bab 13

Elang tetap tenang dibalik kemudinya. Pertanyaan Anissa bahkan hanya menggantung diudara, tanpa dia ingin menjawabnya.

Huh!!

Anissa~dia menghela nafas dalam. Beberapa pertanyaan didalam kepalanya seolah berdatangan satu persatu, untuk meminta jawaban yang tepat.

Drrt

Drrt

Mendengar suara ponselnya bergetar, pikiran Anissa sudah tertaut, pasti sang suaminya lah yang menghubungi. Dan benar saja, nama Prabu tertulis ceta dalam benda pipih tersebut.

"Tadi, bilangnya sama ibu mau mencarimu Prabu!! Lalu, kenapa kamu datang sendiri?? Dimana Anissa??" seru bu Laksmi yang sedang menatap putranya tampak sibuk dengan ponsel yang Prabu genggam.

Bu Airin mengusap lengan iparnya, sambil berlirih, "Sudah mbak!! Mungkin saja sedang cari camilan atau makanan!!"

Tuan Rahmad juga mengangguki ucapan istrinya. Dia dapat melihat raut wajah khawatir dari iparnya itu. Bu Laksmi seakan tidak tenang walau hanya ditinggal oleh Anissa beberapa menit. Wanita tua itu seakan tengah merasa kehilangan permata hidupnya dalam sesaat.

Prabu keluar, saat panggilanya terjawab oleh sang istri.

"Ada apa, Prabu??"

Suara Anissa yang begitu dingin, membuatnya semakin geram saat mengingat pesan dari sang istri sebelumnya.

"Pergi kemana kamu, Anissa?? Ibu begitu khawatir mencarimu!!" cetus Prabu dengan menautkan kedua alisnya. Ingin sekali dia meluapkan amarahnya yang kini sudah mendidih didalam otaknya. Namun hal sedemikian harus tersisihkan, mengingat sang istri tidak ada dihadapanya.

"Tidak perlu aku mengulangi lagi kalimatku!! Setelah sampai nanti, biar aku sendiri yang meminta maaf pada ibu," kata Anissa menatap lurus. Wajahnya begitu tenang saat mengucapkan kalimat dingin itu.

Tut!!

Prabu terhenyak. Asap tebal rupanya baru saja keluar dari ujung kepalanya. Ponsel tersebut teremas kuat, menjadi pelampiasan kemarahannya saat ini. Anissa benar-benar membuatnya semakin naik darah.

'Awas saja kamu~Anissa!!' geram batinya, dan langsung melenggang masuk kedalam kembali.

Sementara didalam mobil, Elang sejujurnya menyimpan beberapa pertanyaan untuk dia lontarkan pada istri sepupunya itu. Mengapa Anissa dingin sekali terhadap suaminya?? Wanita yang duduk dibangku sebelahnya itu, seolah sedang membangun dinding pertahanan yang begitu tinggi.

"Aku harap, kamu dapat memahami mengapa sikapku sedemikian terhadap sepupumu!!" kata Anissa saat dia tahu, jika pria disampingnya sekilas mengernyit saat dirinya menerima telfon.

"Lupakan saja!!" singkat Elang, menatap lurus kedepan.

Setelah beberapa menit, mobil Elang sudah sampai kesuatu tempat. Kerutan dikening Anissa semakin terlihat jelas, saat mereka sampai ditempat pemakaman umum.

Anissa~dia melayangkan sorot mata penuh tanya, saat Elang sudah menghentikan setir kemudinya.

"Ikuti saja aku!!" ucap Elang dingin. Pria itu lantas segera turun terlebih dahulu. Dan menunggu Anissa diluar.

"Elang, kita mau kemakan siapa??"

Tanpa menghentikan langkahnya, Elang hanya menjawab, "Rupanya kamu juga sama seperti wanita pada umumnya."

Anissa mengernyit, dengan mengimbangi langkah pria disebelahnya. "Apa maksudmu?!"

"Kamu cerewet~Anissa!!" cetusnya.

Anissa hanya memutar jengah bola matanya. Kesabaranya menghadapi Prabu, rupanya juga harus dia rasakan saat berada didekat sepupunya. Memang saudara, pantas saja sifatnya sama.

"Kenapa berhen...ti??" suara Anissa menggantung diudara, saat Elang langsung berhenti disalah satu pusara seseorang.

Elang berjongkok didepan pusara tersebut, hingga membuat Anissa juga ikut melakukan hal yang sama.

~Damar Aksan Darmanta binti Danu Darmanta~

Anissa berlirih dalam hati, saat membaca batu nisan yang tertulis begitu usang, namun masih tetap terawat. Detik kemudian dia menatap Elang, meminta penjelasan siapa pemilik pusara itu.

"Damar adalah kakak kandung Prabu!! Dia meninggal akibat penyakit yang dideritanya. 2 hari sebelum pernikahan digelar....penyakit Damar kambuh, dan terpaksa dilarikan kerumah sakit. Penyakit itu bersemayam sudah begitu lamanya, hingga menggerogoti organ dalam tubuhnya. Dan selang beberapa hari, Damar pergi untuk selama-lamanya meninggalkan kekasihnya~Ailin!!" suara Elang begitu parau dengan tangan terulur mengusap nisan sepupunya.

Degh!!

Anissa membolakan mata, dan spontan membekap mulutnya saat mendengar pernyataan dari pria disampingnya itu. Jadi, Ailin menjadi depresi berat karena memikirkan kekasihnya yang lebih dulu pergi?? Lalu, mengapa Prabu menganggapnya kekasih?? Apa maksud semua ini.

