Prov Mita.
Perlahan aku membuka mata yang terasa sangat berat, seperti ada sebuah batu yang menimpa mataku hingga terasa sulit untuk dibuka, dan pertama yang aku rasakan setelah membuka mata adalah rasa sakit kepala yang luar biasa. Aku merintih dalam hati sambil mengerjapkan mata berkali-kali, menyesuaikan dengan cahaya terang lampu kamar.
Aku memiringkan kepala ke arah luar jendela. Terlihat dari celah jendela yang tidak tertutupi gorden memperlihatkan langit yang sudah gelap. Entah sudah memasuki malam atau aku yang terbangun terlalu pagi. Aku tidak bisa mengingat apapun sebelum aku jatuh tertidur.
Penglihatanku beralih ke arah sofa dekat jendela. Disana ada kedua orang tuaku yang sedang duduk saling berpelukan. Papa merangkul bahu mama sambil mengelus lembut, sedangkan mama menundukan kepala dan jari-jari tangannya saling bertautan.
“Ma, pa,” kupanggil kedua orang tuaku dengan suara parau. Keduanya mengangkat kepala secara bersamaan, berdiri dan berjalan menghampiri aku di tempat tidur.
“Apa ada yang sakit sayang?” tanya Mama dengan suara khawatir sambil mengelus puncak kepalaku dengan lembut.
“Kepalaku sakit, Ma.”jawabku setengah merintih.
Mama mencium keningku cukup lama, seraya berkata, “Mama ambilkan obat ya, tapi sebelum minum obat kamu makan dulu, setelah itu pasti sakit kepalanya hilang.”
Aku menggeleng lemah sambil menatap wajah Mama dan Papa yang terlihat sedih, apalagi kedua mata Mama yang memerah seperti habis menangis. “Mama, Papa kenapa, kok wajahnya sedih begitu?”
Mama tersenyum kecil, tapi senyuman itu bukan senyuman yang menenangkan seperti biasanya. Senyuman itu seperti menyimpan sebuah luka yang amat dalam.
Papa mengelus punggung tanganku dengan lembut lalu menciumnya penuh kasih sayang. “Mama dan Papa nggak apa-apa, sayang. kamu lanjutin lagi aja istirahatnya, ya. kalau butuh apa-apa panggil mama dan papa,” kata papa.
Aku kembali menggelengkan kepala, “Ini jam berapa, Ma?" Tanyaku dan di jawab oleh mama jika sekarang sudah dini hari.
Aku terdiam beberapa saat, mencoba mengingat kejadian sebelum aku jatuh tertidur. Apa yang menyebabkan kepalaku terasa sangat sakit dan aku juga merasa kelopak mataku terasa bengkak. Namun setelah berusaha mengingat tetap saja aku tidak mengingat apapun kecuali mimpi buruk yang Aku alami
"Tadi aku mimpi buruk, Ma, Pa. Aku ingin menceritakannya, tapi katanya kalau mimpi buruk di ceritakan nanti akan jadi kenyataan." Tadi saat tidur aku mengalami mimpi buruk yang sangat mengerikan, mungkin itu mimpi buruk yang paling mengerikan di antara mimpi buruk yang pernah aku alami. Bahkan, tubuhku menjadi bergetar ketakutan mengingat mimpi tersebut.
"Itu cuma mimpi, sayang. Jangan terlalu dipikirkan nanti kepalanya semakin sakit." ucap mama sambil mengelus kepalaku.
"Ini minum dulu, biar pusingnya berkurang." papa menyodorkan gelas berisi air dan aku langsung meminumnya hingga airnya habis setengah gelas. Setelah itu aku kembali terdiam, masih memikirkan mimpi buruk yang rasa sakitnya terasa sangat nyata.
"Jangan bengong, sayang. Lebih baik tidur lagi. Pagi juga masih lama." ucap Papa sambil mengelus punggung tanganku dan aku pun mengalihkan tatapanku kepada papa seraya berkata. "Pa, sebenarnya apa yang terjadi? kenapa papa dan mama ada di kamarku di dini hari seperti ini? seharusnya papa dan mama sedang istirahat di kamar kalian, kan?!" Aku baru sadar tentang keanehan papa dan mama yang berada di kamarku di waktu dini hari seperti sekarang.
Mama dan papa saling melirik satu sama lain. Di bawah kelopak mata mereka terdapat genangan air—yang jika sekali kedip air itu akan langsung meluncur membasahi pipi yang sudah sedikit keriput itu.
Mama dan papa masih terdiam. keduanya seperti enggan untuk berbicara dan terlihat jika mereka berusaha untuk tidak menatap mataku secara langsung "Ma, Pa?" Aku merasa khawatir pada kedua orang tuaku.
Papa tiba-tiba mencium keningku cukup lama lalu mencium kedua pipiku. “Mama dan Papa akan selalu ada buat Mita. Kami sangat sayang sama Mita.“
Aku mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu yang buruk akan segera terjadi pada hidupku. “Ada apa, Pa?” tanyaku dengan suara bergetar.
