Semenjak Viola menyadari ada yang aneh pada dirinya dan selalu terbayang kejadian tragis, diam-diam Viola berinisiatif memeriksakan dirinya ke pskiater dan dia langsung diagnosis mengidap gangguan jiwa PTSD dengan sidrom patah hati akibat kejadian yang mengejutkan, penyakit level akut ini tidak mampu di sembuhkan oleh dokter ahli jiwa di Indonesia.
Awalnya Viola mengira kejadian mengerikan itu adalah mimpi buruk namun ternyata itu adalah nyata, tapi kenapa Viola tidak mengingat apapun ? yang ia ingat hanya bagian intinya saja. Dan kenapa juga Micko tidak tau hal itu ? pasti ada yang tidak beres pikir Viola.
Viola ingin sembuh, ia mengunjungi berbagai negera untuk menemui semua dokter ahli jiwa yang hebat namun sia-sia. Viola tidak ingin membuat Micko kwatir dengan penyakitnya, jadi ia berbohong pada Micko dengan mengatakan bahwa ia pergi ke luar negeri untuk bersenang-senang.
Satu tahun yang lalu, Viola sudah putus asa, yang ia bisa lakukan sekarang adalah menerima kondisinya dan menjauh dari yang namanya pria. Ia sudah malas pergi berobat dan memutuskan untuk bersenang-senang saja selama itu bisa ia lakukan.
Seperti halnya sekarang, dia begitu ceria karena di tunggui Juna di salon, di salon Viola benar-benar di permak habis karena memang ia malas menjaga diri.
“Heh tengil, harusnya kamu keramas setiap hari , tuh liat air keramasmu saja menghitam gara-gara rambutmu kotor ! cicak aja gak mau jatuh di rambut mu !” ucap Juna yang dari tadi duduk di kursi sambil menyaksikan Viola di keramas.
“Aku malas keramas om, lagian aku juga gak perlu ngelakuin itu,” Viola memang tidak ingin merawat diri agar tidak ada laki-laki yang menyukainya. Selama ini Viola senang dekat dengan Juna terlebih lagi Juna tidak pernah menatapnya dengan aneh, itulah yang membuat Viola nyaman.
Setelah Viola di keramas, rambutnya pun di bilas lalu di keringkan. Juna masih tetap memperhatikan Viola.
“Apa om ingat waktu satu tahun yang lalu kita ketemu di Italia ?” tanya Viola sambil tersenyum.
“Aku malas mengingat itu, aku menyesal terjebak sama kamu,” nada bicara Juna masih saja jutek namun itulah yang Viola suka.
“Justru aku senang mengenal om, hehe…” Viola senyum-senyum sendiri.
“Ya iyalah, kamu kan suka menyiksa aku, seperti sekarang kamu sedang menyiksa aku,” Juna mengingat-ingat hari pertama mereka bertemu di Italia satu tahun yang lalu begitu pula dengan Viola.
Flashback On
Satu tahun yang lalu Viola pergi ke Italia untuk bertemu dokter terakhir yang akan menyembuhnya.
“Ini yang terakhir, jika ini tidak berhasil juga, maka aku akan berhenti mengobati penyakit ini,” Viola sedang menunggu dokter ahli jiwa itu datang ke ruangannya membawa hasil pemeriksaan.
Cklek…
Dokter lelaki paruh baya itu datang. Ia duduk kembali di kursinya.
“Maaf nona, kami menyerah, kesembuhan anda harusnya anda sendiri yang lawan, apalagi anda tidak pernah mendengarkan saran kami,” ucap dokter itu dalam bahasa Italia.
“Apa anda tidak paham maksud saya ? bagaimana mungkin saya mengikuti saran dokter untuk mendekati pria duluan dan menyentuh mereka sedangkan saat di tatap aneh sedikit saja oleh mereka rasanya saya mau pingsan,” Viola sangat kesal.
“Itu adalah terapi alamiah nona untuk mengatasi trauma yang berhubungan dengan kekerasan seksual yang anda saksikan, jika anda berusaha sekeras mungkin untuk menerima sentuhan, saya jamin anda akan sembuh, bukan dokter ahli jiwa terkenal yang anda butuhkan, tapi niat untuk sembuh yang anda perlukan !” dokter itu berharap Viola mau mendengarkan sarannya.
“Anda tidak tau betapa tersiksanya saya setiap kali mengingat itu, jika anda tidak bisa menyembuhkan saya, tidak perlu anda meminta saya lagi untuk menuruti saran konyol anda, saya permisi dulu,” Viola langsung beranjak dari tempat duduknya, ia masih kesal. Setiap dokter selalu menyarankannya untuk berusaha menerima sentuhan, Viola tidak mau karena hal itu membuat nya tersiksa. Viola pun sudah putus asa.
“Terima saja lah nasibku begini ? aku hanya perlu menjauhi makhluk yang namanya pria jika tidak ingin terbayang kejadian itu lagi !” tekat Viola.
