bab 10

Senyum hangat merekah dari balik wajah pucat. Antara tuntutan dan juga perintah, manakala menyatu mengalir dalam darah gadis cantik itu.

Benci?? Haruskah Anissa menanamkan kalimat sakral itu. Hampir setengah tahun menyandang status nyonya rumah, rupanya tidak membuat kehidupan Anissa berubah. Pelayan!! Hanya kalimat itu yang mampu menopang hidupnya, agar dia tidak berlarut dalam lembah pusara cinta Prabu.

Angin pagi menyelinap dari cela jendela, sehingga membuat rambut terurai itu dengan bebas beterbangan. Ailin masih belum menyadari kedatangan Anissa.

Tap

Tap

"Ailin....!!" seru Anissa, namun belum juga diidahkan oleh sang empunya.

Anissa berdiri tepat didepan ranjang. Pandanganya tertuju lurus kedepan. Senyumnya masih mengembang indah.

Srekk!!

Merasa langkahnya menyandung sesuatu, seketika pandanganya beralih menunduk. Keningnya mengernyit, saat menemukan sesuatu dibawah kolong.

"Figura??" gumam Anissa. Dengab cepat dia berjongkok dan langsung mengambil barang tersebut. "Foto siapa ini??" lirih Anissa kembali.

Dalam figura itu, menampakan sketsa lukisan seorang pria yang sedang tersenyum hangat sambil menggendong seekor kucing besar.

Mungkin jika dapat digambarkan, foto pria tersebut, bak bulan purna yang tengah bersinar ditengah kegelapan. Wajahnya sangat teduh, ditambah senyum simpul yang semakin menambah kesan menarik bagi siapa saja yang memandangnya.

"Damar Aksan Darmanta?? Siapa pria ini??" gumam Anissa kembali.

Dan benar. Dipojok bawah tertulis nama Damar Aksan Darmanta~20 july 2010. Sepertinya, itu lukisan waktu lalu yang sengaja dibuat sang pelukis untuk pria tersebut.

Tapi siapa sebenarnya~Damar??

Arrggh!!

Seketika Ailin berteriak sangat keras, sehingga membuat Anissa terperanjat dan langsung segera bangkit. Dia meletakan kembali lukisan tersebut dilantai karena saking paniknya pagi ini.

"Ailin, apa yang terjadi??" tegur Anissa yang sudah merasa cemas.

Ailin~gadis itu menoleh, memperlihatkan raut wajah yang sangat menyayat. Ingatanya menerobos jauh, seolah mengalami kesedihan yang sangat mendalam.

"Kamu yang membuat semua ini??" tanya Ailin tersenyum bangga.

Pria itu mengangguk. Dia tampak membuka desain undangan, yang sebentar lagi akan mereka sebar. Dari raut wajahnya, jelas sekali jika pria itu sangat mencintai Ailin.

"Aku sudah tidak sabar melihatmu mengenakan gaun indah~Ailin!! 2 hari lagi, semua penduduk kota Magelang, pasti akan terpana melihat kecantikanmu...." suara pria itu begitu lembut. Kedua matanya sejak tadi tampak melekat, menatap ciptaan Tuhan yang begitu sempurna dihadapanya.

Ailin merasa tersanjung. Gadis cantik itu lalu menyandarkan kepalanya dibahu sang kekasih.

"Kamu selalu menyanjungku...!! Aku juga sudah tidak sabar ingin segera dipersunting pria sebaik kamu~pangeran," kekeh Ailin mendrama kalimatnya.

Sore itu menjadi saksi betapa bahagianya, kisah cinta Ailin dulu. Hari pernikahan yang digelar 2 hari lagi, seakan membuat kedua insan itu bagai 2 tahun lamanya.

"Anissa, 2 hari lagi aku akan menikah!! Dimana pangeranku, Anissa?? Katakan, dimana......??" kata Ailin dengan raut wajah yang terlihat sembab.

Anissa mencoba menengkan tubuh Ailin. Dia memegang kedua bahu gadis depresi itu yang kini tengah berontak sangat kuat.

"Ailin, mau kemana kamu...??" teriak Anissa saat Ailin tampak berlari keluar.

Anissa~dia dengan cepat mengejar Ailin, yang kini semakin lepas dari pengawasannya

*

*

*

Mobil mewah baru saja tiba di pangkalan transportasi. Prabu turun sembari melepas kacamata hitam yanh sejak tadi bertengker di hidup mancungnya.

