Juna berjalan menuju arah ranjang, wanita itu mengikutinya. Juna memperhatikan wanita itu dari atas sampai bawah, Juna tau wanita itu sedang gugup.
“Apa sikap begitu yang di ajarkan tuan William padamu untuk melayaniku ? jika kamu tidak ingin melayaniku kamu bisa pergi sekarang, aku bukan tipe laki-laki yang memaksa wanita untuk melayaniku, dengan apa yang aku punya aku bisa mendapatkan apapun yang ku mau termasuk seribu wanita yang lebih baik dari kamu,” kata Juna dengan sinis. Nada bicara Juna begitu meremehkannya.
Sontak saja Luna merasa terkejut, dia tau tender besar ini sangat berarti untuk ayahnya.
“Tidak tuan, saya akan memuaskan anda, saya jamin anda tidak akan menyesal,” Luna mencoba mengumpulkan keberaniannya. Luna meletakkan tas kecil nya di lantai, dia perlahan membuka kancing bajunya sementara Juna sudah mendudukkan dirinya di pinggir ranjang, Juna ingin melihat permainan seperti apa yang akan Luna suguhkan padanya untuk membuatnya puas.
“Shit, kenapa aku tidak terangsang ?” Juna kesal dalam hatinya, ia pun tidak mengerti kenapa dia tidak mudah terbuai dengan belaian wanita. Meskipun Luna telanjang dan membelainya, Juna sama sekali tidak berhasrat.
“Jika aku tau pria yang di suruh Daddy layani adalah pria setampan dan segagah dia, aku pun rela tiap malam melakukannya, tapi kenapa miliknya tidak menegang sih ?” batin Luna.
“Kita sampai disini saja, pasang pakaianmu kembali ! bilang kepada ayahmu kalau aku akan menyuruh orang kantorku menyediakan kontrak bisnis besok untuknya !” ucap Juna.
“Tapi tuan ? kita belum selesai ?” kata Luna kecewa.
“Selera ku sudah hilang, aku beri waktu 5 menit, kalau kamu tidak keluar juga maka kontrak bisnis akan ku batalkan !” ancam Juna.
Mendengar ancaman itu Luna buru-buru memasang pakaiannya, lalu keluar dari kamar Juna.
“Apa dia lemah syahwat ? milikku bahkan tidak sakit meskipun baru pertama kali melakukannya, biasanya setelah membobol keperawanan wanita, pasti milik wanita akan sakit karena di gagahi terus, apa dia pria normal ? baru beberapa dorongan saja sudah selesai, pria aneh,” gerutu Luna yang sudah berada di luar pintu kamar, dia pun beranjak dari pintu itu dengan hati yang masih kesal.
Pesawat yang di tumpangi Viola sudah mengudara beberapa jam di angkasa, Viola sekarang tengah tertidur di kursi penumpang kelas ekonomi. Meskipun Viola sejak kecil hidup dengan berlimpah materi dan selalu dimanja oleh Micko tapi dia bukan tipe gadis yang suka menghambur-hamburkan uang, hanya saja kebiasaan keliling dunia nya saja yang tidak bisa ia hilangkan. Cara tidur Viola benar-benar berantakan, lihat saja dia sekarang, air liur nya hampir menetes keluar, bukan hanya itu, dia bahkan ngorok sampai penumpang lain di sebelahnya merasa terganggu. Ibu-ibu gendut yang disebelahnya sampai kesal, dari tadi ibu itu memandang wajah Viola sambil geleng-geleng kepala dan tutup telinga.
“Nih anak gadis jorok banget sih, mana ada orang yang mau sama dia, air liur nya sampai menetes-netes, mana berisik lagi tidurnya ? gak kuat aku besebelahan dengan dia selama berjam-jam di dalam pesawat gini,” ibu-ibu gendut itu mulai kesal, ia pun mendapatkan ide.
“Eh mbak, bangun mbak sudah sampai nih !” ibu-ibu gendut ibu menggoyang-goyangkan badan Viola agar dia bangun tapi Viola tidak menunjukan reaksinya.
“Mbak pesawatnya mau jatuh !” Viola tetap tidak menunjukan reaksinya.
“Mbak dompetnya di copet…” kata ibu itu asal, namun Viola masih tetap pada tidur nyenyaknya.
“Kebo banget sih nih perempuan ! sial banget nasibku hari ini,” ibu-ibu itu akhirnya menyerah, ia memutuskan tetap menyumbat telinganya agar tidak mendengar dengkuran Viola. Sungguh penerbangan kali ini sangat membuat ibu-ibu gendut itu kesal.
