BAB 5

...Sakit...

Explicit Content 🔞

**

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 (tujuh) malam, aku tertidur sangat pulas setelah kak Akshan keluar dari kamar, bahkan mungkin Tania saja masih di dalam kamar mandi saat itu.

Ku edarkan penglihatanku ke sekitar, tak ada Tania di dalam ruangan itu. Mungkin dia sudah berada di depan meja makan saat ini. Aku bangun dari tempat tidur dan melangkahkan kakiku menuju ruang makan.

"Sudah bangun tuan putri?" tanya Tania bernada mengolok.

"Ya, wahai pelayanku yang paling setia.. Haha.."

Aku hanya tertawa melihat matanya membulat dan mulutnya yang menganga mendengar jawabanku. Hampir-hampir ia menjatuhkan makanan yang sedang dikunyahnya.

"Pada kemana? Kok sendirian aja?" tanyaku penasaran.

"Papa sama mama ternyata gak bisa pulang, gak tau kenapa, gue gak tanya, gak mau tau juga alesannya karena keburu kesel sama mereka. Kak Agnes juga tadi telpon katanya masih ada urusan kantor, meeting lah atau apa gitu.. dia masih harus tinggal di luar kota selama beberapa hari. Dan kak Akshan, gak tau dia kemana, hapenya gak bisa dihubungin sampe sekarang" jelas Tania dengan nada dan raut wajah kesal.

"Oh gitu.. eh tadi kak Akshan bilang kalau dia ada undangan pesta ulangtahun temennya malem ini. Jadi emang gak bisa nemenin kita makan malem. Tadi gue lupa bilang ke lu karena ketiduran.. hehe" tawaku ringan.

Tania hanya mengangguk dan kembali melanjutkan memakan makanannya. Sepiring penuh sudah hampir habis setengahnya. Gadis itu banyak makan tapi badan tetap kurus. Beda denganku yang makan nasi sedikit saja langsung jadi lemak. Haft

"Lu gak tidur yah dari tadi? Gak capek apa?" tanyaku di sela-sela makan malam kami.

"Gue gak bisa tidur, padahal capek banget. Gak apa-apa lah, habis makan kayaknya gue bisa langsung tidur dengan nyenyak sampe subuh haha" Tania tertawa dan voila, makanannya sudah habis, ia pun langsung menuju kamar tidurnya.

Benar saja, gadis itu langsung tertidur setelah menyelesaikan makannya. Terdengar dengkuran halus dari mulutnya. Pasti ia sangat letih, dengan perjalanan yang cukup panjang ditambah ia tak bisa tidur siang tadi, hal ini sangat wajar.

Tapi sekarang aku yang tak bisa tidur, gara-gara tidur sore malah buat mata melek di malam hari. Aku hanya memainkan handphone berharap rasa kantuk akan segera datang, tapi ini sudah lewat tengah malam, dan si mata tak mau juga terpejam.

Sayup-sayup ku dengar suara teriakan lelaki yang berasal dari bawah. Kak Akshan? Ya, aku yakin itu kak Akshan, tapi kenapa dia berteriak? Apa dia terluka? Mungkin kah sebuah kecelakaan? Ah, tidak tidak tidak. Aku harus memastikannya.

Aku langsung menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Kakiku sempat terselip hingga hampir jatuh, tapi untung peganganku kuat pada tiang-tiang pagar di sisi tangga. Aku takut terjadi sesuatu dengan kak Akshan. Dan benar saja, ku lihat kak Akshan sedang dibopong oleh pak Dani, satpam yang berjaga malam ini.

"Ya ampun kak Akshan kenapa, pak?" tanyaku pada pak Dani, aku khawatir dan belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada kak Akshan.

"Kayaknya mabuk non, soalnya aneh gini. Tadi juga yang anter pulang dan bawa mobil juga temen-temennya den Akshan, non"

"Oh ya udah pak, tolong bantu saya bawa kak Akshan ke kamarnya yah" Pintaku dengan kekhawatiran yang sudah pasti jelas terpampang di wajahku. Pak Dani pun mengangguk dan akhirnya kami sampai di kamar kak Akshan.

"Alhamdulillah.. Oke pak, habis ini saya bisa kok, toh tinggal lepas sepatu doang. Bapak boleh jaga lagi di depan" kataku mempersilakan pak Dani kembali bekerja.

"Baik non, selamat malam" pamit pak Dani.

Aku balas mengangguk dan lanjut melepas sepatu kak Akshan. Terdengar suara pintu yang terbuka kemudian menutup kembali. Tanda pak Dani yang sudah benar-benar meninggalkan ruangan yang cukup luas itu.

Ruang kamar kak Akshan dilengkapi dengan peralatan serba canggih. Lelaki satu ini sangat tidak suka privasinya terganggu. Pintu kamarnya akan langsung terkunci otomatis dan tak bisa masuk selain menggunakan sidik jari kak Akshan. Mungkin ada kuncinya, tapi entah dia simpan dimana.

Pria tinggi besar itu tertidur dengan jas yang masih melekat di tubuhnya, setelan khas orang pergi ke pesta atau acara resmi lainnya. Dan sekarang aku bingung, kalau ku bantu buka, apakah akan sanggup aku yang sekarang bertubuh lebih kecil ini mengangkat badannya yang besar itu?

