Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wira berada dibelakang,sedangkan Farhan dan Fadilah berada didepan,jarak dari rumah Dani ke arah pendakian sekitar 3 sampai 4 jam,mereka akan mendaki via palutungan.
Dani melihat kearah Dinda yang sedari berangkat banyak diam,ia memperhatikan Dinda yang menatap keluar jendela.
"Ada apa,aku lihat semenjak berangkat kamu selalu melamun?"tanya Dani sambil mengenggam tangan Dinda.
"Enggak apa-apa,aku cuma kangen sama kakek,biasanya sebelum berangkat dia mendoakanku dulu,"kata Dinda sambil menoleh le arah Dimas.
"Ya sudah kalau kita pulang mendaki kita ke Bandung,kita lihat keadaannya,"ucap Dani menenangkan,direngkuhnya kepala Dinda dan disandarkan dipundaknya.
"Mulai deh,mulai,"Dimas protes melihat perlakuan manis Dani pada Dinda.
"Makanya cari pasangan jangan jomblo terus,"sahut wira sambil menatap Arin dan memainkan alisnya.
"Geledek terus,puas,puas kalian,mending aku tidur,"Dimas menyandarkan kepalanya dikursi mobil kemudian memejamkan matanya,tak lama terdengar dengkuran halus dari mulutnya.
Fadilah yang sedari tadi diam terkejut melihat Dimas langsung tertidur,"itu teman kalian beneran tidur?"Fadilah melihat kearah Dimas sambil mengelengkan kepalanya.
"Yoi mba,masalah tidur dia nomer satu,"sahut Wira.
Mereka semua tertawa,tapi Dimas sama sekali tidak terganggu ia masih mendengkur terlelap dalam mimpi.
"Eh kalian mau enggak ketempat bagus,dari pada camping digunung bosen,kita camping dihutan saja,aku punya tempat yang bagus,kalian kan sering camping kegunung sekali-kali beda suasana,mau enggak,enak loh tempatnya,dijamin tidak akan menyesal,iya enggak Farhan."
"Betul kalian pasti tidak akan pernah bisa melupakan tempat itu,"sahut Farhan.
"Boleh tuh,asyik kayaknya,"sahut Wira.
Terlihat Arin,dan Dani menyetujuinya,hanya Dinda yang terlihat ragu.
"Bagimana Din?"tanya Dani melihat Dinda tampak ragu.
"Gimana ya,aku pamitnya mau muncak keciremai,aku akan menelpon Ibu dulu,aku takut dia marah,"sahut Dinda.
"Alah enggak usah,kan pamit camping,ini juga camping kan,"kata Fadilah.
"Ya udah,kamu telepon gih Ibu kamu,biar dia enggak khawatir nantinya,"ujar Dani.
"Alah enggak usah,pasti Ibu kamu juga setuju,kalian tidak akan menyesal camping disitu,"ujar Fadilah lagi.
Dinda terlihat bigung,mau ngabarin gimana,enggak ngabarin gimana.
Dani yang melihat Dinda menimang hpnya menyuruhnya menelpon ibunya agar Dinda bisa tenang,"udah telpon saja biar hati kamu tenang,"ujar Dani.
"Oh anak mamih toh,aku kirain anak gunung itu mandiri,"ucap Fadilah menyindir Dinda.
"Udah telpon saja,"Dani mengusap tangan Dinda menenangkannya.
Dinda pun memencet nomor telepon ibunya,tapi sampai beberapa kali tidak juga dijawab.
"Enggak diangkat Dan."
"Coba kehandphonenya,"kata Dani.
"Handphone Ibu rusak,"Dinda terlihat sedih.
"Sudah nanti kita bisa menelponnya lagi,"Dani berusaha menenangkannya.
"Eh itu ada mini market,kita sebaiknya berhenti,aku butuh beli beberapa barang,"Arin menunjuk kesebelah kanan yang terdapat mini market.
"Buat apa,aku bawa perbekalan banyak pake punya aku saja,"sahut Fadilah.
"Tidak,aku mau membelinya sendiri,"kata Arin.
Akhirnya merekapun berhenti,semua orang turun kecuali Dinda,Dinda bersandar dijendela mobil sambil menyandarkan kepalanya dijendela mobil,pikiran Dinda melayang pada ibu dan kakeknya yang sampai sekarang belum bisa dihubungi.
"Brukhhh...,brukhhhh..."
Seorang wanita tua dengan pakaian lusuh mengebrak pintu mobil dan menarik tangan Dinda.
Dinda terkejut,ia berusaha menarik tanganya,tapi tangan wanita tua itu begitu kuat mengenggamnya.
"Bu tolong lepaskan,sakit Bu,"Dinda berkali-kali berusaha menarik tangannya.
"Pergi,pulanglah,kembali,jangan teruskan perjalanan ini,nyawamu dalam bahaya,"wanita tua itu menatap tajam mata Dinda.
"Apa maksud Ibu?,"Dinda menatap perempuan tua itu bigung.
"Dinda...,"terdengar suara Dani memanggilnya.
Dinda melihat kearah Dani,"Ya..,"tapi begitu Dinda menoleh kearah perempuan itu,perempuan itu sudah tidak ada.
"Kemana dia,"Dinda melihat kesana kemari.
"Hei,cari siapa?"Dani sudah berdiri didekat pintu mobil.
"Perempuan tua yang tadi bicara denganku,kemana dia?"
"Perempuan yang mana?"Dani ikut melihat kesana kemari,"dari tadi kamu sendiri,kamu bicara sendiri,makanya aku memanggilmu,"sahut Dani.
Dinda terlihat Bingung,ia melihat pergelangan tangannya yang merah,berarti memang tadi dia tidak sedang berhalusinasi.