Papa menelan ludah dan sesaat memalingkan tatapannya ke arah lain. “Tadi mamanya Abian datang kerumah kita, dan mamanya Abian sudah cerita bahwa Abian memang—“ Papa menjeda ucapannya ketika mendengar suara isak tangis mama.
Aku langsung mengalihkan tatapanku pada mama yang sedang berjalan menjauh dari tempat tidurku. Punggung Mama bergetar membelakangiku dan suara tangisnya semakin jelas di pendengaranku. Papa beranjak dari kasur dan mengikuti mama lalu memeluk mama dengan erat, mencoba menenangkan.
Aku semakin bingung dengan suasana saat ini. Dan firasatku mengatakan bahwa sudah terjadi hal buruk sebelum aku jatuh tertidur, tetapi aku tidak bisa mengingat apa yang sebenarnya sudah terjadi. Dahiku semakin berkerut, memaksakan untuk mengingat. Dan akhirnya mataku terbelalak dengan mulut sedikit terbuka
Ya, sekarang aku sudah mengingat penyebab aku jatuh tertidur.
Oh Tuhan, aku ingat sekarang, Itu bukan mimpi melainkan sebuah kenyataan yang begitu memilukan. Tadi sore Abian menelponku. Hanya dengan satu kali panggilan dan satu kali tarikan napas, pria itu mengucapkan sebuah kata-kata yang paling kejam yang pernah aku dengar di dalam hidupku. Pria itu membatalkan pernikahan kami tanpa memberi penjelasan sedikit pun.
Tanpa bisa dicegah air mataku keluar begitu saja, seperti sungai yang bendungannya sudah hancur. Mengalir dengan deras.
Mendengar suara isak tangisku papa dan mama langsung menghampiriku dengan tatapan terkejut.
“Aku sudah ingat semuanya-" ucapaku terbata-bata akibat tangisan yang susah sekali untuk di hentikan walaupun hanya untuk beberapa detik. "Tadi sore Abian menelponku... dia... Dia membatalkan pernikahan kami." Suara tangisku semakin keras hingga membuatku sulit untuk mengambil napas. "Ternyata itu bukan mimpi buruk tapi kenyataan yang sangat buruk.”
Mama langsung menghamburkan tubuhnya memelukku dengan air mata yang tak kalah deras dengan air mataku. Aku tahu mama juga pasti merasakan kesakitan yang aku rasakan. Sedangkan papa hanya berdiri mematung sambil menundukan kepala tanpa mengeluarkan suara apapun.
Papa juga merasakan kesakitan yang aku rasakan walaupun aku tidak bisa melihat air matanya menetes. Mungkin rasa sakit yang kedua orang tuaku rasakan melebihi rasa sakit yang aku terima. Mereka yang membesarkan aku dengan sepenuh jiwa, menyayangiku melebihi diri mereka sendiri dan memasang badan sebagai tameng yang paling kuat untuk melindungiku dari segala kejahatan, tapi sekarang putri satu-satunya sedang mengalami penderitaan yang amat dalam dan mereka tidak bisa melakukan apapun untuk mengangkat rasa sakit itu. Mereka sama tidak berdayanya seperti aku.
Aku menyeka air mata yang membasahi pipi secara kasar lalu menyingkirkan tubuh mama yang memelukku dan dengan cepat aku turun dari tempat tidur menuju pintu kamar.
“Sayang kamu mau kemana?” Tanya mama yang terkejut dengan tingkahku yang tiba-tiba.
“Ma, pa, aku harus ke rumah Abian! Dia tidak bisa membatalkan pernikahan ini begitu saja!” Aku memaksakan tubuhku yang lemas untuk berjalan. Aku harus segera menemui Abian dan meminta dia untuk tidak membatalkan pernikahan ini. Bahkan aku akan bersujud memohon pada Abian jika pria itu tetap tidak ingin melanjutkan pernikahan ini.
Papa dan mama menahan tubuhku yang sudah memegang kenop pintu, seraya berkata. “Abian sudah pergi sayang! Abian sudah tidak ada di Indonesia” kata mamaku lirih tepat di depan telingaku, bagaikan sambaran petir yang memecahkan gendang telinga.
Aku diam mematung seperti seseorang yang baru saja melihat makhluk yang sangat mengerikan yang ada di dunia ini.
Badanku perlahan merosot tapi langsung ditahan oleh lengan papa yang kekar dan seketika tangisku kembali pecah memenuhi isi kamar
Dosa apa yang telah aku berbuat hingga aku memiliki nasib yang amat buruk? aku berharap ini benar-benar hanya mimpi buruk.
------
Sudah direvisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Sweet Girl
pasrah deh Mita...... sudah sangat kecewa.
2022-01-04
1
Siti Hajar
mampir Thor ...
2021-12-18
0
Ana Krinyol
Lanjut Thor,ceritanya asyikkkk.💪💪
2021-11-15
0