Setelah menempuh waktu berjam-jam di dalam pesawat akhirnya pesawat itu mendarat juga di salah satu bandara New York, seluruh penumpang di minta turun. Akhirnya Viola bangun juga. Viola memang dari dulu suka tidur disembarang tempat, hidupnya begitu santai, dia menganggap semua yang ada didunia ini begitu ringan, itu sebabnya dia tidak pernah memiliki beban dipundaknya.
“Baru bangun mbak ? kirain gak bakal bangun, apus tuh air liurnya !” ujar ibu-ibu gendut di sebelah Viola.
“Makasih bu sudah mengingatkan, ibu cepetan dong keluarnya, aku kebelet mau pipis nih !” desak Viola ke ibu itu, Viola posisi duduknya di dekat jendela sehingga membuat dia susah keluar jika penumpang di sebelahnya belum beranjak juga.
“Lain kali kalau tidur ingat-ingat orang disebelah dong mbak, mbak itu sudah tidur berjam-jam ngoroknya kenceng banget,” ibu-ibu itu lebih memilih mengomeli Viola dahulu daripada beranjak.
“Iya bu maaf, saya gak tau bahwa ngorok saya kekencengan, lagian ibu kan bisa tutup telinga, cepetan keluar dong bu, tuh penumpang lain sudah keluar ! aku kebelet bu, apa ibu mau aku pipis di rok ibu ?” kata Viola asal.
“Ini saya juga mau keluar, apes banget satu pesawat sama kamu,” ibu itu akhirnya beranjak juga.
“Dasar emak-emak lebay,” gumam Viola.
Seluruh penumpang sudah turun, Viola kini tengah menunggu taksi di pinggir jalan setelah keluar dari bandara. Bagi Viola hidup mengembara adalah kesenangannya. Meskipun ia tidak pintar di sekolah bahkan sekarang setelah lulus ia tidak minat kuliah, tapi Viola mampu mengusai bahasa asing. Berbekal menguasai 48 bahasa asing, dia tidak pernah menjadi asing di negara-negara yang ia kunjungi.
Semua orang yang lalu lalang di jalan itu menatap Viola, bukan karena dia seksi apalagi cantik tapi karena penampilannya yang berantakan. Celana levis panjang yang ia pakai robek di bagian lututnya, kaos kuning setengah lengan yang ia pakai penuh dengan noda saos mengering, maklum sebelum lepas landas tadi ia makan cilok dan bajunya ia jadikan lap mulut nya. Rambutnya yang panjang terurai berantakan serta lepek karena seminggu tidak di keramas, sungguh penampilannya sekarang seperti telah menggelandang selama sebulan.
“Taksi !” Panggilnya ketika melihat taksi lewat. Taksi itu akhirnya berhenti, dia masuk kedalam taksi.
“Menuju Hotel New Place ya pak !” ucap Viola dalam bahasa Inggris Amerika.
“Baik nona,” jawab supir taksi itu. Sesekali supir taksi itu melirik Viola, ia tersenyum melihat berantakannya penampilan Viola.
“Tidak usah senyum pak, saya sadar saya jelek,” ucap Viola, ia adalah sosok gadis cerdas yang selalu lihai membaca situasi dan kondisi.
Sebenarnya Viola adalah gadis yang sangat cantik namun ia jarang merawat diri sehingga membuatnya terlihat menggembel.
Taksi itu sudah sampai di depan hotel yang di minta Viola. Supir itu tidak menyangka di balik penampilan Viola yang berantakan ala gadis miskin plus gembel ternyata kantongnya cukup tebal untuk bermalam di hotel itu.
“Ini ongkosnya pak, ambil kembaliannya !” Viola menyodorkan beberapa lembar dolar untuk biaya taksi.
“Terima kasih nona,” supir taksi itu senang mendapat tips dari Viola.
“Sama-sama pak,” sahut Viola.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Nur Evida
viola kurang kasih sayang seorang ibu
2021-11-19
0
Marthina Tina
kata orang buah jatuh tdk jauh dr pohonx
begitupun dgn juna prilaku ayahx tdk beda jauhvolok sana colok sini mencari yg benar benar mendebarkan jantungx🤭🤭🤭
hingga jantung mau copot bru merasakan yg pas dihati
2021-10-01
0
Simbawa Jakop Oliver
good
2021-09-26
0