Kedua netranya mengedar. Dalam cctv yang berada disudut pagar rumahnya, sangat jelas memperlihatkan alat transportasi apa yang waktu lalu sempat dinaiki sang istri.

Matanya nyalangnya langsung tertuju pada para kusir yang kini tengah duduk tenang menunggu para wisatawan datang.

"Pak Nasir!! Bisa bicara sebentar??" sapa Prabu menampakan wajah dinginya.

Pria tua itu sempat terperanjat, tidak habis pikir putra Darmanta ada dihadapanya saat ini juga. Entah mimpi apa pria tua itu semalam. Tatapan Prabu begitu menusuk, hingga lawan bicaranya merasa terintimidasi.

"Eh, den Prabu!! Ada yang bisa saya bantu??" jawab pak Nasir.

"Kita bisa bicara di tempat sana, pak!! Mari ikuti saya!!" ajaknya pada Nasir sambil melangkah menuju satu tempat, yang dimana terdapat satu bangku kosong.

Prabu menyerongkan sedikit posisi duduknya, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

"Apa bapak kemarin mengantarkan istri saya?? Ini fotonya??" tanya Prabu sambil menunjukan foto Anissa dalam galeri ponselnya.

Degh!!

Kedua mata pak Nasir membola sempurna. Ingatanya langsung tertuju pada gadis cantik yang tadi malam baru saja diantarkannya pulang. Namun apa dia tidak salah mendengar. Istri?? Seorang Prabu mengatakan jika wanita itu istrinya.

Lantas mengapa Anissa berkata sebagai pelayan?? Pikiran pak Nasir tampak kalut saat ini juga. Mengapa harus saling menutupi, jika pada akhirnya kebenaran akan terungkap.

"Aden tidak bercanda kan?? Karena nduk cah ayu itu berkata, kalau dia hanya seorang pelayan dikediaman tuan Darmanta!!" jawab pak Nasir mencoba memberantas kebingungan dalam hatinya.

Pelayan??

Ulang Prabu dengan kening mengernyit. Apa maksud Anissa berkata bahwa dia seorang pelayan. Prabu sudah tidak habis pikir dengan jalan pikir istrinya.

"Bapak tahu, siapa yang menampar istri saya waktu lalu??" tanya Prabu kembali.

Pak Nasir mengalihkan pandanganya, mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin sore.

"Nona ditampar seorang pria, den!! Kata nona, dia adalah mantan majikannya dulu. Entah masalah apa, yang saya tangkap, sepertinya pria parubaya itu begitu benci dengan istri anda!!" jelas pak Nasir mengingat perlakuan tuan Brahma waktu lalu.

Prabu menegakan badanya. Pikiranya bercabang, memikirkan siapa mantan majikan istrinya itu. Kenapa mereka begitu tega hingga berbuat main tangan seperti itu.

Wajah Prabu memerah menahan emosi yang begitu memuncak. Kedua tanganya terkepal kuat, seolah ingin membalaskan semua yang telah dirasakan pada istrinya waktu lalu.

"Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu!! Pamitnya seraya beranjak. Tidak lupa, pria berusia 30 tahun itu tampak mengambil uang dua lembar pecahan seratus ribu dari saju jasnya, dan langsung segera diserahkan pada pak Nasir, "Hanya sedikit!! Semoga membantu bapak."

Pak Nasir tersenyum penuh syukur, "Terimakasih den!!" teriaknya. 'Tuan Darmanta disana pasti bangga melihat putranya begitu dermawan'

Prabu kembali melajukan mobilnya menuju tempat, yang waktu lalu sempat Anissa singgah saat ke kota.

Drrt

Drrt

Fokus Prabu teralihkan, saat ponselnya tengah bergetar.

'Mbok Siti'

"Hallo den, nyonya besar dilarikan kerumah sakit!!"

Degh!!

Belum sampai Prabu membuka suara, sang pelayan sudah lebih dulu menyela ucapanya, yang kini membuat kedua mata Prabu membola sempurna saking terkejutnya.

"Baik mbok, saya segera kesana!!" jawab Prabu yang langsung memutus sambungan telfonnya.

Pikiran Prabu sudah berkecamuk, jika menyangkut kesehatan ibunya. wanita tua itu akhir-akhir ini memang lebih sering bolak balik dari rumah sakit.

Dia urungkan terlebih dahulu niatnya untuk mencari tahu siapa yang telah menampar istrinya. Prabu langsung membanting setir menuju kediamannya untuk menjemput Anissa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!