Pagi itu Arin terlihat sedang sarapan bersama yang lain,tidak ada tanda-tanda kalau ia kemarin sakit,bahkan ketika ditanya ia tidak ingat apapun.
Dinda diam-diam memperhatikan Arin,tapi ia juga melihat kearah Farhan dan Fadilah,walaupun tadi malam Farhan sudah membantu Arin,tapi Dinda masih tetap merasa ada yang janggal pada mereka.
"Din,makan kok melamun,"Dani menyenggol Dinda yang diam begong dan makanan dipiringnya masih tetap utuh.
"Eh,apa?"Dinda tergagap melihat kearah Dani.
"Itu mienya dimakan,kamu kenapa begong terus,jangan-jangan kesambet yah?"Dani bergegas memeriksa kepala dan mata Dinda.
"Apa sih,enggaklah,"Dinda tertawa sambil memukul lengan Dani.
"Ekhmmm..."
Dinda dan Dani berhenti bercanda melihat kearah teman-temannya,ternyata ia dan Dani menjadi tontonan mereka.
"Apakah hari ini kita jadi pulang,"tanya Dani mengalihkan perhatian.
"Kenapa harus cepat-cepat,kalian kan belum menjelajah semua hutan disini,disini masih banyak kijang loh,"sahut Fadilah.
"Iya Juga,ngapain kita jauh-jauh tidak bisa mengexplore hutan ini dulu,lagian Arin juga sudah sembuh,"ujar Dimas
"Memang aku kemarin kenapa?"tanya Arin bingung menatap Dimas.
"Memang kamu enggak ingat kejadian kemarin Rin,kamu sakit,"jawab Dinda,ia bigung kenapa Arin sama sekali tidak ingat apa yang terjadi kemarin.
"Enggak,aku baik-baik saja kok,"jawab Arin.
"Sudahlah,begini saja kita pulang besok,hari ini kita lihat ketempat para kijang itu berkumpul,"usul Fadilah.
"Kalau aku sih terserah Arin?"ucap Wira.
"Kalau lihat Kijang aku mau,"ucap Arin.
Fadilah dan Farhan saling pandang sambil memainkan alisnya.
"Kalau kalian bagaimana,"tanya Fadilah pada Dinda dan Dani.
"Kalau aku sih pengen kita pulang saja,tapi kalau kalian masih mau disini itu terserah kalian,"ucap Dinda.
"Loh kok gitu Din,masa kamu mau pulang,kita sehari lagi disisi yuk,"bujuk Arin.
"Iyah Din,Dinda enggak asyik,Arin aja mau tinggal sehari lagi masa kamu enggak mau setia kawan,"ucap Dimas yang sedari tadi diam.
"Maaf tapi aku mau pulang,"ujar Dinda tetap pada pendiriannya.
"Ya udah terserah kamu?"sahut Fadilah,"kamu bagaimana Dan?"
"Kalau Dinda mau pulang,yah aku juga akan pulang menemaninya,kalian silahkan meneruskan campingnya,"jawab Dani.
"Bener Din,kamu mau pulang,kita lihat kijang dulu,jarang loh kita bisa lihat kawanan kijang dialam liar,"pinta Arin.
Akhirnya dengan berat hati Dinda mengiyakan permintaan Arin,"baiklah tapi besok kita pulang."
"Ok,jadi kapan kita berangkat nih,Dinda udah mau ikut kok,"ujar Arin senang.
"Sekarang saja,karena tempatnya lumayan jauh,biar sore kita bisa pulang kesini,"sahut Fadilah.
Setelah mempersiapkan perbekalan mereka dalam perjalanan,mereka berangkat untuk melihat kawanan kijang yang masih banyak berkeliaran dihutan itu.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam mereka sampai disebuah lembah,pemandangan disana sangat indah.
"Lihatlah indah sekali bukan?"ujar Fadilah.
"Iya indah sekali,ini seperti surga,apa orang lain juga sering kesini?"tanya Arin pada Fadilah.
"Eh,kita sembunyi,mereka datang,"Fadilah tidak menjawab pertanyaan Arin,ia mengajak mereka bersembunyi disemak-semak melihat kawanan kijang datang kelembah dan merumput disana.
Semua orang mengikuti apa yang dilakukan Fadilah,kawanan kijang itu terlihat tenang merumput disana.
Semua orang merasa takjub dan mengambilnya camera handphone mereka dan mengabadikannya.
"Lucu sekali,apa kita bisa lebih dekat,"ujar Arin.
"Jangan nanti mereka kabur,"sahut Dimas.
Dinda juga terlihat takjub,ia tak henti-hentinya memuji kecantikan kijang-kijang yang sedang merumput ditambah pemandangan lembah yang begitu exotic.
Setelah beberapa saat mereka menonton dan mengambil photo mereka,terlihat kawanan itu satu persatu mulai meninggalkan tempat itu.
"Lah kok pada pergi,"ujar Arin yang masih asyik merekam.
"Udah sore mereka mau kembali kesarang mereka,"sahut Fadilah.
"Yah,bagaimana kalau kita ikuti mereka kesarang mereka?"usul Arin.
"Enggak Ein udah sore,nanti kemalaman kita balik ketendanya,"ucap Dinda tidak setuju.
