangan di hadapannya. Dan Lesta tahu sekali, kalau ancaman orang macam Rey bukan hanya sekedar ancaman.

Aduh, Lesta kamu cari penyakit dengan datang kesini !

Batin Lesta.

Lesta mengetuk pintu dan melangkah masuk ke dalam ruangannya.

Terlihat Rey sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menandatangani dokumen yang ada di hadapannya. Dia belum menyadari keberadaan Lesta. Dan masih asyik dengan dokumennya.

Hari ini dia memakai setelan jas bewarna abu gelap di padu padankan dengan dasi bewarna biru. Apalagi dia sedang melepas jasnya dan hanya memakai rompi dalamannya.

Astaga, Pak Rey ganteng banget. Kalau lagi kayak gini enggak kelihatan tu tingkah preman pasarnya. Malah kelihatan seperti laki-laki pekerja keras. Eh, gue lupa ! Sindi dan Nana kan memang bilang kalau preman pasar ini tipe workaholic. Kalau aja gue enggak tau boroknya, mungkin gue udah klepek-klepek minta dijadiin pacar sama dia.

Batin Lesta.

"Maaf, Pak. Ini ada dokumen dari Pak Presdir. Pak Marta bilang ini proyek dari instansi pemerintahan yang langsung masuk ke emailnya. Dan Pak Presdir meminta anda menanda tangani dokumen ini agar bisa di proses lebih lanjut" ucap Lesta.

Rey mendongak mendengar suara perempuan yang sudah berdiri di hadapannya sekarang, sambil menyodorkan dokumen yang di pegangnya.

Rey menatapnya intens. Sorot matanya memandang Lesta dengan tajam. Lesta menghindari tatapannya.

Rey lalu mengambil dokumen di tangan Lesta dengan menariknya kasar. Lesta terlihat kaget.

Emang dasar preman pasar ! Cara ngambil dokumen aja mesti kasar dan melotot gitu apa !

Batin Lesta.

Dia membaca laporan yang sudah Lesta bikin dengan teliti. Rey lalu mengambil pena dan mulai mencorat-coret bagian laporan yang dianggapnya salah.

"Perbaiki yang saya koreksi ! Lalu antar lagi kemari ! Laporanmu persis seperti laporan anak SD !" ucap Rey meremehkan.

Apa ? Anak SD ? bercanda nih preman pasar ! Anak SD tu enggak tahu caranya bikin laporan. Yang mereka tahu cuma jajan, main dan belajar doang !

Batin Lesta.

"Baik, Pak !" ucap Lesta.

Lesta lalu kembali lagi ke ruangannya dan mengetik ulang di bagian yang menurut Rey salah tadi.

Setelah selesai mengetik dan mengecek tulisan dalam laporan itu satu persatu. Lesta kembali naik ke lantai atas dan memasuki ruangan Rey.

Lesta memberikan laporan yang telah direvisinya kepada Rey. Tapi lagi-lagi, ada saja bagian yang harus di revisi kembali.

Dan ini sudah kelima kalinya Lesta bolak-balik dari ruangannya ke ruangan Rey hanya untuk merevisi tulisan yang dianggap Rey salah.

"Maaf, Pak ini laporannya. Sudah saya ketik ulang semua revisi yang sudah bapak kroscek. Dan sudah saya teliti ulang sampai tiga kali dalam pengerjaannya" ucap Lesta yang sengaja menekankan kata teliti dalam ucapannya.

"Wait... Tunggu sebentar" ucap Rey yang sibuk memainkan ponsel di tangannya. Dia membuka pesan aplikasi whatsapp-nya sambil tertawa. Sedangkan Lesta masih berdiri di hadapannya sambil memegang laporan. Mungkin sudah sekitar 20 menit kejadian ini berlangsung. Rey masih sibuk tertawa membaca pesan whatsapp-nya dan Lesta berdiri di hadapannya seperti anak SD yang dihukum Ibu gurunya karena tidak membuat PR.

Lesta merasa harus mengakhiri ini semua. Dia sudah tidak tahan. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun.

"Pak.. Bapak sengaja kan ?" ucap Lesta masih dengan nada suara yang nyantai dan bisa mengontrol emosinya.

"Sengaja kenapa ?" ucap Rey pura-pura tidak tahu.

"Udah deh Pak. Jangan-jangan pura-pura enggak tahu. Bapak sengaja kan suruh saya bolak-balik merevisi laporan. Padahal laporan ini bener-bener ditunggu sama Pak Marta. Sekarang begitu saya sudah kerjain laporannya, Bapak malah mainin ponsel. Sudah 20 menit saya nungguin bapak ketawa-ketiwi mainin ponsel tapi sepertinya enggak ada kesudahannya" ucap Lesta.

