Hari-hari pertama KKN berlalu dengan cepat. Sarah semakin akrab dengan warga desa. Ia sering terlihat membantu ibu-ibu menyiapkan arisan, menemani anak-anak belajar, atau sekadar ikut nimbrung di warung kecil di tepi jalan. Suaranya yang lembut dan sikapnya yang ramah membuat banyak orang merasa nyaman.
“Anak kota tapi nggak gengsian,” begitu komentar salah satu ibu sambil menepuk pundaknya.
Sarah hanya tersenyum. Dalam hati ia merasa bersyukur bisa diterima dengan baik.
Sementara itu, keseharian di desa berjalan normal. Pagi hari orang-orang sibuk di sawah, siang bergulat dengan panas terik, dan malam bercengkerama di beranda rumah. Dan di tengah semua itu, nama Andi Kerrang selalu saja terdengar: entah disebut saat rapat desa, saat anak-anak bercanda, atau ketika ibu-ibu bergosip.
Sarah mulai sadar, posisi Andi di desa ini lebih dari sekadar juragan. Ia adalah sosok yang dihormati, didengar, dan dipercaya. Namun di balik itu, Sarah tetap melihatnya sebagai pria biasa—meski ada aura yang membuatnya berbeda.
Suatu sore, Sarah baru saja selesai mengajar anak-anak di rumah Pak Haji Malik. Ia berjalan ke sumur untuk mencuci tangan ketika seorang bocah laki-laki berlari sambil terengah.
“Mbak Sarah! Mbak Sarah!”
Sarah menoleh. “Kenapa, Nak?”
“Om Andi manggil. Katanya minta tolong sebentar ke sawah.”
Jantung Sarah berdegup. “Aku? Kenapa harus aku?”
Bocah itu hanya mengangkat bahu. “Nggak tahu. Pokoknya disuruh manggil.”
Dengan sedikit ragu, Sarah mengikuti bocah itu. Mereka melewati jalan setapak di antara hamparan padi yang mulai menguning. Di kejauhan, terlihat Andi sedang berdiri sambil memeriksa saluran air.
Begitu Sarah mendekat, Andi menoleh. “Oh, kamu sudah datang. Terima kasih.”
Sarah menahan diri agar tidak salah tingkah. “I-iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?”
Andi menggaruk belakang kepalanya, agak canggung. “Sebenarnya… bukan bantuan besar. Saya dengar kamu pinter ngajarin anak-anak. Saya kepikiran, bisa nggak kamu bikin semacam kegiatan belajar untuk anak-anak petani di sini? Supaya mereka semangat sekolah.”
Sarah terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Insya Allah bisa, Pak. Tapi… kenapa harus saya?”
Andi menunduk sebentar, lalu menatap sawah, seolah mencari alasan. “Ya… karena saya lihat mereka seneng kalau sama kamu. Anak-anak jarang nurut, tapi kalau kamu yang ngomong, mereka anteng.”
Kali ini giliran Sarah yang salah tingkah. Wajahnya memanas. “Eh, masa sih? Saya cuma ngajak main sambil belajar.”
Andi terkekeh pelan. Senyumnya membuat Sarah agak gugup. “Kadang hal kecil itu yang penting. Saya ini bisa urus sawah, bisa urus tanah, tapi kalau urusan anak-anak belajar… ya jelas kalah jauh sama kamu.”
Suasana mendadak hening. Hanya suara jangkrik dan semilir angin sawah yang menemani. Sarah menunduk, memainkan ujung kerudungnya. Andi sendiri tampak gelisah, seperti tidak tahu harus bicara apa lagi.
“Eh… kalau kamu sibuk, nggak apa-apa lho,” ujarnya buru-buru. “Saya cuma ngasih ide. Jangan dianggap perintah.”
Sarah menoleh, tersenyum lembut. “Saya senang kok, Pak. Malah bersyukur bisa bermanfaat. Lagian, bukannya memang tujuan KKN itu begitu?”
Andi menatapnya beberapa detik, lalu buru-buru mengalihkan pandangan. Ada sesuatu di dadanya yang berdesir aneh. Ia, seorang juragan yang biasanya dingin dan tegas, mendadak gugup hanya karena seorang gadis muda tersenyum padanya.
“Ba-baiklah,” katanya terbata. “Kalau begitu, nanti saya bantu kumpulin anak-anak.”
Sarah menahan tawa melihat Andi yang jelas-jelas salah tingkah. Dalam hati ia berkata, Juragan ini kok bisa juga ya kelihatan kikuk?
Matahari mulai turun. Sarah pamit kembali ke rumah Pak Haji Malik. Namun langkahnya belum jauh ketika Andi tiba-tiba memanggil.
“Sarah!”
Sarah menoleh. “Iya, Pak?”
Andi terdiam beberapa detik. Wajahnya tampak ragu. “Ehm… hati-hati di jalan. Jalannya agak licin kalau sudah sore begini.”
Ucapan sederhana itu membuat Sarah kembali tersenyum. “Iya, Pak. Terima kasih.”
Andi mengangguk, lalu berpura-pura sibuk memeriksa pematang lagi. Padahal dalam hatinya, ia sedang menertawakan dirinya sendiri. Kenapa cuma bisa bilang hati-hati? Kenapa nggak bilang yang lain?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments