...Kembali...
4 tahun kemudian..
Akhirnya setelah melewati berbagai macam hal, aku pun mampu menyelesaikan studi dan dapat kembali ke Indonesia. Tentu dengan sahabatku, Tania. Kami berangkat bersama dari Frankfurt, Jerman, dan kini sudah mendarat dengan baik di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Indonesia.
Tapi sayangnya, Tania sebenarnya hanya ikut pulang untuk berlibur saja, impiannya menjadi fashion designer hebat masih belum dicapainya, masih harus banyak belajar katanya. Sekarang saja ia mencuri-curi waktu karena sedang magang di salah satu designer kondang di Paris, Perancis.
Huh, untung saja bossnya sangat baik hingga mengizinkannya ikut pulang kampung bersamaku. Tania beruntung, aku yakin sebentar lagi dia akan segera mendapatkan mimpinya. Gadis manja itu luar biasa, ternyata dia bisa gigih juga.
Sedangkan aku, aku kira sudah cukup. Aku akan memulai karierku di Jakarta saja. Melamar di beberapa perusahaan atau membangun perusahaanku sendiri, tentu dengan dukungan dan sokongan dana dari ayahku. Ia sangat antusias membantu anak semata wayangnya ini.
Tapi, untuk seorang yang bahkan baru lulus kuliah, apakah akan dipercaya? Kurasa tidak, jadi dengan lembut tapi tegas aku menolaknya. Sempat terlihat wajah kecewa, tapi tak lama, karena sifatku yang berpegang teguh dan percaya diri dengan kemampuanku sendiri, ini memang turun darinya.
Karena orangtuaku masih tetap harus di Jerman, kakek dan nenekku juga lebih senang mengunjungi kami, alih-alih kami yang mengunjungi mereka. Jadi aku sama sekali tidak pernah pulang ke Indonesia selama 4 tahun menimba ilmu di sana.
Bayangkan, betapa rindunya aku dengan kota kelahiranku, negataku, Indonesiaku. Aku sudah tidak sabar ingin mengililingi kota Jakarta. Empat tahun, itu adalah waktu yang sangat cukup untuk kota ini bertumbuh kembang. Aku penasaran, sudah seperti apa dan berapa banyak bangunan baru yah? Ah, aku sungguh tidak sabar. Rasanya hatiku membuncah riang menunggu saat-saat itu.
Dari kejauhan, samar-samar aku mendengar keriuhan, ku lihat ada kerumunan orang. Ternyata orang yang paling ku rindukan berdiri di depan sana. Wajah tampannya, badan yang tinggi besar dengan senyum memesona. Oh Tuhan, rasanya aku ingin terbang kembali saking senangnya.
Ku remas tangan Tania dan senyum lebar terbit di mukaku. "Tan, itu kak Akshan kan? Abang lu kan?"
"Iyah, biasa aja dong muka lo, tutup tu mulut ntar keburu laler masuk" ketus Tania seraya langsung menutup mulutku dengan tangan kanannya dan aku tersenyum malu ke arah Tania.
"Itu lap dulu ilernya neng, cengar cengir aje.. hahhaha..." dengan gerakan sigap aku memegang mulut, tapi tidak ada air liur atau apapun selain keringat yang ada di bagian antara hidung dan bibirku. Tania pun tertawa terbahak-bahak melihatku salah tingkah.
"Ish, lu mah ah ngeselin!" gerutuku sambil menghentak-hentakkan kaki.
Setelah itu, kami terus melaju dengan hatiku yang masih terbang di awang-awang, melesat lembut penuh gairah menuju pangeran tampan di seberang sana. Tania mulai menghambur, berlari kecil ke arah kakak laki-lakinya itu.
Sesampainya di hadapan pria itu, Tania langsung memeluknya setelah kak Akshan merentangkan tangan siap menerima pelukan rindu dari sang adik. Sedikit demi sedikit orang-orang yang tadi mengerubungi kak Akshan bepergian. Mungkin mereka tahu bahwa idolanya juga membutuhkan privasi. Penggemar yang bijak.
"Aaahhh kangeeeeeennn… eh tapi kok sendiri? Dimana kak Agnes? Mama? Papa? Kenapa cuma kakak aja yang jemput? Mereka gak kangen sama aku apa? Ih kebiasaan, kesel ah.. aku gak mau pulang aja!"
Tania langsung memborbardir kak Akshan dengan pertanyaan dan pernyataan tanpa memberi jeda, memberi waktu untuk kak Akshan menjawabnya. Hal yang malah membuat mereka yang mendengar dan melihatnya tergelak. Entah kenapa sifatnya tidak pernah bisa berubah, dia selalu menjadi gadis manja untuk kami yang menyayanginya.
