bab 14

"Bagaimana?? Apa kamu mau melihat itu mati digerogoti penyakit ini??!" gumam bu Laksmi menatap lurus kedepan, namun kalimatnya dia tujukan kearah sang putra yang kini duduk termenung diatas sofa.

Prabu terhenyak. Dirinya seketika bangkit, dan berjalan mendekat kearah ranjang. Tatapanya jelas sekali tersirat rasa tidak terima.

"Ibu mengancamku??"

"Bukan hanya ancaman, melainkan pernyataan yang memang akan ibu jalani!! Ibu sudah tua, Prabu!! Ibu hanya ingin melihatmu bahagia sebelum ajal menjemput ibu," tungkas kembali bu Laksmi.

Namun kali ini tatapanya tersirat permohonan yang begitu dalam. Dia tidak ingin melihat putra satu-satunya, terjatuh dalam tanggung jawab palsu, yang mungkin bisa membuat hidupnya lebih hancur.

Hah!!

Prabu meraup nafas dalam. Sekuat apa rasa egoisnya. Jika sudah dihadapkan wanita tua itu, mungkin saja dia akan kalah. Dan kali ini, permintaanya akan segera dituruti. Lidahnya terasa kelu, walau hanya untuk membantah satu kalimat pun.

Ceklek

Pintu terbuka dari luar. Anissa berjalan masuk dengan senyum simpul terlukis dibibir tipisnya. Wajahnya begitu tenang, namun tidak degan hati dan pikiranya.

"Ibu khawatir, Nissa!! Dari mana saja??" lirih bu Laksmi yang begitu lembut, sambil terus menatap kearah menantunya itu.

"Maafkan Nissa, ibu!! Tadi hanya mengambil laptop saja, karena ada sedikit pekerjaan," jawab Anissa setelah meletakan tas laptop disisi nakas. "Oh ya, tadi Nissa bawa buah untuk ibu. Nanti Nissa kupaskan setelah ibu makan!!" imbuhnya.

Bu Laksmi meraih tangan Anissa. Ditepuk-tepuknya secara pelan, namun tanpa satu kalimat yang terlontar. Anissa mencoba memahami, atas tindakan yang mertuanya lakukan saat ini. Mungkin saja terjadi perdebatan mutlak, antara sang empu dan putranya.

Tatapan Prabu masih menajam, seolah menembus dinding pertahanan Anissa saat ini. Melihat istrinya yang datang dengan wajah tenang, semakin membuat jiwanya berontak, dan ingin segera memberi Anissa sederet pertanyaan yang sudah dia simpan sejak tadi.

"Ibu, aku dan Nissa akan keluar sebentar. Tadi aku nggak sempat bawa pakaian ganti. Aku mau cari di mall terdekat!!" kata Prabu dengan melirik kearah istrinya sekilas.

Bu Laksmi hanya mengangguk paham, "Pergilah!! Kalian butuh waktu untuk berdua," jawabnya penuh harap.

Anissa mengusap lengan mertuanya sejenak. Dari usapan itu, seolah dia sedang meminta izin. "Mbok Siti, tolong jaga ibu!! Saya akan keluar sebentar."

"Baik non, hati-hati!!"

Setelah itu, Prabu langsung saja menggandeng tangan istrinya untuk diajaknya berjalan keluar.

Anissa semakin bertanya-tanya, apa semua ini akan segera berakhir, atau mendapat jawaban yang semestinya. Genggaman Prabu semakin erat, seolah dia tidak mau melepaskan Anissa kembali kedunia luar, tanpa penjagaan darinya.

"Darimana saja??" dingin Prabu membuka suara.

Anissa mendongak sejenak. Dia masih berjalan mengimbangi langkah suaminya. Dia dapat menangkap rasa khawatir bercampur emosi dari nada bicara suaminya.

"Kamu sudah berkata lebih dari sepuluh kalimat," cetus Anissa semakin terasa dingin.

Brugh!!

Prabu seketika menghentikan langkahnya, saat masih dilorong rumah sakit, hingga membuat Anissa mendadak tertabrak sebelah bahu tegapnya.

"Kenapa kamu keberatan sekali?? Padahal tinggal bilang dari mana. Dimana letak susahnya??!" pekik Prabu setelah membalikan badan.

Anissa mendongak, wajahnya yang semula tenang, kini mulai sedikit tertantang. Dia menatap sekilas kembali kearah tanganya, yang masih setia tergenggam oleh pria didepanya.

"Mau sampai kapan, kamu akan menyembunyikan semuanya dariku?!" tanya balik Anissa dengan mengunci tatapan mata Prabu.

Prabu mengernyit. Apa yang dimaksud ucapan istrinya barusan. Namun, detik kemudian dadanya berpaju dua kali lebih cepat. Dia hanya takut, jika Anissa lebih tahu semuanya tanpa penyataan dari mulutnya sendiri.

"Apa maksudmu, Nissa?"

Hah!!

Anissa mendesah kasar. Senyum culas baru saja terukir dibibirnya. Dia selangkah lebih dekat, hingga dia dapat menghirup aroma maskulin dari suaminya itu.

"Aku sudah tahu semua rahasiamu, walaupun lidahmu kelu untuk berkata yang sejujurnya padaku!!" kata Anissa sambil menunjuk dada suaminya. "Kenapa kamu mempertahankan Ailin hingga sebegitu lamanya, jika tidak ada cinta yang tumbuh diantara kalian?? Apa ini yang dinamakan cinta berkedok tanggung jawab??" timpal Anissa menekan kalimatnya.