"Iya juga,"jawab Arin.
"Loh kan ada kami,kami tahu seluk beluk jalan hutan ini walaupun malam hari,kami sudah biasa kesini,"ujar Fadilah dan balas anggukan oleh Farhan.
"Betul juga Din,kan ada mereka,sayang loh kita lewatkan,"ucap Arin.
"Ya terserah kalian saja,tapi aku dan Dani mau balik ketenda dan besok kita mau pulang,"sahut Dinda kesal.
"Sudahlah Din ayo kita balik ketenda berdua saja takut keburu malam,"ucap Dani mengambil ransel mereka.
"Tapi terserah,kalau yang mau ikut mereka silahkan,aku enggak memaksa kok,"ujar Fadilah.
"Sudahlah sayang,kita pergi berdua saja,mereka enggak asyik,"sahut Farhan sambil mengandeng tangan Fadilah pergi meninggalkan tempat itu.
"Bagaimana yah,"Arin terlihat bingung.
"Sudah enggak apa-apa,kalian ikut mereka juga,aku dan Dani mau balik saja,"kata Dinda pada Arin.
Setelah beberapa saat Arin berfikir,akhirnya ia menatap Dinda meminta maaf.
"Din,maaf ya,bukan aku tidak setia kawan tapi aku ingin melihat mereka dari dekat,"ungkap Arin.
"Yah,enggak apa-apa pergilah,kalian juga kalau mau ikut mereka silahkan,"ujar Arin sambil berbalik pergi.
Dani mengenggam tangan Dinda dan merekapun meninggalkan teman-temannya yang terlihat ragu.
Arin yang merasa tidak enak bermaksud mengejar mereka.
"Din,tunggu aku ikut,"Arin mengambil ranselnya dan mengajak Wira dan Dimas balik.
"Ayo kita balik aja,kasian kan mereka balik ketenda cuma berdua?"juara Arin.
"Ayolah,'Wira mengikuti Arin.
Tapi Farhan menahannya,"biarkan saja mereka,itu namanya mereka tidak setia kawan,masa kawannya ditinggal,payah.
"Terserah kamu Fadilah,aku mau balik menyusul mereka,"ungkap Arin lalu pergi mengajak Wira mengejar Dinda.
Wira dan Arin pergi mengejar Dinda yang sudah berjalan dari tadi,tapi ketika mereka berlari terlihat tidak ada Dinda dan Dani didepan mereka.
"Kok mereka sudah tidak ada ya?"ujar Arin.
"Iya masa cepat sekali,kan baru sebentar."sahut Arin.
"Jadi sekarang bagaiman nih,"ucap Wira menatap Arin.
"Ya udah kita jalan aja,mudah-mudahan mereka tidak jauh,"sahut Arin.
Merekapun bergegas mengejar Dinda dan Dani yang sudah terlebih dulu pergi.
Sementara hari sudah mulai berganti sore,matahari hutan mulai terlihat gelap,karena rimbunnya pepohonan membuat sore sudah seperti malam,kabut tipis mulai menyelimuti hutan.
Dani dan Dinda yang berjalan menuju tenda mereka mulai kesulitan mencari tanda yang ditinggalkan,mereka sudah berjalan satu jam lebih tapi belum juga menemui jalan kembali ketenda.
"Dan,apa kita nyasar yah,"ungkap Dinda mulai khawatir.
"Sudah,kita harus tenang,kita ingat-ingat kembali arah yang kita tempuh tadi,kita pelan-pelan saja,kabut sudah turun,"Dani berusaha menenangkan Dinda,walaupun ia sendiri mulai khawatir.
Tapi sampai beberapa jam mereka berjalan mereka tidak menemukan jalan ketenda.
"Kita berhenti dulu Dan,aku lelah,"ucap Dinda sambil duduk dibawah sebuah pohon besar.
"Yah kita istirahat saja dulu sebentar,lagian kabut juga menghalangi jarak pandang kita,"sahut Dani.
"Maafkan aku Dan,gara-gara keegoisanku,kita jadi begini,coba kalau aku tidak memaksa pulang duluan,mungkin kita tidak seperti ini,"Dinda mulai menangis menyembunyikan wajahnya dilutut.
"Ssssssttt....,sudahlah kita istirahat dulu,nanti kalau kamu sudah tidak lelah kita lanjutkan perjalanan kita lagi,"Dani menarik dan memeluk Dinda.
"Grosakkkk....."
"Grosakkk....."
"Tuk..."
"Tuk...."
"Tuk...."
"Apa ini?"Dinda dan Dani terkejut mendengar ada suara dan ada ranting kecil dilemparkan kearah mereka sampai tiga kali.
Dinda dan Dani melihat keatas pohon besar,betapa terkejutnya mereka ada sosok putih berambut panjang sedang bergelayutan dan melempari mereka dengan ranting.
"Se se setannnnn..."
Dani dan Dinda terkejut,mereka menatap sosok diatas dengan horor.
"Hihihihi......"
"Hihihihi....."
Sosok itu tertawa melengking dan melayang kearah Dani dan Dinda.
"Dinda,Lariii...."
Dani menarik tangan Dinda yang hanya diam mematung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
tundra mahkota
nih masalah pasti belum tuntas
2025-02-03
0