"Woo.. sabar adikku sayang, gak usah ngegas gitu dong.. Mereka gak ikut karena lagi nunggu kita di rumah, mungkin mereka lagi bikin kejutan.." ucap kak Akshan dengan santai.
Aku hanya terdiam mematung karena mereka terlihat sibuk sendiri dan mengabaikanku. Sedikit tertusuk hatiku rasanya, tapi melihat senyuman terbit di antara kedua adik-kakak itu langsung terasa menyejukkan. Jujur aku iri, iri karena aku tidak punya kakak, iri karena aku tidak punya adik, dan iri karena aku juga ingin dipeluk kak Akshan.
"Uhmm.. Kamu Sienna kan?" tanya kak Akshan dengan wajah yang sedikit tak percaya.
Aku tersentak kaget, saat kak Akshan menyadari keberadaanku, bahkan kini ia sudah memegang bahuku. Sempat kecewa juga, kok dia malah nanya ya, apa sudah lupa denganku?
"Oh.. ehh.. iiiya kak, ini aku, Sienna.."
Huft, kenapa aku segugup ini, padahal dulu juga aku sama halnya dengan Tania, centil dan menunjukkan dengan terang-terangan rasa sukaku. Tapi mungkin karena ini pertemuan pertama kami setelah 4 tahun. Ahh, iyah, pasti seperti itu, rutukku dalam hati.
"Wah wah, sejak kapan Sissy-ku menciut? Kamu kurus banget, Si. Apa terlalu banyak beban ya saat kuliah? Kamu gak apa-apa? Gak ada keluhan sakit tapi kan? Sehat-sehat aja kan?" tanyanya panjang, sifatnya sama dengan adiknya. Sekali buka mulut gak cukup satu pertanyaan terlontar. Tapi apa tadi, Sissy-ku? Ya Tuhan, nikmat mana lagi yang ku dustakan. Bener-bener penggemar tersukses!
"Haha.. adik sama kakak nih sama aja. Nanya tuh satu-satu aja dulu, udah dijawab baru nanya lagi" Tawaku rasanya begitu lepas karena kekonyolan dua orang itu.
"Biasa aja ketawanya, Si" Ucap kak Akshan sambil memelukku dan menepuk-nepuk puncak kepalaku. Aku hanya diam, tersentak dan bingung. Tadi saja rasanya sudah terbang, sekarang berasa nebeng satelit keliling bumi bahkan mungkin udah keliling Galaksi Bima Sakti!
"Tadi om sama tante udah telpon, kamu ikut kami yah. Karena kakek dan nenek kebetulan sedang di Raja Ampat. Ah, dua sejoli itu memang selalu bikin iri.." Ucapnya dengan senyuman khas yang menyejukkan.
Aku hanya mengangguk dan ikut tersenyum. Dia pun melepas pelukannya dengan belaian lembut pada rambutku sebagai adegan penutup. Sekali lagi, kalau ada roket, kayaknya terbangku jauh lebih cepat saking senangnya. Kalau di komik/manga atau anime pasti ada adegan mimisan saat ini.
"Okay, ayo kita pulang!" kami mengucapkannya dengan serentak lalu tertawa.
Terlihat banyak pasang mata yang menatap kami dengan intens. Tapi aku sadar bahwa yang mereka lihat adalah kak Akshan, karena ia seorang artis papan atas yang sedang heboh diperbincangkan. Keputusannya untuk hengkang dari dunia entertainment sangat menggemparkan.
Tapi aku memaklumi, aku juga sudah dengar ceritanya melalui Tania. Katanya kak Akshan mau fokus bantu papanya mengurus perusahaan. Karena mau bagaimanapun kan kak Akshan putera satu-satunya di keluarga itu.
Walau kak Agnes juga jago dalam mengurus perusahaan selama ini, nyatanya Uncle Niel tetap ingin kak Akshan yang mewarisi tahtanya. Dan kak Agnes adalah pendukung. Sedangkan Tania tidak ingin terlibat, dia hanya ingin menjadi designer hebat dan memiliki butiknya sendiri, brandnya sendiri. Kemudian impiannya yang lain adalah menjadi ibu.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, bahkan cenderung lambat membelah kota. Tania meminta kakaknya agar tidak ngebut. Aku tahu Tania sengaja, ia mengerti aku sangat menyukai bangunan. Butuh berjalan santai untuk sekedar menikmatinya. Aku tersenyum sepanjang jalan, bahagia sekali rasanya.
Ibukota memang hebat, Kota Jakarta berkembang pesat dalam kurun waktu empat tahun. Sudah banyak bangun baru yang menjulang tinggi mencakar langit di sana sini. Tapi yang aku senang tetaplah saat aku melihat beberapa Taman Kota yang tertata rapi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
hallo
cerita mulu dari tadi
2021-07-15
0
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-12
0
aldy
msh nyimak aq thor
2021-03-10
0