Degh!!

Degh!!

Prabu membeku. Rahasia?? Darimana Anissa tahu semuanya. Apa yang barusan istrinya ucapkan, semua mengarah kesana. Dada Prabu bergemuruh, merasa terkuliti ucapan istrinya saat ini.

"Rahasia?? Rahasia apa maksudmu, Nissa??" Prabu masih terkejut, hingga mengolah kalimatnya saja dia terasa kelu.

Awhh!!

Rintih Prabu, saat Anissa menghempaskan tangnya begitu kuat, hingga tergores pada resleting saku jakut.

"Damar Aksan Darmanta!! Kakakmu hanya menyuruhmu untuk membahagiakan wanitanya saja. Lantas, mengapa hingga bertahun-tahun kamu masih menyimpannya dalam rumah megah itu?? Katakan Prabu...." suara Anissa semakin meninggi, hingga wajahnya memerah seketika.

Prabu semakin membolakan mata. Rasa gugup kini berhasil mengikat tubuhnya. Dari mana Anissa tahu semua ini?? Dari siapa dia tahu tentang saudaranya itu??

"Mungkin saja, jika ibu tidak dalam masalah penyakitnya...aku sudah berkata, agar bisa terlepas dari pernikahan konyol bersamamu ini!!" lanjut Anissa yang belum selesai menumpahkan semuanya pada sang suami.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Anissa!! Aku sudah membelimu begitu mahal dengan Brahma. Jadi, jangan pernah mempunyai niat untuk berpisah, jika kamu tidak ingin melihat ibu mati secara perlahan!!" balas Prabu menatap lekat kedua mata istrinya.

Anissa seketika melempar pandanganya kesamping. Nafanya tidak teratur akibat menahan emosi, yang siap dia ledakan saat ini juga. Namun apa, dia seakan kalah jika sudah menyangkut sang mertuanya itu.

"Kembalikan Ailin kepada orang tuanya, atau aku yang akan keluar dari rumahmu??!" gertak Anissa tanpa menatap Prabu.

Prabu terdiam. Mulutnya terkunci, tanpa dia sendiri bisa membukanya. Apa yang harus dia katakan. Pernikahannya dengan Anissa bisa dikatakan baru seumur jagung. Apa kata orang, jika melihat mereka pisah rumah. Walaupun pada dasarnya sang istri belum pernah terjamah oleh tanganya walau hanya sekali. Sudah hampir 1 tahun menikah, status Anissa masih perawan hingga saat ini.

"Baik. Aku akan mengembalikan Ailin!! Jika itu dapat membuatmu hidup lebih tenang!!" tekan Prabu. Setelah mendapat jawaban yang semestinya, Anissa langsung melenggang berjalan lebih dulu, dengan sekali tarikan nafas.

'Mungkin, ini memang sudah saatnya Ailin kembali ditangan keluarganya. Aku tidak ingin melihat ibu semakin tertekan!!'

Puas berperang dalam pikiranya, lalu Prabu segera menyusul langkah istrinya keluar.

*

*

*

"Kamu dari mana saja, Elang?? Ibu dan ayah cari-cari dari tadi..." gerutu bu Airin yang menampakan wajah geram, sedang menunggu sang putra di lobi.

"Habis nganterin Anissa kemakam, mas Damar!!" singkat Elang. Sambil ikut duduk disana.

Bu Airin dan juga tuan Rahmad tampak melempar tatap, kenapa putranya bisa senekat ini.

"Kamu pergi berdua dengan Anissa?? Satu mobil,.Elang??" tanya bu Airin kembali.

Elang terhenyak. Tatapanya memicing tepat diujung mata sang ibu. Pria berusia 32 tahun itu tampak memikir, dimana letak salahnya.

"Jika Prabu merasa geram, langsung saja katakan jika aku yang mengajak istrinya!!" kata Elang terlihat santai. Bahkan dia masih bisa menghela nafas lega, setelah menyandarkan punggungnya pada bangku.

"Tapi, ayah rasa...usahamu itu akan menyelamatkan rumah tangga sepupumu, Elang!! Prabu terlalu lama mengambil keputusan. Ayah saja tidak menduga, dia akan memperistri seorang gadis, jika masih menyimpan wanita depresi itu dirumahnya!!" sambung tuan Rahmad tidak habis pikir dengan jalan keponakannya itu.

"Nah, benarkan!! Aku hanya kasian saja dengan Anissa, bu!! Dia sudah seperti boneka dalam rumah tangganya sendiri. Siapa yang menajdi ratu, siapa yang menjadi babu...." sela Elang, sambil mengangkat kedua bahunya.

"Sudah...lebih baik kita pulang saja!!" besok antarkan ibu kesini pagi. Karena mbok Siti akan pulang untuk mengambil berang-barang budhemu," kata bu Airin sambil bangkit dari duduknya.

Elang hanya mengangguk. Dia segera bangkit begitupun sang ayah. Mereka bertiga lantas segera menuju pintu keluar, untuk menuju parkiran.

Terpopuler

Comments

uswatun hasanah

uswatun hasanah

knp visual Anisa dan ailin sama Thor, harusnya berbeda orang dong

2025-02-14

0

Septi.sari

Septi.sari

Hai kak, yang tanya Visual tokoh. sudah author up dibab 1 ya. baru tahap riview.

makasih 😍🤗🤗

2025-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!