"Sudah,buka pintunya tanganku penuh,"kata Dani.
Setelah semua orang masuk mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka,sore hari mereka baru sampai ditepi hutan,semua orang bergembira hanya Dinda yang terlihat diam.
"Sudah sampai,"Fadilah merenggangkan badannya kemudian dia turun dari mobil,begitupun dengan yang lain,sementara Farhan memarkirkan mobil Dani masuk ketanah yang lapang.
Dinda melihat kesana kemari,"kenapa tempatnya sepi sekali,kalau ini buat camping pasti ada mobil atau kendaraan lain yang terparkir,apalagi sekarang musim liburan,"Dinda terus membatin.
"Hei,melamun lagi?"Dani merengkuh pundak Dinda.
"Dan,kok tempatnya sepi,apa ini benar tempat camping?"tanya Dinda.
"Aku sendiri enggak tahu,tapi kita lihat saja nanti,kalau tempatnya tidak sesuai dengan ekspetasi kita,dengan apa yang digambarkan Fadilah kita besok pulang,ok."
Dinda menganguk,perkataan Dani membuatnya sedikit tenang,merekapun segera menyusul yang lain masuk hutan.
Setelah berjalan sekitar 30 menit,mereka sampai ditanah yang rata,mereka pun berhenti.
"Kita akan mendirikan tenda disini,"ujar Farhan sambil menurunkan tas yang dibawanya.
"Dan besok,aku akan mengajak kalian melihat keindahan yang belum pernah kalian lihat,"sahut Fadilah sambil memeluk Farhan.
Mereka semua bersorak,hanya Dinda yang terlihat tidak banyak bicara,ia merasa ada yang menganjal dihatinya.
Mereka pun mulai mendirikan tenda,satu buat perempuan dan satu buat laki-laki,menjelang malam,setelah selesai mereka membagi tugas.
Arin bersama Wira memasak buat makan malam mereka,sedangkan yang lain pergi mencari kayu bakar.
Dinda,Dani dan Dimas bertiga mencari kayu bakar,sedangkan Farhan dan Fadilah mencari kearah yang lain.
"Hutannya kok serem banget sih,aku jadi takut,kenapa kita kesini yah?"ujar Dimas sambil memunguti ranting-ranting kering.
"Kenapa kamu setuju waktu Fadilah menyarankan kita bercamping kehutan,"sahut Dani.
"Ya aku pikir kita akan bercamping dihutan khusus buat camping,kayak hutan pinus gitu,"jawab Dimas sambil menggerutu.
Sedangkan Dinda hanya diam,ia tidak berani menoleh kesebelah kanan,ketika ia melihat ke arah kanan ada dua bola mata merah dan sangat besar melihat kearahnya.
"Kamu kenapa Din?"Dani memegang tangan Dinda yang sangat dingin.
"Enggak apa-apa,kita pulang saja,kayunya sudah banyak,"kata Dinda,Dinda melirik,mata itu terlihat masih melihat kearahnya
Ada yang merasa tidak beres sama Dinda,Dani pun segera mengajaknya kembali ketenda.
Mereka telah sampai ditenda,terlihat Farhan dan Fadilah sudah ada disana,dan disana cuma ada beberapa ranting teronggok.
"Loh Farhan kok dapat kayunya sedikit sekali,"kata Dani sambil menyimpan kayu bakarnya.
"Iya sebelah sana tidak ada kayunya,"sahut Farhan sambil mengambil piring plastik dan mulai menyendok nasi dan lauk yang dimasak Arin.
"Makan,makan,makan,"ujar Farhan diikuti oleh Fadilah.
Arin yang kesal hanya diam merengut,tidak menjawab ucapan Farhan.
Kemudian Dani mengajak Dinda makan diikuti yang lain,"ayo Din kita makan,bukankah dari berangkat kamu belum makan,"ujar Dani sambil menyerahkan piring plastik.
Dinda menerima piring plastik dari tangan Dani,ia kemudian mengambil nasi dan telur dadar.
Setelah makan mereka semua berkumpul dan membuat api unggun,mereka bernyanyi dan tertawa bersama,mereka pun mulai saling bercerita.
"Jadi selama ini kalau liburan kegiatan kalian apa saja?"tanya Dimas sambil memakan cemilan.
"Kita..,"Farhan tersenyum pada Fadilah,"kegiatan kita selama liburan yang paling kita sukai adalah berburu manusia,"ujar Farhan.
Sontak jawaban Farhan membuat semua orang terkejut termasuk Dimas,dia sampai melongo,snack berjatuhan dari mulutnya.
Sementara Arin menjadi ketakutan,ia segera memeluk tangan Wira.
"Hahaha...,kok jadi serius begini,ayolah apa kalian tidak bisa bercanda,"ujar Farhan sambil tertawa.
Semua orang tertawa dan bernafas lega.
"Sialan kamu Farhan,"Dani melempar Farhan dengan ranting.
Sementara Dinda merasa kalau ucapan Farhan itu bukan gurauan ia melihat ada senyum licik dibibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Rohayy II
Mampir mak ke tempat novelku 🙂🤭
2025-02-23
0
༄ ᗰᗩᖇ ˢᴵᗰEᒪOᗯ ❀
Dinda dari awal sudah ragu ragu
tapi ngga tegas ,
pulang saja ,
ibu sama kakeknya juga blm kasih ijin ,
2025-03-03
0
Airiznatiar Rifkhi
Dinda it ngeyel..g dgerin ucapan ibu dn kkekny...ea..jg dri aj..smga baik2 aj...dn slmt dr malapetaka..
2025-02-01
3