"Oh, jadi kamu protes di suruh menunggu ? Oke, kalau kamu enggak suka. Kamu bisa mengajukan surat pengunduran diri kamu sama manager Personalia sekarang !" ucap Rey.

Oh, jadi ini tujuan dia ? maksa gue berhenti dengan sendirinya. Enggak akan !

Batin Lesta.

"Saya enggak masalah Pak kalau disuruh buat nunggu. Asal ada kepastiannya aja. Ini Bapak enggak ngomong apa-apa selama saya nungguin, masih sibuk dengan kegiatan bapak. Padahal laporan ini sifatnya urgent. Kalau bapak enggak mau tanda tangan, saya bisa kok bilang sama Pak Presdir kalau Bapak belum bisa tanda tangan karena lagi asyik mainin ponsel" ucap Lesta.

Rey menatap Lesta lekat. Raut wajahnya kesal.

"Sini, mana laporannya ?" ucap Rey.

Lesta langsung menyodorkan laporan tersebut dan lagi-lagi laporan tersebut di tarik kasar oleh Rey.

Rey kembali membaca sekilas isi laporan tersebut. Dan segera menanda tanganinya.

"Ambil ini !" ucap Rey sambil melemparkan laporan yang telah ditanda tanganinya itu ke atas mejanya.

Cepat-cepat Lesta mengambil laporan tersebut, takut Rey berubah pikiran lagi.

Rey melihat sekilas tanda pengenal Lesta yang Lesta gantungkan dilehernya.

Oh, namanya Lestari. Kampungan !

Batin Rey.

"Kamu dengar ya Tari. Ini baru awal. Saya enggak suka dibantah orangnya apalagi diancam !" ucap Rey memperingatkan.

Tari lagi panggil gue. Udah tau gue enggak suka dipanggil Tari.

Batin Lesta.

"Maaf Pak, jangan panggil Tari. Saya biasa dipanggil Lesta di kantor" ucap Lesta.

"Suka-suka saya mau manggil kamu apa ! Lagian saya enggak ada minat mau manggil nama kamu yang lebih baik !" ucap Rey.

Lesta lalu melirik tanda pengenal bos sangar dihadapannya ini.

Reyhan Martadinata. Direktur Proyek.

Batin Lesta.

"Baiklah, kalau begitu. Kalau tidak ada yang di bicarakan lagi, saya permisi keluar Pak Ehan" ucap Lesta sambil melangkah pergi.

Rey melotot mendengarnya.

********

Lesta melempar laporan yang telah ditanda tangani tadi ke atas mejanya. Dia berusaha menenangkan dirinya dahulu sebelum mengantarkan laporan tersebut ke ruangan Presdir.

"Astaga, dari mana aja sih elo Les ? Dari tadi mondar-mandir kayak gosokan ?" tanya Nana.

"Gue dari tadi bolak-balik merevisi laporan disuruh sama Pak Rey. Udah lima kali gue naik turun lift. Coba kalau zaman dulu, belum ada lift cuma tangga doang. Udah gempolan mungkin kaki gue" ucap lesta berapi-api.

"Sabar Les. Ini baru awal. Elo enggak tahu kan gimana sekretaris yang dulu pontang-panting dibuat Pak Rey. Makanya dia ngajuin resign. Enggak tahan katanya" ucap Sindi.

Lesta tambah kesal mendengarnya.

"Kalau gue pikir-pikir, enak banget ya jadi Pak Rey" ucap Lesta.

"Iya, gue juga mikir gitu Les. Udah kaya, ganteng, punya kekuasaan, pekerja keras lagi.. Mau cewek yang gimanapun tinggal pilih !" ucap Sindi.

"Bukan itu maksud gue !" ucap Lesta.

"Lah tadi elu bilang enak banget jadi dia ?" tanya Nana.

"Gue tadi mau bilang, Enak banget jadi Pak Rey. Kalau mau lihat setan tinggal ngaca !" ucap Lesta.

Sindi yang sedang minum hampir keselek mendengar ucapan Lesta barusan.

Sadis !

Batin Sindi.

Yok minta jempolnya ya gaes... vote dan tinggalkan komentar cetar kalian. Aku padamuuu 😘

Terpopuler

Comments

Maryana Fiqa

Maryana Fiqa

jadi maksud si tari lihat pak Rey ibarat lihat setan 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-04-06

0

Umi Tum

Umi Tum

Lesta kalau ngatain pak direktur Rey 🤣🤣

2023-02-20

0

Kinan Rosa

Kinan Rosa

ngakak sendirian aku

2022-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!