Sebelum pulang ke Jakarta, Viola ingin menghabiskan waktunya dulu ke Club Malam. Meskipun Viola bukan gadis remaja yang liar namun ia sudah terbiasa dengan pergaulan ala barat dikarenakan selama mengunjungi berbagai negara dia menyatu dalam budaya itu.
Dengan penampilan yang seksi dia sekarang berada di Club Malam “To Night” salah satu Club Malam yang paling terkenal di Italia. Agar dia dengan mudah berbaur di tempat itu, Viola jarang memperhatikan di setiap sudut Club, dia takut melihat tatapan aneh untuknya, dia hanya asyik berjoget ria sambil mendengarkan musik DJ yang di mainkan di sana. Setelah dia puas berjoget, Viola pun ingin pulang saja.
Viola melangkahkan kakinya keluar Club menuju parkiran, di sana ia melihat sesuatu hal yang aneh.
Viola langsung menutup mulutnya. “Gila ? adegan live lagi yang gue liat ! tu dua makhluk yang sedang bernafsu harusnya jendela mobilnya di tutup dulu ! apa mereka gak sadar jendelanya terbuka ?” Viola geleng-geleng kepala. “Tapi tunggu dulu, dia kan kak Juna anaknya om Jonas ?” ide jail Viola muncul.
Viola mengeluarkan HP nya, ia diam-diam mendekat, ia video kan adegan itu.
“Adegan sesungguhnya sedang di mulai,” Viola tidak sabar menanti adegan itu.
Viola masih merekam adegan itu, baru beberapa menit, Juna sudah mengusir perempuan seksi itu keluar dari mobilnya. Terlihat oleh Viola perempuan itu menggerutu kesal karena Juna usir.
“Apa dia mengalami penyakit prostat sehingga letoi waktu bercinta ? hahaha… baru 5 menit sudah selesai,” Viola tertawa ringan, Viola pun menyimpan hasil video rekamannya. Malam ini Viola senang akan mendapat hiburan yang akan ia gunakan untuk menghilangkan rasa suntuknya nanti.
Setelah wanita yang bercumbu dengan Juna menjauh, Viola pun mendekati mobil Juna.
“Wah ternyata berita miring tentang om Juna selama ini benar yah ? aku bahkan mendapat bukti yang paling nyata,” Viola yang tiba-tiba datang entah dari mana membuat Juna kaget. “Nih om liat !” Viola mengangkat HP nya, video itu ia putar untuk di perlihatkan ke Juna.
Juna kaget melihat itu. “Kamu ! kamu anaknya om Micko kan ? berikan video itu padaku, dan ngapain juga kamu manggil aku dengan sebutan om ?” Juna benar-benar marah.
“Ogah, video ini tambang emas tau, makanya jendela mobil di tutup dong kalau lagi begituan ! hahaha…” Viola melihat Juna ingin keluar dari mobilnya. Viola mengerti pasti Juna akan merampas HP nya. Viola dengan seribu langkah langsung kabur.
“Heh anak kecil ! sini kamu !” melihat Viola berlari, Juna pun mengejarnya.
“Aku plintir tangan kamu kalau kamu berhasil ku tangkap,” Juna masih mengejar Viola.
“Sini tangkap aku kalau bisa, wuekk…” Viola tertawa senang, mereka berdua bagai main kejar-kejaran di dalam parkiran club yang luas itu. Juna sangat kesal karena di permainkan oleh gadis kecil.
“Om udah tua jadi gak punya tenaga ngejar aku,” Viola benar-benar mengejek Juna.
Juna menghentikan aktivitas larinya, nafas Juna sudah ngos-ngosan.
“Cepat berikan videonya sebelum kesabaranku habis !” teriak Juna namun Viola tidak menggubrisnya.
“Enak aja, om liat ya video ini akan ku kirim ke email ku, meskipun om berhasil mengambil HP ku tapi om gak bisa menghilangkan video nya, email ku banyak tau, wuekk…” Viola membuktikan ucapannya. Dia sejenak berhenti berlari dan mengirim video itu ke email-emailnya.
“Selesai, HP ini buat om aja, hapus itu videonya !” Viola melemparkan HP nya ke Juna, Juna sangat kesal lalu menginjak HP itu.
“Om Juna, kalau om Juna mau video itu gak aku kirim ke internet, om harus jadi babu aku selama aku memerlukan om !” Viola senang mendapatkan hiburan.
“Kamu pikir aku bodoh, aku bakalan cekik leher kamu sekarang,” emosi Juna sudah sampai ke ubun-ubun.
“Nih cekik aja leher aku sekarang, kalau aku mati aku berubah jadi hantu ya, aku gangguin terus om nanti !” Viola dengan berani mendekat ke Juna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Ayen Muliadi
Lucu bgt lht tingkah mereka berdua. Hahaha....
2021-11-29
0
Nur Evida
🤣🤣🤣🤣🤣
2021-11-19
0
Eyta Simarmata Makjakin
hahaha
2021-10-24
0