"Damar sangat mencintai Ailin, begitu juga sebaliknya. Mungkin kamu sering bertanya pada angin, bukan?? kenapa Ailin bisa menjadi segila itu. Dia depresi berat, karena ditinggalkan oleh Damar 2 hari sebelum pernikahannya digelar!!" imbuh Elang, saat menatap kearah Anissa sejenak.

"Lalu, kenapa Prabu mengatakan jika Ailin adalah kekasihnya??" tanya Anissa yang masih diselimuti rasa penasaran.

Hah!!

Elang meraup nafas dalam sebelum menjawab lontaran kalimat Anissa. Dia menautkan kedua tanganya sambil menangkap tatapan mata didepannya. "Dulu, mungkin aku akan mendukung sikap Prabu yang ingin bertanggung jawab, menggantikan kepergian kakaknya. Mungkin saja, jika kamu berada ditempat yang sama seperti aku...kamu sendiri pasti akan bersimpati melihat keadaan wanita depresi itu. Damar berpesan pada Prabu untuk membahagiakan Ailin. Namun Damar tidak memaksa agar Prabu dapat mencintai kekasihnyanya itu. Karena kamu tahu sendiri, cinta tidak bisa dipaksa. Namun, semakin kesini sikap Prabu terlalu berlebihan. Karena tanggung jawab yang tidak seharusnya dia pikul, dia bahkan tidak memikirkan orang-orang disekitarnya dulu."

Elang begitu detail menjelaskan setiap kejadian, yang selama ini menjadi pertanyaan besar bagi Anissa, terhadap hubungan suaminya dengan Ailin.

"5 tahun yang lalu, Prabu juga memiliki seorang kekasih. Hubungan mereka sudah berjalan bertahun-tahun dengan baik. Namun karena kejadian itu, Prabu tidak lagi mementingkan hubunganya, dan lebih memilih untuk merawat Ailin," lanjut Elang kembali.

'Tapi yang dilakukan Prabu tidak hanya tanggung jawab semata...aku rasa, cinta sudah tumbuh seiring berjalanya waktu!! Nggak...aku harus tetap menjunjung tingga derjatku sebagai istrinya. Tetapi, kalau Prabu menanakan cintanya, mengapa dia tidak menikahi Ailin pada saat itu?? Kenapa aku yang dia pilih??'

Lidah Anissa semakin kelu, hingga beberapa kalimat tampak menggumpal dalam batinya saja. Tatapanya lurus keatah batu nisan tersebut. Mungkin, si pemilik dulunya orang yang begitu lembut. Cintanya begitu besar, hingga membuat Ailin seperti saat ini.

"Aku harap, dari ceritaku ini...tidak berpengaruh apa-apa terhadap rumah tanggamu dengan Prabu. Sejujurnya, Prabu juga tidak ingin terjebak dalam situasi saat ini. Aku tidak dapat membenarkan sikapnya, tetapi aku juga tida dapat menghentikan simpatinya. Bicarakan dengan kepala dingin!! Mungkin, dengan kamu tahu yang sebenarnya, Prabu akan dapat berpikir luas."

Tidak hanya dingin. Rupanya, pria didepanya itu memiliki rasa simpati yang begitu besar terhadap saudaranya. Darah keluarga tuan Darmanta mengalir pada tubuh yang begitu berwibawa. Tidak heran, jika keturunannya memiliki sifat hangat terhadap sesama. Tanpa membandingkan dari mana asal muasal orang tersebut.

Itulah yang Anissa tangkap, dari pertemuanya dengan sepupu Prabu.

"Mungkin, setelah aku tahu yang sebenarnya, aku akan lebih sering mengunjungi makam mas Damar!! Walaupun aku tidak pernah melihatnya, tetapi aku dapat melihat kenyataan pada hidup Ailin. Wanita itu begitu lembut...aku rasa, mas Damar dulu begitu memperlakukannya dengan kelembutan juga!!" balas Anissa, seakan merasakan hancurnya hidup Ailin.

"Kamu jangan salah!! Prabu juga memililiki sikap yang sama seperti Damar. Hanya saja, karena tuntutan yang dia jalani...membuatnya lebih sensitif, karena merasa hidupnya akan berakhir ditangan wanita depresi itu!!" sahut Elang seraya membangkitkan badanya.

Anissa mengernyit. Kejadian beberapa waktu lalu seolah kini terulang kembali dalam pikiranya. Disaat dia terkulai lemah tak sadarkan diri, mungkin suaminya lah yang sebenarnya membawa tubuhnya hingga kedalam kamar. Mengganti pakaiannya dalam keadaan basah, menyelimuti tubuh dinginya. Mungkin Prabu selalu menutupi darinya. Tetapi...apa alasanya.

"Sekarang, antarkan aku kembali ke rumah sakit!! Ibu menghawatirkanku."

"Aku rasa tidak hanya budhe Laksmi. Tetapi, Prabu juga!!" sela Elang terkekeh pelan.

"Aku akan mempersiapkan mental, karena aku rasa sepupumu itu akan meledakan amarahnya, karena kepergianku ini," balas Anissa sambil berjalan meninggalkan pusara tersebut.

Terpopuler

Comments

Siti Aeni

Siti Aeni

mnding buat prabu bucin dan cinta sm anisa Thor,,, nnti klo udh cinta prgi jauh anisa ksh prabu pelajaran ats sikap dingin nya sm anisa biar prabu kelimpungan krna lebih mentingin ailin

2025-02-12

0

uswatun hasanah

uswatun hasanah

Thor spil visual Anisa dan prabu dong

2025-02-11

0

Milla

Milla

next

2025-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!