Tapi kalau tidak, kasihan juga dia, pasti tidak nyaman kan tidur dengan menggunakan setelan seperti itu. Tapi aku juga tidak ingin lancang main buka-buka saja. Perang bathin dimulai.

Tapi kemudian ku putuskan untuk meninggalkan saja kak Akshan dengan keadaan seperti itu. Toh kalau tidak nyaman juga pasti nanti dia bangun kan? Siapa suruh dia mabuk?!

"Siiiii..."

Dengan suara parau kak Akshan memanggilku. Aku pun langsung menghampirinya, senyum manis pun terbit dari wajahku.

"Iya kak?"

Tanpa aba-aba, tangan kak Akshan langsung menarikku hingga menjatuhkan setengah tubuhku di atas badan kekarnya. Belum sempat tersadar, aku kembali dikejutkan oleh tindakannya.

Kak Akshan menyatukan bibir kami, tapi bodohnya aku hanya terdiam, setelah sekitar lima puluh detik akhirnya aku mendapatkan kesadaranku. Aku meronta mencoba melepaskan diri darinya.

Tapi aksiku sepertinya percuma, semakin aku melawan, semakin ia tak ingin melepasku. Kak Akshan, dengan tubuh kekarnya tentu saja akan dengan mudah membuatku tak bisa bergerak bebas semauku.

Tapi aku tak menyerah begitu saja, ku pukul dada bidangnya, tapi ia semakin brutal, membalikan badanku hingga kini aku yang berada di bawah kungkungannya dan hal itu membuat ia dengan bebas mengeksploitasi tubuhku dengan ganas.

"Maaf Si, tapi aku udah gak bisa tahan lagi.." ucapnya dengan nafas memburu, cenderung seperti orang yang sesak nafas.

Ingin sekali ku tendang selangkangannya, membuat kepunyaannya itu menderita seumur hidup, tapi kakiku dihimpit hingga tak bisa bergerak. Aku terus meronta, tapi dia tetap teguh tak bergeming.

Semakin lama, rasanya aku hanya ingin diam dan tak mau merespon apapun lagi, badanku sudah lemas dan dadaku sesak. Mungkin karena ia merasa tak ada penolakan lagi dariku, ia terus melanjutkan kegiatannya, malah tangannya tanpa kusadari telah melepaskan seluruh pakaian kami.

Oh Tuhan, sungguh, aku memang mencintainya, tapi haruskah jalan yang kami lewati seperti ini? Ada apa dengan kak Akshan? Benar kah alkohol bisa membuat manusia yang terlihat baik-baik saja menjadi seperti binatang seperti ini?

"Ahh!"

Pekikku melengking mengisi ruangan besar itu, aku tahu kamar Akshan kedap suara, teriak sekencang apapun orang luar tak bisa mendengarnya. Pintu pun hanya bisa dibuka oleh sidik jarinya. Sekalipun teriakanku terdengar, mereka yang di luar tetap tak akan bisa membukanya.

Bodoh, dasar bodoh. Aku bahkan tidak tahu kapan dia mulai memposisikan dirinya seperti itu. Akibat kebodohanku juga, aku hanya bisa menjerit dan mengeluarkan air mata yang sedari tadi tertahan, kini buliran air itu keluar dengan derasnya.

Suatu cairan terasa mengalir dari bagian intiku, perih, sangat perih. Dengan sekuat tenaga aku mencakar dan menancapkan kuku-kukuku di bahunya. Seketika tubuh kak Akshan menjadi kaku. Entah karena teriakanku, cakaranku, atau mungkin yang lainnya, aku tak tahu.

Aku menangis sejadi-jadinya. Sakit yang kurasa bukan hanya pada tubuhku, tapi juga hatiku yang merasa terkhianati. Tega benar kak Akshan padaku. Kenapa harus aku? Bukan kah banyak wanita yang selalu siap sedia disentuhnya setiap saat?

"Siiii.. maafin aku"

Terdengar suara kak Akshan syahdu di telingaku, lanjut menciumi setiap inci tubuhku. Dengan perlakuan lembut dan ucapan-ucapan manis, juga permintaan maaf membuatku sedikit terlena, lupa akan sakitku.

Aku seperti mendapat sedikit pencerahan, mungkin akhirnya pria itu sadar akan perbuatannya. Tapi dalam satu hentakkan dia sukses membobol sepenuhnya pertahananku.

"Ah!! Sakit kak!" aku kembali menjerit karena merasakan lagi sakitnya. Tidak, yang ini jauh lebih sakit dari yang tadi.

Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, aku terus berontak dan memukul dada bidangnya. Lagi-lagi dia tetap tak bergeming. Lelaki itu terus melakukan aksinya, walau lembut, tapi tetap saja rasanya sakit.

Terpopuler

Comments

Dahyun_Twice ❤️

Dahyun_Twice ❤️

baiklah mataku mulai melek

2021-03-31

0

Yaya Nda

Yaya Nda

mengapa hukum agama dan hukum negara melarang minuman beralkohol karena minuman keras adalah sebagai salah satu perbuatan yang berdampak buruk yang harus dihindari . Melalui minuman keras, dapat timbul permusuhan, pembunuhan dan perbuatan tak beretika lainnya, karena dalam keadaan mabuk peminumnya tidak dapat mengontrol diri.

2021-01-02

2

Helni mutiara

Helni mutiara

👍👍👍👍

2020-11-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!